MUSUH dan CINTA

24 9 11
                                    

Papan pengumuman dekat kantor guru penuh orang. Dania melihat jam di pergelangan tangan kirinya, ini masih pagi banget. Pasti ada pengumuman penting. Dania mempercepat langkah kakinya.

"Pagi." Anjas menyapa dengan membawa kotak bekal kecil di tangannya.

"Pagi juga. Bawa apaan, tuh?" tanya Dania sambil terus melihat ke arah papan pengumuman.

"Ada, deh. Kamu buka nanti, aja." Anjas menggenggam tangan Dania lagi. "Ayo, kita baca ada pengumuman apa di sana? Sepertinya heboh banget," lanjutnya.

Ada pemberitahuan tentang acara doa bersama jelang ujian. Dania biasa saja menanggapi hal itu. Namun ada list yang menyarankan ada orang tua yang datang. Mendengar obrolan siswa lain, mereka memilih datang bersama ibu. Mood booster Dania anjlok ke level paling rendah.

Anjas cemas, Dania pasti sedih. Keberadaan Bunda saja belum jelas. Ayahnya juga sibuk terus. Entah bisa datang atau tidak ke acara yang mungkin bagi beliau tidak penting. Dania pernah cerita, laporan penilaian pertengahan atau akhir semester ayahnya hampir tidak pernah datang. Selalu diwakili Mbok Yamin atau pengawal entah yang siapa.

Anjas menggenggam kembali tangan Dania setelah sempat terlepas tadi. Dania tertunduk, dia tidak ingin Anjas melihatnya menangis. Dania melepaskan tangannya dari genggaman Anjas. Dia harus pergi dari sana.

Anjas tahu kekasihnya itu sangat terluka hatinya. Lebih baik memberikannya ruang untuk sendiri dulu. Tidak mudah mengatasi luka karena masalah orang tua. Dia tahu pasti itu, karena dia pun pernah mengalami. Sebelum papanya berpulang. Anjas menyingkirkan masa lalu buruknya. Sekarang dia harus memprioritaskan Dania lebih dulu.

***

"Nia, Lo nggak apa-apa, kan?" sambar Helena begitu Dania duduk di sebelahnya. Dia cemas dengan reaksi Dania setelah membaca pengumuman itu. Hal yang biasa terjadi sebenarnya, tiap pembagian hasil nilai semester Dania memilih tidak masuk.

Namun sekarang adalah momen bersejarah menjelang ujian sekaligus saat-saat terakhir dia menjadi siswa SMA. Dania menatap Helena dengan mata berkaca-kaca. Tak menunggu lama Helena memeluk sahabatnya tanpa banyak bicara. Dia paham di mana posisi Dania sekarang. Hanya tepukan lembut di punggungnya membuat Dania lebih tenang. Sesak yang dari tadi ditasakannya mulai mereda.

Anjas yang semula ingin masuk ke kelas Dania mengurungkan niatnya. Dia lega di samping kekasihnya ada seorang sahabat yang tulus. Anjas tahu pasti persahabatan mereka akan bertahan spai kapan pun.

***

Sebuah ruangan di gedung Kusuma Production House, Bara sedang menerima telepon dari seseorang. Ekspresinya tampak gusar.

"Saya sudah bilang di awal tadi, proyek yang Anda tawarkan tidak bisa saya terima," ujar Bara masih dengan sisa kesabarannya.

"Anda akan menyesal karena sudah menolak tawaran saya. Padahal Anda bisa untung besar," bujuk orang dari seberang telepon.

Bara menutup pembicaraan secara sepihak. Dia marah, bisa-bisanya orang tadi menawarinya proyek tayangan layar kaca yang ada pornografinya. Gila apa!?

Selama ini dia mengelola PH dengan jujur, tidak pernah ada masalah apa pun. Bahkan Bara sangat selektif saat menerima naskah baru.

"Gila! Dia anggap apa PH Kusuma?" cerocos Bara sambil merapikan kembali meja dan rehat sejenak. Diusapnya kasar, muka dengan kasar.

Selang beberapa menit ada notifikasi masuk di ponselnya. Sebuah foto terkirim dari kliennya tadi. Foto seseorang yang sepertiny tidak asing lagi. Tangan Bara gemetar, memorinya masih bisa mengingat siapa orang itu.

Bara limbung, setelah beberapa tahun dia menghilang, kenapa sekarang harus muncul? Dari orang dan waktu yang tidak tepat.

Retno Andara, perempuan yang pernah jadi bagian dalam hidupnya. Iya, dia mantan istri Bara. Bunda yang selama ini dicari Dania.

***
Maafkan untuk part ini agak singkat. Otw, lanjut part berikutnya, nih.

Sampai part ini apa pendapat kalian tentang cerita ini?

Boleh share di sini, ya? Happy reading. Makasih.
😊🙏💖

OUR MEMORIES ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang