(5) Sunday - Kenichi

1 1 0
                                    

Laki-laki dihadapannya sedang melipat baju kotor yang tadi ia kenakan dan memasukkannya ke dalam tas jinjing yang diberikan oleh Kenichi. Apa yang dilakukan laki-laki di rumahnya, pikir Kenichi. Selama ia tinggal di apartemen itu tidak satu pun orang yang pernah ia izinkan memasuki apartemennya. Tetapi kenapa laki-laki konyol ini yang akhirnya menjadi orang pertama yang menginjakkan kakinya di kediaman Kenichi. Bahkan perempuan-perempuan yang ia tiduri tidak pernah ia bawa pulang ke apartemennya, apa yang membuat laki-laki ini begitu spesial.

Aku sangat mengagumimu!

Kenichi teringat kembali pertama kalinya ia bertemu dengan Takumi dan bagaimana laki-laki itu melontarkan omong kosong seperti itu. Ujung bibir Kenichi tertarik membentuk senyuman. Mungkin itu juga pertama kalinya orang yang belum pernah ia temui sama sekali memuji dan mengagungkannya seperti itu.

Aku tahu benar kenyataan dibalik gosip-gosip itu.

Kenichi mendengus pelan. Ia bisa merasakan dadanya terasa ringan. Kapan terakhir kali ia memiliki pertemanan seperti ini. Kenichi kembali memperhatikan Takumi yang baru selesai memasukkan bajunya ke dalam tas jinjing.

"Pintar juga kau melipat baju," ungkap Kenichi memuji.

"Ah, benarkah?" jawab Takumi, "Semenjak ibuku meninggal lima tahun yang lalu, banyak kegiatan rumah yang mulai aku kuasai."

Kenichi terdiam mendengar pengakuan Takumi.

"Aku bahkan terkejut aku bisa menguasai semuanya dengan begitu cepat," tambah Takumi.

Kenichi tidak berkomentar, ia hanya mendengarkan perkataan Takumi secara berhati-hati. Ia tidak menyangka laki-laki dihadapannya itu begitu polos dan tidak berdosa. Kenichi mengernyit, bertolak 180 derajat darinya.

"Ah senpai, kau ada bahan untuk makan malam?" tukas Takumi berdiri.

"Hah?"

"Karena sebentar lagi jam makan malam, bagaimana kalau kita memasak sesuatu, aku cukup pintar memasak."

Kenichi ikut bangkit dari sofa dan berjalan mengikuti Takumi yang dengan percaya diri berjalan ke dapur apartemennya dan membuka kulkasnya.

"Kau tidak memiliki apa pun yang pantas dijadikan bahan makan malam," ucap Takumi kembali menutup pintu kulkas dan menatap Kenichi dengan pandangan menilai.

Kenichi menghela napas, "Biasanya aku hanya membeli makanan take out atau makanan convenience store."

"Baiklah kalau begitu, kita pergi keluar untuk membeli bahan dan aku akan memasakkanmu makan malam."

"Kau berbicara seperti istriku saja," ungkap Kenichi menyeringai geli.

"Untuk malam ini aku akan menjadi istrimu," Takumi menggandeng lengan Kenichi dan menariknya untuk berjalan keluar dari apartemen.

~

"Apakah ini artinya senpai tidak pernah makan makanan rumah?" tanya Takumi dengan kedua tangan di dalam saku celananya.

Kenichi menggeleng, "Tidak, aku pernah makan makanan rumah, terkadang. Lagi pula aku sebenarnya pintar memasak," akunya.

Takumi tertawa terbahak-bahak, "Jangan bercanda."

Tangan Kenichi bergerak untuk menguci mati kepala laki-laki di sampingnya, "Jangan meremehkanku, nak. Mungkin saja aku lebih baik darimu dalam memasak."

Our High School JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang