(5) Sunday - Hisa

1 1 0
                                    

"Tuntun kami kesana, Kawaguchi-san!"

Awalnya Hisa sedikit segan ketika Takumi menyuruhnya untuk mengantarkan mereka ke tempat yang akan disarankannya. Namun, teringat tempat yang akan disarankannya adalah kios sayur mayur miliki Manami, Hisa akhirnya menyetujui permintaan Takumi. Ia bahkan mengangguk dengan bersemangat, karena ia sudah tidak bertemu dengan Manami sejak kemarin Sabtu, dan ia sudah merindukan teman satu-satunya itu.

"Dimana tempatnya?" tanya Takumi lagi.

Hisa tidak menjawab dan hanya membalas pertanyaan Takumi dengan pandangan menyuruh diam.

"Ikuti saja, bodoh," tukas laki-laki berambut pirang di samping Takumi sembari memukul puncak kepala Takumi.

Hisa memperhatikan laki-laki berambut pirang itu dan mengerjap, teringat dua kejadian yang ia saksikan terkait laki-laki itu. Kejadian di atap gedung sekolah saat istirahat makan siang, dan kejadian di kafe. Laki-laki itu telah meminta maaf tentang perlakukan teman-temannya yang membuat Hisa dan Manami terganggu, namun Hisa sendiri belum berterima kasih karena laki-laki itu telah membantu Hisa dari laki-laki yang mencengkeram pergelangan tangannya.

Takumi yang tadi meminta izin Hisa untuk membawa tali pengikat Tomo-chi saat ini sedang berlari mengikuti Tomo-chi, meninggalkan Hisa berdua dengan laki-laki bernama Nakamura Kenichi itu.

Mereka berdua tidak berbicara sepatah kata pun. Hisa menundukkan kepalanya, teringat perkataan Manami mengenai mencari teman baru. Manami menyarankan Hisa untuk bisa mengungkapkan apa yang ingin dia katakan. Dimana Hisa tidak perlu banyak berbicara, namun katakanlah hal yang penting yang memang ingin ia ungkapkan. Berada di sekeliling orang baru merupakan salah satu saran yang diberikan oleh Manami, karena itu ketika Hisa dipilih sebagai wakil ketua kelas, Hisa tidak menolak pilihan tersebut.

"Ehm," gumam Hisa pelan.

Tidak ada tanggapan. Hisa menelan ludahnya dan mendongak menatap Kenichi yang ternyata sedang memandanginya menunggunya untuk mengatakan sesuatu. Tatapan Kenichi membuat Hisa panik seketika, ia jadi merasa gugup untuk mengungkapkan apa yang ingin ia katakan. Akhirnya Hisa tidak mengatakan apa pun sampai Takumi berada di samping mereka lagi.

Mereka kembali meneruskan perjalanan mereka dalam diam. Sesekali diisi oleh keluhan Takumi kepada Tomo-chi yang tidak mengikuti langkah yang sama dengannya. Setelah beberapa saat, Tomo-chi kembali berlari cepat membuat Takumi ikut berlari mengikuti. Laki-laki itu kemudian berhenti beberapa meter dari mereka sambil menunggu Tomo-chi bermain dengan serangga dan rumput di dekatnya.

Takumi mengangkat tangannya, "Senpai, tolong gantian denganku!" pintanya.

Kenichi memutar bola matanya, "Si bodoh itu," gumamnya.

Sebelum Kenichi beranjak menjauh dari Hisa. Hisa bergidik panik sampai akhirnya ia menahan langkah Kenichi dengan menyentuh lengan laki-laki itu. Setelah menyadari Kenichi tidak berjalan menjauh dan menunggu Hisa untuk mengatakan sesuatu. Hisa segera melepaskan pegangannya dan mendongak.

Ia menelan ludah dengan susah payah, memaksa dirinya untuk lebih percaya diri. "Itu, kemarin," tukas Hisa pelan, "te-terima kasih karena telah menolongku."

Laki-laki di depannya terdiam.

"Menolongku dan temanku," koreksi Hisa, ketika ia teringat bahwa Manami juga tertolong dengan bantuan Kenichi.

Hisa kembali menundukkan kepalanya menunggu laki-laki di depannya mengatakan sesuatu. Namun, laki-laki itu tidak mengatakan apa pun. Hisa mengerutkan keningnya, mulai berpikir bahwa seharusnya ia tidak mengatakan apa-apa. Sesaat kemudian, ia merasakan tepukan lembut di puncak kepalanya untuk beberapa kali.

Dengan cepat Hisa mendongak dan mendapati Kenichi sedang memandanginya sambil menepuk kepalanya pelan. Kemudian laki-laki itu membuka mulutnya.

"Kau tidak perlu berterima kasih sebenarnya," ucap Kenichi, "tapi terima kasih, karena telah berterima kasih."

Hisa terdiam.

"Ah, senpai, kumohon sekarang kau yang menuntun Tomo-chi berjalan, aku lelah mengurusnya," ujar Takumi menghampiri mereka berdua.

Kenichi memutar badanya dan tadi menghadap Hisa menjadi menghadap Takumi. Ia mengambil tali pengikat Tomo-chi dari tangan Takumi. "Kau sudah berjuang dengan baik," ungkap Kenichi pada Takumi.

Kenichi mulai kembali berjalan dengan Takumi, namun Hisa masih terdiam terpaku di tempatnya berdiri tadi. Kenichi menolehkan kepalanya, menatap Hisa yang kemudian tersentak kaget.

"Ayo, bukannya kau yang tahu tempatnya," tukas Kenichi memanggil Hisa.

Hisa menggigit bibirnya dan mempercepat langkahnya menyesuaikan dengan dua laki-laki di depannya. Setelah beberapa saat mereka berhenti di sebuah kios sayur mayur di lingkungan perumahan di pinggir kota. Takumi memandang Kenichi dengan raut sedih.

"Senpai, memegang Tomo-chi terlalu sebentar," ungkap laki-laki itu.

Kenichi memukul puncak kepala Takumi, "Kau sedang tidak beruntung berarti."

Mendengar pembicaraan mereka berdua membuat Hisa merasa bersalah. Ia berdiri mendekati Kenichi dan bergerak-gerak mencoba mengambil tali pengikat Tomo-chi dari tangan Kenichi.

"Apa?" tanya Kenichi menoleh menatap Hisa yang terlihat kikuk.

"Ehm, itu," gumam Hisa menunjuk tali pengikat anjingnya.

Kenichi melirik tali pengikat di tangannya dan kembali menatap Hisa, "Tidak apa-apa, biar aku saja yang pegang."

Hisa memberengut ketika Kenichi mulai melihat-lihat bahan baku di kios di depannya. Seharusnya dari awal biar Hisa saja yang memegang tali pengikat Tomo-chi, pikir Hisa di dalam batinnya.

"Hisa-chan?"

Suara itu membuat ujung bibir Hisa tertarik membentuk senyuman.

Our High School JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang