Berada di tahun terakhir strata satu cukup membuat Namjoon mengingat beberapa hal menarik yang telah terjadi dalam hidupnya empat tahun ini. Benar-benar terakhir, sebelum ia harus tenggelam di balik meja kayu mahoni besar pada lantai dua perusahaan ekspor impor.Dengan kecerdasan yang ia miliki, gelar kedokteran dan berkutat dengan jarum suntik tidak susah sebenarnya. Walaupun ia memilki gelar manusia ceroboh, tidak menutup kemungkinan Namjoon pernah membayangkan dia berjalan dengan seorang suster mengunjungi pasien dalam klinik kecilnya sendiri. Well, itu hanya sebuah bayang empat tahun lalu, sebelum bidang perdagangan internasional lebih memilih untuk berjejal di dalam pikiran.
"Kau harus memanfaatkan kemampuan bahasa Inggrismu, Nak. Pergilah, Ayah akan menunggu kau kembali dan membuat usaha kecil kita ini semakin besar."
Ya, begitulah pujian dan motivasi yang Ayahnya berikan. Mungkin ia terlalu sayang, bisa juga Ibunya terlalu bangga. Hingga Namjoon memilih menurut pun membawa dirinya terdampar di Columbia University. Terdampar. Retorik sekali. Ras Asia yang mencoba menyamakan kemampuan dengan etnis adigung dunia. Bukan hal buruk, bukan. Tetapi memang berat selama dua tahun awal.
Baiklah, cukup untuk sebuah pengantar kisah dan apa alasan Namjoon lebih senang duduk di bawah rindang pohon dengan beberapa buku. Dan juga, satu cup besar Vanilla latte tepat di sebelah Ipod dengan kabel putih yang tersemat hingga telinga.
Satu sampai dua kali menggumam dengan suara seraknya menyayikan beberapa lirik lagu. Mungkin selama sepuluh menit, hingga suara yang Namjoon yakini tidak terlalu bagus miliknya memilih diam.
Dia disana lagi hari ini. Berjarak sepuluh meter dari bangku bermeja beton yang ia tempati. Ah lihatlah, sepertinya dia sedang bahagia. Gadis itu menggunakan rok setinggi lutut sekarang, dengan sedikit polesan make up dan bibir merah muda yang menggoda. Bagi Namjoon, itu seksi.
Kulitnya seputih pualam. Rambutnya panjang sepunggung hitam legam pun dihiasi poni sedikit panjang. Bukan seperti tirai yang menutupi semua kening, tetapi tersibak ke kanan dan kekiri. Mempertontonkan dahi sempit dan alis hitam yang begitu rapi. Hidungnya ukuran standart, tidak mancung tetapi masih terlihat tegas jika dari samping. Bibirnya tipis di bagian atas, tetapi sedikit tebal pada bagian bawah. Menggemaskan, tetapi membakar gairah jika ia seolah sedikit menganga. Entah siapa yang di goda.
Namjoon terkekeh di dalam benak. Apa yang baru saja ia pikirkan? Dia malah terlihat seperti stalker gila yang menguntit gadis-gadis. Sebenarnya Namjoon tidak seperti itu, hanya saja wanita itu akan di sana selama dua atau tiga kali dalam seminggu. Pribadi dalam outer abu-abu gelap ini tau, selama nyaris tiga bulan terakhir Namjoon memang setiap hari datang ke kampus. Ingin cepat-cepat lulus lantas pulang dan berjalan menikmati sungai Han. Sederhana memang.
Sesederhana gadis itu menarik hati Namjoon untuk penasaran pun ingin tau lebih jauh. Bahkan sempat terlintas, meninggalkan kesan dan pengalaman romantis sebelum kembali ke Korea bukan hal yang buruk kan?
Hari bergulir kembali, kali ini Namjoon menghela napas sedikit frustasi. Profesor membubuhkan tanda merah cukup banyak pada sub bab tiga dan empat. Sepertinya dia harus ke Butler Library untuk mencari beberapa referensi.
Tetapi dia memilih melakukannya esok hari. Ada yang lebih menarik untuk diamati dalam ketenangan. Dia duduk di atas bangku kayu seperti biasa hari ini. Hari sabtu, dan sudah kali ketiga dalam minggu ini. Berarti Namjoon akan melihatnya lagi di hari selasa minggu depan.
Mata Namjoon sedikit menyipit guna menelisik lebih jauh. Kali ini tidak ada polesan make up yang menggoda, tidak ada rok bunga merah muda setinggi lutut. Tidak ada senyum atau tatapan lugu kearahnya sejenak (mata mereka bertemu beberapa kali memang). Sebenarnya bukan kali pertama gadis itu terlihat seperti ini. Acap waktu ia terlihat muram, menahan amarah atau memang beberapa kali dia membalut tangan atau jemarinya dengan kain kasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arcane | ✔️
Fiksi Penggemar[SUDAH DIBUKUKAN DENGAN VERSI LEBIH BARU DAN PENAMBAHAN CERITA 2 KALI LEBIH PANJANG😊] Apa yang kau ketahui tentang dunia ini? Namjun berpikir jika dia belum sepenuhnya mengerti banyak hal. Apa yang kau pikirkan mengenai pendapat orang? Namjun bera...