Oshiro Eiji memperbaiki posisi kacamatanya dan merapikan rambutnya. Ia tidak ingin terlihat tidak rapi nanti ketika ia berdiri di podium. Dengan bangga Eiji menghembuskan napas penuh kemenangan. Perjuangan kerasnya berhasil membuatnya memperoleh posisi nomor satu di peringkat nilai ujian masuk SMA Wakamoto. Nilai terbaik selama tiga tahun terakhir di SMA terbaik di kota. Semua ini sudah direncanakan oleh Eiji. Memperoleh nilai terbaik di ujian masuk, dilanjutkan dengan nilai terbaik di seluruh angkatan pada setiap semester, dan memasuki Universitas Kyoto dengan lancar.
Setelah itu barulah ia kembali merencanakan hidupnya setelah ia berhasil diterima di Universitas Kyoto. Sambil tersenyum Eiji mengambil tas sekolahnya dan mengantungnya di pundak. Ia berjalan keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju ruang makan. Ia melihat adik perempuannya sedang berlari-lari sambil memakan sarapannya. Ibunya duduk di sofa ruang keluarga sembari menyuapi adiknya untuk sarapan. Sementara ayahnya sedang menghabiskan sarapannya sambil membaca sesuatu dari layar ponselnya.
"Eiji-chan, sarapanmu di atas meja ya," ujar ibunya dari ruang keluarga.
Eiji mengangguk dan duduk di hadapan ayahnya. Sementara ia memakan sarapannya, ayahnya menatapnya dengan seksama dan mengangguk bangga.
"Sudah mempersiapkan apa yang akan kau pidatokan kepada siswa lain?" tanya ayahnya, menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Ya, aku sudah latihan beberapa kali di depan cermin tadi," jawab Eiji kembali melanjutkan makanannya.
"Baguslah kalau begitu," tukas ayahnya, yang kemudian kembali diam melanjutkan sarapannya.
Hiroshi Oshiro, ayah dari Eiji, tidak begitu suka berbicara dan lebih suka diam. Ia hanya berbicara untuk masalah-masalah penting saja. Berbeda dengan ibunya yang lebih mudah berbicara dan berteman dengan tetangga-tetangga komplek rumah mereka. Dan untuk pribadi itu Eiji memperoleh kepribadian ayahnya, sementara kakak laki-lakinya dan adik perempuannya mengikuti ibunya yang ceria dan pintar bersosialisasi.
Eiji tidak pernah iri ataupun keberatan dengan tingkat sosialisasinya, bahkan ia lebih memilih untuk diam dibandingkan banyak berbicar hal-hal yang tidak penting. Ia lebih suka berbicara hal-hal yang penting dan langsung ke intinya. Sehingga ia menyukai bagaimana dirinya sekarang.
Adik perempuannya datang berlari menghampiri Eiji sambil menaruh kedua tangan di atas paha Eiji.
"Onii-chan akan pidato kepada seluruh sekolah?" tanya adiknya dengan wajah cerah. "Hebat sekali, aku juga ingin!"
Eiji mengelus kepala adiknya dan sebelum ia menjawab ibunya datang menghampiri mereka dan merangkul Eiji dengan bangga.
"Kalau Yumi-chan mau seperti Eiji-chan, Yumi-chan harus rajin belajar sejak sekarang dan makan yang banyak!" ibunya menyahut dengan semangat sambil kembali menyuapi makanan untuk anak bungsunya.
Eiji mengangguk mengiyakan perkataan ibunya, "Ibu benar, belajar yang giat dan makan yang banyak," ulangnya.
Yumi Oshiro mengangguk kencang dan menaiki kursi di samping ayahnya untuk menyelesaikan sarapannya. Setelah adiknya duduk dengan manis, Eiji barulah bisa menyelesaikan sarapannya dengan suasana tenang tanpa adiknya berlari-lari mengelilingi ruang makan.
Beberapa saat setelah itu Eiji selesai menghabiskan sarapannya dan menaruh piring kotornya di tempat cucian. Ia kembali berjalan ke ruang makan dan mengizinkan dirinya untuk segera berangkat.
"Baiklah, aku berangkat dulu," tukas Eiji membungkukkan badannya kepada orangtuanya.
Yumi melambaikan tangannya dengan lucu sambil tersenyum, "Hati-hati di jalan, Onii-chan."
"Biar Ibu temani kamu sampai depan pagar," ujar Kaori Oshiro berjalan di samping Eiji.
Eiji menyadari ibunya terus memperhatikannya bahkan ketika ia hanya mengenakan sepatu. Mereka berjalan bersama sampai di depan pagar rumah, sebelum Eiji beranjak pergi, ibunya menarik badannya dan memeluknya erat.
