13 | Impulsive

14.2K 1.9K 815
                                    


Setelah sekian lama akhirnya Arcane update, maaf ya lama gak ngebucin Namjoona bareng kalian.

Voter keberapa nih? 🌝

Banyak orang mempercayai jika markas pembunuh bayaran atau agen rahasia itu terletak di tempat yang sangat tidak terduga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Banyak orang mempercayai jika markas pembunuh bayaran atau agen rahasia itu terletak di tempat yang sangat tidak terduga. Contohnya saja, jika kalian melihat film Kingsman, sebagian kecil markas agen rahasia itu tersebunyi rapi di balik toko penjahit setelan pria. Iya, Elena memang gemar melihat film-film seperti itu, dan menurutnya itu adalah pembocoran rahasia karir dengan cara paling menarik—atau bisa juga sebagai pemberi gambaran yang tepat kepada masyarakat. Karena itu memang tidak jauh berbeda, kecuali untuk aksi-aksi tidak masuk akal yang sebenarnya hanya visualisasi efek komputer.

Elena sedikit mendongak, langit terlihat cerah hari ini. Ditambah dengan semilir angin membelai kulit pipi. Elena baru saja masuki gedung bertingkat mengenakan sepatu boots hitam dan setelan jaket kulit, berjalan begitu tenang melewati loby, lorong sampai berhenti di depan sebuah lif. Setelah Elena masuk ke dalam sebuah lift, ia membuka sebuah celah lantas menekan tombol, memaksa ruang alumunium itu turun dengan kecepatan 50 kilometer per jam ke bawah tanah. Kira-kira membutuhkan waktu satu menit sebelum lift itu berhenti, cukup untuk membuat Elena berpikir betapa Boss-nya cerdik menyembunyikan agensi pembunuh di balik perusahaan properti seperti ini.

Suara denting terdengar ketika pintu lift itu terbuka, menampilkan sebuah loby dengan meja resepsionis di sana. Elena segera berjalan dan mengulurkan tangan agar Cecile memindai kode masuk yang ada pada gelang peraknya.

"It's been a while, Lena, " kata Cecile, "How are you doing?"

Benar-benar sudah beberapa lama Elena tida mendengar namanya di panggil seperti itu. Sebenarnya bukan hal yang aneh, tetapi semakin ke sini, dia lebih senang disebut sebagai El—Jadi, sudah mendapatkan jawabanmu, El—kalimat itu seolah berdenging di telinga Elena seperti ribuan lebah. "Still working on it, Joon"—Elena tiba-tiba menjawab lamunannya sendiri di dalam hati.

"Lena, are you with me right now?" Cecile berusaha memecah lamunan Elena bersamaan melambaikan tangan singkat di depan wajah.

Seketika melihat Cecila, Elena menarik senyum, "Of course I'm with you right now," jawabnya sebelum menjingkatkan pundaknya lirih, "Well, pretty good," jedanya, "But I can't find a good kimchi stew latelly," candanya sebelum melangkah pergi.

Baru beberapa langkah, ekspresi Elena yang tersenyum mendadak pudar ketika ia melihat Jackson di sana. Entahlah, Elena sendiri tidak bisa menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi. Ia dan Jackson memang baik-baik saja, tidak ada yang salah. Hanya saja, setiap Elena melihat pribadi dengan rambut tersisir rapi itu, mau tidak mau jiwa profesionalnya dipaksa mengambil alih apapun yang terjadi.

"Dia sudah menunggumu sejak tiga puluh menit yang lalu, El," kata Jackson sedikit lirih ketika Elena sudah berdiri dan bersidekap, "Kau tahu Boss tidak suka menunggu."

Arcane | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang