Pagi-pagi sekali, Navia sudah bersiap. Bukan untuk pergi ke sekolah, melainkan untuk pergi ke rumah sakit tempat dirawatnya Navalen dulu sebelum dipindahkan ke panti untuk memastikan kebenaran. Informasi rumah sakit ini ia dapat Bu Nia yang tadi malam mengirimkan data kesehatan Navalen dulu.
Semua ini ia lakukan karena ia masih bingung, sebenernya Navalen dan Al adalah orang yang sama atau tidak. Karena tanda lahir mereka sangat mirip. Dan setahunya, tanda lahir seseorang itu beda-beda. Dan anehnya, tanda lahir Navalen dan Al ini sama persis. Mulai dari warna hingga bentuk.
Dia memang senang bahwa Navalen dan Al bukanlah orang yang sama. Tapi dia akan jauh lebih senang jika bertemu dengan Al. Meskipun nanti dia siap-siap terluka jika Navalen dan Al adalah orang yang sama.
Maka dari itu, dia nekat untuk berbohong pada Fara, wali kelasnya, juga pada Navalen dengan alasan yang berbeda-beda.
Dengan membawa foto Al waktu kecil serta data-data tentang fakta Al, Navia berangkat dengan jantung berdebar-debar. Dia berangkat dengan memesan ojek online.
Pukul setengah tujuh saat ia sampai di rumah sakit yang lokasinya cukup jauh dari rumahnya. Dengan jantung berdebar-debar dia melangkah menuju meja resepsionist.
"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?"
"Eum, selamat pagi. Bisa saya bertemu dengan Bu Intan?" tanya Navia menyebutkan dokter yang merawat Navalen dulu sesuai yang ada di catatan kesehatan.
"Oh, baik saya tanyakan dulu." Navia mengangguk sebagai jawaban dan membiarkan mbak-mbak resepsionist itu menelepon Bu Intan.
"Kebetulan dia tidak ada pasien. Anda bisa pergi ke ruangannya di sebelah sana. Lurus saja nanti belok kanan."
"Baik, Mbak. Terimakasih," ucapnya sopan lalu berlalu menuju ruangan Bu Intan.
Dengan jantung yang semakin terasa berdebar dia melangkah. Setelah sampai di ruangan Bu Intan, dia mengetuk pintu pelan.
Terdengar sahutan yang menyuruhnya masuk. Dengan hati-hati Navia membuka pintu. Dilihatnya ada seorang wanita paruh baya yang duduk di sana.
Navia tersenyum sopan lalu duduk di kursi depan wanita itu. "Apa benar ini dengan Bu Intan?"
"Benar. Ini dengan siapa, ya? Apakah kita pernah membuat janji untuk bertemu?"
Navia mengulurkan tangannya. "Perkenalkan nama saya Navia siswi SMA Biraka. Kita memang tidak pernah membuat janji. Tapi maksud kedatangan saya ke sini untuk sekedar bertanya-tanya kepada Bu Intan," ucapnya tanpa basa-basi.
Bu Intan menerima uluran tangan Navia. "Oh begitu. Silakan jika ingin bertanya. Saya akan jawab sebisa saya."
Navia tersenyum lagi. Dia kemudian menarik napas.
"Apa benar dulu pernah ada anak kecil yang dirawat di sini setelah dibuang ke danau?"
"Benar," jawab Bu Intan langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nav's Stories
Genç Kurgu[Completed] Menurut Navalen, Navia hanyalah cewek sombong, menyebalkan, dan sok galak yang sukanya marah-marah. Mentang-mentang menjabat sebagai ketua kelas, Navia selalu bertingkah semena-mena tanpa memikirkan kesejahteraan teman-temannya. Belum la...