"Bisa nggak, kalo masuk tuh ngucap salam terus salim sama mamanya. Bukan malah banting pintu terus jalan gubrak-gubruk kayak gitu."
Navia baru saja masuk ke dalam rumah lalu merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah karena merasa lelah. Makin merasa lelah saat mamanya tersayang mengeluarkan ceramahnya.
"Baru pulang diceramahin. Ngajak berantem?" balas Navia garing.
Fara, Mama Navia melotot garang. "Apa? Kamu ngajak Mama berantem? Berani kamu sama orang tua sendiri?"
Navia meringis. Gadis itu merutuki mulutnya yang asal bicara.
"Maaf, Ma. Keceplosan," ucap Navia memilih mengalah. Tak ingin berdebat dengan Mamanya yang kelewat galak.
"Alesan."
"Terserah deh." Navia mendengus lalu memilih beranjak ke kamarnya. Daripada telinganya menjadi korban karena harus mendengar ceramah lanjutan dari sang mama.
"Jangan lupa bersihin kamar kakakmu, Navia! Mama nggak bisa soalnya sibuk dan habis ini pergi arisan!"
Navia yang baru ingin membuka pintu kamarnya seketika mengerang putus asa saat mendengar teriakan mamanya. Menyebalkan.
"Baru pulang disuruh-suruh! Mama beneran ngajak berantem?!" teriaknya dengan suara sekencang mungkin.
"Nanana, Mama nggak denger." Dengan santainya, wanita itu menjawab. Tak peduli dengan anaknya yang pasti kebakaran jenggot di kamarnya.
Navia merasa kepulan asap mengelilingi kepalanya. Kesal, sungguh sangat kesal. Terlebih lagi saat Fara dengan tak bersalahnya berjalan meninggalkan rumah.
Gadis itu menghentak-hentakan kakinya ke lantai. "Astaga, dosa apa gue punya Mama nyebelin kayak gitu," umpatnya tak habis pikir.
Karena merasa percuma marah-marah sebab mamanya sudah pergi, Navia lantas masuk ke kamarnya. Aroma fresh dari parfum miliknya menyeruak ketika ia masuk. Lantas diletakannya tas sekolah miliknya ke sudut kamar yang berwarna biru itu.
Kemudian gadis itu membanting tubuhnya ke kasur. Matanya terpejam sebentar sebelum akhrinya terbuka dan menatap langit-langit.
Pikirannya berkelana hingga teringat ucapan Navalen tadi.
"Setiap orang itu punya masa kelamnya masing-masing. Dan itu berakibat sama tingkahnya di masa sekarang. Dan apa perlu dia koar-koar atas apa yang menimpa di masa lalu? Jawabannya tentu aja enggak. Karena itu privasi. Dan lo, terlalu ikut campur urusan gue, Navia."
Navia mengubah posisi tidurnya menjadi miring ke kanan. "Apa iya gue terlalu ikut campur urusan dia?" Alis gadis itu menukik ke atas, berpikir keras.
Sedetik kemudian ia menggeleng-geleng. "Nggak nggak, gue nggak ikut campur kayak yang Valen bilang. Gue, 'kan cuma ngingetin dia buat nggak main hp terus. Cuma itu doang. Iya, cuma itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nav's Stories
Novela Juvenil[Completed] Menurut Navalen, Navia hanyalah cewek sombong, menyebalkan, dan sok galak yang sukanya marah-marah. Mentang-mentang menjabat sebagai ketua kelas, Navia selalu bertingkah semena-mena tanpa memikirkan kesejahteraan teman-temannya. Belum la...