Harusnya, SMA Biraka sepi pagi ini berhubung sudah masuk waktu liburan. Tapi khusus hari ini di hari ketiga libur, SMA itu tampak ramai di mana siswa dan siswi berdiri bergerombol di gerbang. Dan di depan mereka ada satu bis besar yang sudah berdiri dengan gagahnya.
Agendanya, mereka yang merupakan siswa-siswi XI IPA 1 akan pergi camping. Acara ini memang rutin dilakukan setiap tahun khusus untuk kelas unggulan kelas XI.
Tempat camping tiap tahun pun berbeda-beda. Untuk tahun kemarin tempatnya adalah puncak raya Bogor. Sementara untuk tahun ini mereka akan pergi ke puncak kebun teh di Pagilaran, Jawa Tengah.
Ini tergolong spesial karena mereka akan mengunjungi tempat yang sedikit pelosok. Karena biasanya SMA Biraka akan mengunjungi tempat-tempat yang sudah terkenal saja.
"Sudah berangkat semua?" tanya Bu Silva selaku koordinator camping.
"Belum, Bu. Kurang Navia," jawab Kaila seraya mengacungkan tangannya.
Bu Silva mengangguk. Baru saja guru itu ingin menyuruh Kaila untuk kembali menghubungi Navia, gadis yang ditunggu tiba-tiba datang.
"Maaf, Bu, saya telat," ucapnya dengan napas ngos-ngosan karena sedikit berlari-lari kecil tadi.
Semuanya diam-diam mencibir Navia yang seenaknya terlambat. Hingga membuat mereka menunggu. Tapi tentu saja mereka semua hanya berani mencibir dalam hati kalau tidak ingin kena mulut pedasnya gadis itu.
"Tidak apa-apa. Syukurlah kalau kamu cepat berangkat," balas Bu Silva tak mempermasalahkan. "Ayo anak-anak, kita masuk bis sekarang! Setelahnya kalian bisa duduk di nomer yang sudah ditentukan, ya!" Setelah mendengar instruksi dari Bu Silva, siswa-siswi XI IPA 1 mulai berhamburan masuk.
Navia sendiri memilih mengalah dan membiarkan semuanya masuk dulu baru dirinya. Gadis itu berdiri disamping Kaila.
"Kok lo bisanya telat?"
"Kesiangan. Tadi malem gue nggak bisa tidur," balas Navia seadanya.
Kaila hanya ber-oh ria dan tak membahas lebih lanjut. Hingga kemudian mereka berdua masuk.
Navia berdecak karena Kaila duduk di deretan depan tidak duduk dengannya. Dan makin berdecak kesal saat menemukan namanya bersanding dengan Navalen. Itu artinya ia duduk bersama cowok super menyebalkan itu!
Biar Navia tebak, pasti ini diatur sesuai urut absen sehingga ia bisa duduk dengan Navalen. Takdir sialan! Mengapa juga namanya dengan Navalen hampir mirip? Benar-benar merupakan kesialan baginya.
Bis pun mulai berjalan, membuat suasana hening karena semuanya menikmati. Ada yang langsung makan jajan, mendengarkan musik, atau tidur. Berbeda dengan Nav's couple yang sepertinya bersiap untuk baku hantam.
"Astaga, sial banget gue." Navia langsung menggerutu begitu ia sudah mendudukkan tubuhnya dibagian pinggir karena Navalen duduk disebelah kaca.
Navalen ikut menggerutu saat dirasa kehadiran gadis itu bersama tas besarnya langsung membuatnya sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nav's Stories
Teen Fiction[Completed] Menurut Navalen, Navia hanyalah cewek sombong, menyebalkan, dan sok galak yang sukanya marah-marah. Mentang-mentang menjabat sebagai ketua kelas, Navia selalu bertingkah semena-mena tanpa memikirkan kesejahteraan teman-temannya. Belum la...