Saat ini kelas XI IPA 1 sedang jam kosong. Dan ini untuk pertama kalinya bagi mereka untuk benar-benar menikmati jam kosong dalam artian yang sebenarnya. Bebas, lepas, dan tak ada tugas.
Entah apa yang terjadi dengan ketua kelas mereka sehingga tak meminta tugas atau materi pada guru yang tak bisa hadir siang ini.
Tapi katanya, banyak yang bilang ini efek dari hantaman bola voli yang mengenai Navia sehingga sedikit menggeser otak gadis perfect itu. Oleh karenanya bisa sedikit menghilangkan sikap serba sempurna yang dimilikinya. Tapi walau begitu, banyak juga yang menyangkal dan mengatakan bahwa Navia sedang dilanda kemalasan akut. Kan bagaimanapun juga dia manusia biasa yang suatu saat merasakan malas.
Tapi, entahlah. Mana praduga yang benar. Mereka juga tak terlalu peduli. Inti dari segala inti, mereka merasakan senang luar biasa karena merasakan kebebasan yang benar-benar bebas.
Huh, mereka tak tahu saja kalau ketua kelas XI IPA 1 itu sedang pusing dengan pikiran yang bercabang sampai tak memikirkan kondisi kelasnya yang sangat tak kondusif. Fakta bahwa orang tua Navalen sudah tiada membuatnya tak tenang.
Ingin sekali ia memberitahu cowok itu, tapi takut Navalen terpuruk. Tapi kalau tidak segera diberitahu, bukan kah itu lebih buruk? Membiarkan Navalen tetap dalam bayang-bayang angan yang sangat berharap suatu hari nanti bisa bertemu dengan orang tuanya padahal mereka sudah tiada.
Memikirkannya membuat kepala Navia seraca pecah. Kalau saja kepalanya bisa dilepas, sudah ia lepas dari kemarin agar tak merasakan pusing.
Gadis itu menghela napas, mencoba tenang. Berusaha memikirkan solusi dan jalan keluar terbaik. Namun pada akhirnya setelah dipikir satu-satunya jalan adalah dengan mengatakan yang sebenarnya pada cowok itu.
Memejamkan mata erat, Navia mengangguk yakin. Dia harus mengatakan yang sebenarnya pada Navalen dengan mengajaknya ke panti agar Bu Nia bercerita secara detail. Karena hal ini tak baik jika dibiarkan lama-lama.
Mengabaikan kelas yang sudah jadi kembaran pasar, Navia melangkah menuju bangku Navalen. Cowok itu tampak bermain ponsel, tapi sudah tak sesering biasanya.
Karena Navalen duduk sendiri, Navia langsung duduk di bangku kosong di samping Navalen. Tak ada yang menatap mereka dengan ingin tahu karena semuanya sibuk dengan aktivitas masing-masing menikmati jam kosong yang sebenarnya.
Termasuk Kaila yang sudah rebahan sambil menonton drakor hingga tak peduli dengan lingkungan sekitar.
"Hai, Val, lo lagi sibuk nggak?" tanyanya tak berani menatap Navalen. Ia takut dirinya tak bisa mengontrol kesedihannya saat menatap cowok itu.
Navalen mendongak dan sedikit terkejut. "Eh, nggak kok. Kenapa?" Cowok itu langsung menyimpan ponselnya di laci meja.
"Eum, itu, gue mau ngajak lo nanti ke panti. Lo mau, 'kan?" Dalam hati Navia merasa ketar-ketir membayangkan apa yang akan terjadi nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nav's Stories
Teen Fiction[Completed] Menurut Navalen, Navia hanyalah cewek sombong, menyebalkan, dan sok galak yang sukanya marah-marah. Mentang-mentang menjabat sebagai ketua kelas, Navia selalu bertingkah semena-mena tanpa memikirkan kesejahteraan teman-temannya. Belum la...