"Semoga berhasil pidatonya," ujar ibunya mendekap pipi Eiji erat, "semoga hari pertamamu menyenangkan. Bertemanlah, jangan terlalu menghabiskan waktumu belajar."
Eiji tidak menjawab ibunya dengan perkataan, akan tetapi ia menjawab dengan anggukan. Setelah mengucapkan selamat tinggal, Eiji mulai berjalan menjauh dari rumahnya. Ia mengencangkan pegangan tasnya dan memperbaiki posisi kacamatanya. Perkataan ibunya membuatnya berpikir. Bertemanlah, jangan terlalu menghabiskan waktumu belajar. Tetapi, teman hanya akan memperlambar rencananya untuk bisa menjadi nomor satu di SMA dan memasuki Universitas Kyoto dengan lancar. Eiji berdecak, ia tidak yakin bisa mengabulkan permohonan ibunya mengenai pertemanan itu. Eiji tidak yakin ia bahkan membutuhkan teman selama masa SMA nya. Selama SMP ia tidak memiliki teman satupun dan lihatlah ia telah menjadi peraih nilai tertinggi ujian masuk SMA Wakamoto.
Waktu berjalan begitu cepat selama Eiji mengulang-ulang kembali pidato yang akan diucapkannya untuk upacara penerimaan siswa baru. Ia menghentikan langkahnya sesaat di depan pintu gerbang SMA Wakamoto dan menarik ujung bibirnya, tersenyum pelan. Mulai saat ini ia akan menjadi siswa SMA Wakamoto. Rencananya berjalan dengan baik, pikir Eiji berjalan memasuki gedung sekolah.
"Oshiro Eiji?"
Mendengar suaranya dipanggil Eiji menolehkan wajahnya sembari menghentikan jalannya. Beberapa orang di lorong gedung memperhatikan asal suara yang memanggil namanya dengan wajah kagum. Eiji mengernyit, siapa?
Seorang gadis dengan wajah tegas dan menawan berjalan mendekati Eiji bersama dengan lelaki berbadan tinggi di sampingnya. "Oshiro Eiji, bukan?" tanya gadis itu lagi.
Eiji mengangguk singkat.
"Bagus, akhirnya kau datang. Ikut aku," tukas gadis itu menggerakkan jari telunjuknya menyuruh Eiji untuk mengikutinya bersama dengan laki-laki itu.
Tanpa banyak bertanya Eiji berjalan mengikuti mereka. Eiji tidak tahu pasti sia mereka, namun aura dan cara gadis itu menyuruh Eiji untuk mengikutinya seperti tidak dapat ditolak. Terlebih dengan laki-laki tegas berbadan tinggi itu. Setelah berjalan beberapa menit, mereka sampai di sebuah ruangan dimana terdapat dua orang lagi di dalamnya.
Seorang laki-laki tinggi berwajah tampan dan seorang gadis cantik dengan rambut pendek di atas bahu. Kenapa orang-orang ini memiliki wajah yang begitu menarik. Eiji memandangi sekeliling ruangan dan melihat berbagai kertas dan poster mengenai acara dan kegiatan SMA Wakamoto. Siapa mereka, pikir Eiji bingung.
"Baiklah, jadi kau akan melakukan pidato sebagai perwakilan dari siswa baru tahun ini. Sesuai jadwal rundown, kami akan memberikanmu waktu paling lama lima belas menit untuk melakukan pidato. Jadi, pidato yang kauberikan akan..."
"Maaf, kalian siapa?" tukas Eiji cepat, memotong perkataan gadis yang membawanya ke ruangan itu.
Gadis itu mengernyit, sepertinya terkejut dengan pertanyaan Eiji. Bukannya wajar saja jika Eiji bertanya mereka siapa, dia belum pernah bertemu mereka.
"Kau serius tidak tahu kami?" tanya laki-laki dengan wajah tampan dan alis tajam.
"Mungkin dia belum pernah membuka website SMA Wakamoto," tambah gadis dengan wajah cantik berambut pendek.
Gadis yang mengajaknya ke ruangan itu melirik laki-laki di sampingnya yang berbadan tinggi dan menggeleng pelan. "Baiklah, ingat baik-baik wajah kami, oke. Karena kau akan sering melihat kami," tukasnya tegas.
"Perkenalkan, dik, kami Student Council SMA Wakamoto," ujar laki-laki berwajah tampan sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our High School Journal
عاطفيةHisa tidak pernah yakin dapat bertemu orang yang bisa mengerti dan memahami dirinya, ia mempercayai itu berdasarkan pengalamannya saat SD dan SMP, oleh karena itu ia tidak pernah menaruh harapan sedikit pun saat memasuki SMA. Mungkin karena itulah i...