02| Veracity

26.8K 3.4K 1.3K
                                    






"Tetapi, sebelum itu kita harus membelinya karena aku tidak memiliki persediaan di apartemenku."

"Kenapa tidak ke apartemenku saja? aku memilikinya di sana."

Ya, mungkin terdengar gila seandainya Elena malah tenggelam di balik pintu apartemen Namjoon. Tetapi, beginilah yang tergambarkan dalam ruang kecil bersofa panjang di depan televisi empat belas inch. Gadis itu tengah bersimpuh dengan terangan sinar matahari dari pintu kaca geser di sisi kiri tubuhnya. Rencana berubah seratus delapan puluh derajat.

"Kau tidak keberatan dengan jus jeruk kemasan?" tanya Namjoon sedikit lantang dari balik dapur kecilnya.

"Bolehkan aku meminta Whiskey Cobbler?"

Namjoon mendadak hening. Itu adalah salah satu jenis minuman bartender yang terdiri dari campuran  alkohol dan buah-buahan.

"Aku hanya bercanda, jus jeruk adalah tawaran yang menarik," jawab Elena kemudian.

Entah mengapa, mendengar Elena berucap seperti itu, berhasil membawa ekspetasi Namjoon berada di titik yang semakin tinggi. Sungguh gadis ini sangat menarik rasa penasaran.

Bisa jadi, Namjoon tak akan mampu mengendalikan dirinya untuk tetap tenang. Ajakan Elena dua puluh menit lalu ternyata tidak seperti apa yang dia bayangkan. Heran, sebenarnya Namjoon ini membayangkan apa?

Pasti bodoh sekali ekspresi yang Namjoon sematkan pada wajah berlesung pipinya tadi. Kenapa tidak langsung keintinya? kenapa harus membawa pengait bra segala. Jika Elena lebih berterus terang seperti,

"Kau mengikuti ekstra palang merah kampus, kan? aku membutuhkan bantuanmu untuk... ya kau tau, mengobati beberapa cakaran kucing."

Kecerdasannya yakin, semua bayangan yang hadir dalam bentangan syaraf akan berjalan lebih normal. Setidaknya normal bagi Namjoon. Tidak berlarian di balik selimut tebal.

Jangan di tanya berapa kali Namjoon ingin memutar waktu agar sorot matanya tidak mengharapkan hal lebih dari sekedar 'cakaran kucing', pahami sendiri maksud gamblang Namjoon. Hal yang hanya bermain bebas dalam neuron cerdasnya. Fantasi mengagumkan intinya.

Namjoon sedikit mengulas senyum menertawakan diri ketika membasuh jemari sampai perpotongan siku menggunakan sabun antiseptik. Memangnya ini dunia dongeng? Realita tidak bermain seindah untaian buku yang ia baca. Elena hanya membutuhkan bantuan, dan kebetulan Namjoon sesuai dengan apa yang gadis itu butuhkan. Lantas apa keuntungannya bagi Namjoon? Well, at least we have small conversations. Begitulah pribadi tinggi ini menilai sisi baiknya.

Seberapa besar kemungkinan berbicara dengan gadis paling pendiam pun misterius di antara tujuh kelas jurusan literasi? Bahkan Namjoon dengar Elena tak pernah memiliki teman sama sekali. Benar-benar seperti brangkas. Tertutup rapat.

Lalu, kenapa setelah sekian lama Elena memutuskan untuk berbicara padanya?

"Kau senang mengumpulkan action figure ya?" tanya Elena setelah Namjoon mendekat dengan baskom air dan handuk kecil bersih.

Mata Namjoon mengikuti sorot Elena mendarat. Nakas tiga tingkat di samping kiri televisi. Penuh barang koleksi karikatur yang Namjoon anggap selayak harta karun. Begitu berharga, berharga usahanya untuk mengumpulkan satu sampai dua figur itu.

Arcane | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang