(2) Student Council - Nao

5 1 0
                                    

Watanabe Nao melonggarkan dasi yang dikenakannya selama perjalanan menuju SMA Wakamoto. Ia melihat pantulan wajahnya dari kamera selfie ponselnya untuk memperbaiki rambutnya yang tadi belum ia sisir di rumah. Kalau sampai Student Council President, Fukuda Aya, tahu bahwa ia terlambat bangun di hari pertama penerimaan siswa baru, omelan apa yang akan didengarnya seharian. Nao mengambil jas sekolah yang tergeletak di samping kursinya dan segera mengenakannya dengan cepat.

Sebelum Nao mengunci ponselnya ia berderik kaget ketika layar ponselnya menunjukan telepon masuk.

Aya.

Nao menggeser layar ponsel, "Halo?"

"Dua menit lagi dan kau terlambat."

Mendengar pernyataan tersebut membuat Nao memutar bola matanya, "Ya, aku tahu, terima kasih sudah mengingatkan."

"Semua sudah disini, kira-kira berapa lama lagi kau sampai disini?"

Nao mendekapkan ponsel ke dadanya untuk menutupi lubang suara. Ia mencondongkan badannya mendekati supir mobilnya. "Kira-kira berapa lama lagi sampai?"

"Sekitar empat menit lagi, Watanabe-san."

"Ehm, kira-kira lima menit lagi aku sampai di ruangan," jawab Nao bermain dengan keberuntungannya.

"Baiklah, kita akan mulai ketika kau sampai."

Sambungan telepon tertutup dan Nao bisa merasakan kekesalan Aya melalui ponselnya. Gadis itu benar-benar tidak suka jika ada yang tidak berjalan sesuai rencananya. Sialnya dirinya karena sudah terlalu sering menjadi alasan rencana gadis itu terusik.

"Bisa dipercepat lagi menyetirnya," minta Nao sambil mempersiapkan dirinya untuk berlari ketika keluar dari mobil.

Beberapa menit setelah itu mobil berhenti dan Nao segera membuka pintu bergegas menuju ruangan Student Council. Ia tidak pernah berlari secepat itu di hidupnya, salah, koreksi, ia sudah sering lari seperti itu setiap ia akan terlambat acara-acara penting lainnya karena masalah ketiduran. Nao menghentikan langkahnya tepat di depan pintu ruangan, sebelum ia membuka pintu ia menarik napas panjang untuk mengontrol napasnya. Pas lima menit.

Nao membuka pintu dan pandangannya langsung terjatuh pada gadis yang menduduki kursi Student Council President. Kali ini ia harus bersiap-siap lagi, pikirnya. Nao menaruh tasnya diatas meja di tengah ruangan dan berdiri di hadapan Aya. Riko dan laki-laki lainnya mengikuti Nao dan mereka bertiga berdiri di depan meja Aya.

"Baiklah kalau begitu, kita mulai rapat upacara penerimaan siswa baru hari ini," ujar Aya mengentuk kertas rundown upacara di atas meja di depannya.

Mereka menghabiskan waktu dua puluh menit untuk membahas mengenai rundown upacara, sampai akhirnya semua mengiyakan keputusan terakhir mengenai rundown dan kemungkinan-kemungkinan kesalah selama upacara berlangsung. Aya berdiri dari kursi dan menuntun anggota Student Council lainnya untuk berjalan menuju ruang auditorium. Nao merapikan poni rambutnya dan menarik lengan Riko sementara Aya berjalan lebih dahulu dengan Student Council Treasurer, Honda Akira, disampingnya.

"Sebelum aku sampai, apakah Aya ada mengatakan sesuatu?" tanya Nao melepaskan pegangan tangannya dari lengan Riko.

"Tidak, kau beruntung dia sedang senang hari ini, jadi jangan mengusiknya lebih jauh."

Nao mengernyit, "Sedang senang? Ada acara apa memangnya?"

"Entahlah, tapi tadi ibunya ikut mengantarkannya ke sekolah."

Nao mengangguk sembari mempercepat langkahnya untuk mengikuti Riko.

Hari akan menjadikan tahun kedua ia bersekolah di SMA Wakamoto. Ia sendiri bingung mengapa ia akhirnya menyetujui suruhan ayahnya untuk bersekolah di SMA almamaternya. Namun, Aya menjadi salah satu alasan akhirnya ia menyetujui untuk bersekolah di SMA Wakamoto. Semenjak SMP Nao tidak begitu memiliki banyak teman dekat, tentu ia memiliki banyak teman. Ia merupakan siswa paling populer di SMP nya dikarenakan ketampanan dan sikapnya. Namun, teman dekat, sampai sebelum ia memasuki SMA ia belum memiliki teman dekat selain Aya.

Aya merupakan anak dari kakak ibunya, sehingga menjadikan Aya sepupunya. Salah satu sepupu paling dekat, mungkin karena ibunya sering mengajak Nao untuk bermain ke rumah keluarga Aya. Akan tetapi, setelah memasuki SMA Wakamoto teman dekat Nao bertambah menjadi dua, Aya dan Akira. Semenjak masuk ke SMA Wakamto, Aya sudah ingin menjadi Student Council President, dan itu tidak akan susah. Popularitas Aya di SMA semenjak pertama kali masuk sudah menjadi perhatian siswa sekolah.

Gadis cantik dengan aura kewibawaan dan kepemimpinan yang kuat membuat Aya dapat mengambil posisi Student Council dengan mudah. Ketika Aya menceritakan bahwa ia ingin menjadi Student Council President, Nao tidak terkejut sama sekali. Ia sudah mengenal Aya semenjak gadis itu kecil, dan ia sudah mengetahui betul watak gadis itu. Dan menurut Nao, Aya sangat cocok untuk menempati posisi itu.

Beberapa hari sebelum proses pemilihan Student Council President, Aya mengajaknya untuk menjadi Student Council Vice President. Kali ini Nao merasa terkejut, ia kira Aya akan mengajak Akira untuk menjadi secondhand man nya, namun malah ia yang ditawarkan. Nao memang berhasil mengambil posisi pertama dalam ujian masuk SMA Wakamoto tahun lalu dan menjadi perwakilan siswa baru saat upacara penerimaan, namun Aya harusnya tahu betul bahwa Nao tidak akan melakukan sesuatu kecuali ia memang serius pada hal itu. Dan Student Council tidak berada dalam hal-hal yang ingin ia lakukan selama SMA.

Namun, seperti keadaan sekarang Aya berhasil membuat Nao bersedia menjadi Student Council President sama ketika gadis itu membuat setuju untuk memasuki SMA Wakamoto. Mungkin sebenarnya seluruh jalan hidupnya sudar dirancang sedemikian rupa oleh gadis itu. Nao mengernyit, memikirkan kemungkinan itu. Ia memperhatikan Aya yang berjalan di depannya dengan tegas. Akan tetapi, tidak ada buruknya mengikuti gadis yang menakjubkan seperti Aya, pikir Nao.

Mereka berhenti di dalam ruangan auditorium, Nao memandang sekeliling ruangan dan memperhatikan semua posisi dekorasi dan panggung sudah tertata rapi. Ia menghampiri Akira yang sedang berdiri di samping Aya.

"Bukankah ini sudah sesuai dengan apa yang kita bicarakan kemarin?" tanya Nao mendekat.

Akira meliriknya pelan dan mengangguk, "Mereka mendengarkan permintaan kita dengan baik."

Nao mengangguk, ia juga tidak menyangka karyawan SMA Wakamoto secermat itu dalam mengeksekusi acara. Nao melihat panggung auditorium dengan podium SMA Wakamoto di tengahnya, pemandangan itu mengingatkannya pada pidatonya tahun lalu. Nao menyeringai, kalau diingat-ingat pidatonya cukup menjadi omongan seluruh siswa selama seminggu lebih. Mungkin menjadi omongan karena ialah orang yang memberikan pidato. Mungkin mereka hanya terkejut orang setampan dia bisa menjadi perwakilan siswa baru. Sebuah magis apa itu.

"Untuk ruang auditorium sudah sesuai dengan apa yang kita ingingkan, sekarang lebih baik kita berpencar untuk mengabarkan guru-guru mengenai rundown kita hari ini. Nao dan Akira kalian jelaskan rundown nya kepada seluruh guru SMA Wakamoto, sementara aku dan Riko akan menjelaskannya kepada kepala sekolah," Aya mengangkat tangan kanannya untuk mengisyaratkan.

Nao mengangguk, kemudian mendorong bahu Akira dengan bahunya. Tidak begitu memberikan efek besar dikarenakan badan Akira lima senti lebih tinggi darinya. Setelah Aya beranjak menjauh dengan Riko, Nao dan Akira mulai bergerak menuju ruan guru SMA Wakamoto.

Our High School JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang