Hari pertama SMA telah selesai, dan kegiatan kelas ditutup oleh rapat akhir kelas dengan wali kelas 1-3. Eiji memasukkan seluruh alat tulisnya ke dalam tas dan merapikan bajunya. Ia memperhatikan Haru-sensei yang berdiri di depan kelas menuliskan sesuatu di papan tulis. Ketika Haru-sensei berhenti menulis, Eiji segera membaca tulisan yang terpampang di papan tulis. Ketua kelas dan wakil ketua kelas.
"Jadi sebelum Sensei membubarkan kalian hari ini, kita harus memilih ketua dan wakil ketua kelas kelas 1-3. Apakah ada yang memiliki saran sebagai calon?" tanya Haru-sensei menaruh kedua tangannya di atas meja guru.
Tidak ada nama yang terlintas di benak Eiji untuk dicalonkan sebagai ketua kelas. Ia bahkan tidak ingat dengan nama-nama siswa di kelasnya selain nama gadis yang paling cantik di kelas, tentu saja, Kawaguchi Hisa. Tapi, hal tersebut tidak membuat Eiji menyodorkan nama Hisa sebagai calon ketua kelas. Ia tidak akan melakukan hal bodoh dan melempar nama orang lain tanpa persetujuan orang itu. Tindakan seperti itu sangatlah ceroboh dan merepotkan.
"Aku mencalonkan Oshiro Eiji sebagai ketua kelas, Sensei!"
Haaaa?
Eiji memutarkan kepalanya menoleh mengikuti asal suara. Siswa yang mencalonkan namanya tidak lain adalah laki-laki di sampingnya yang saat ini memberikan jempol kanannya mendukung. Apakah laki-laki itu bodoh, pikir Eiji dengan wajah bingung. Kali ini laki-laki itu menepuk pundak Eiji dengan bangga.
"Tenang saja, kau pasti menang," tukas laki-laki itu lagi, membuat Eiji semakin mengerutkan alisnya.
"Baiklah, calon pertama Oshiro Eiji, apakah ada nama lain?" tanya Haru-sensi lagi, sembari menulis nama Eiji di papan tulis.
Haaaaa?!
Kali ini Eiji hanya menatap bengong ke papan tulis yang bercorek namanya. Ia seperti sedang di dalam sebuah permainan dimana semua mendorognya untuk menjadi korban.
"Aku mencalonkan Kawaguchi Hisa, Sensei!"
Seluruh kelas menjadi riuh ketika nama gadis itu diucapkan. Eiji semakin bingung, ia memperhatikan punggung Hisa dan tidak melihat pergerakan besar dari gadis itu. Apakah gadis itu rela membiarkan namanya dicalonkan tanpa persetujuannya.
"Sensei!" laki-laki di samping Eiji kembali berbicara, "Bagaimana kalu Oshiro-san sebagai ketua kelas dan Kawaguchi-san sebagai wakil ketua kelas."
Oh, laki-laki di sampingnya benar-benar sudah kehilangan akal.
"Apakah yang lain setuju?" tanya Haru-sensei menuliskan nama Hisa di papan tulis.
Seluruh siswa bersorak-sorai menyetujui keputusan yang dibuat oleh laki-laki di sampingnya. Eiji masih terdiam tidak mengerti, semua berjalan begitu cepat. Ia tahu semua anak ini ingin cepat-cepat pulang yang menyelesaikan pemilihan ini, tapi bukan begini caranya, pikir Eiji.
"Baiklah kalau begitu, karena tidak ada yang menolak kita putuskan Oshiro Eiji sebagai ketua kelas dan Kawaguchi Hisa sebagai wakil ketua kelas," tukas Haru-sensei dengan senyum lebar. "Kalau begitu semuanya bisa pulang dan untuk Oshiro-san dan Kawaguchi-san bisa bertemu sebentar denganku di ruang guru."
Eiji terdiam plong melihat siswa-siswa kelasnya berjalan berserakan keluar dari ruang kelas untuk pulang. Beberapa siswa berjalan melewati Eiji sambil menepuk pundaknya.
"Mohon bantuannya nanti, Oshiro-san."
Perkataan itu malah semakin membuat Eiji bingung, ia menoleh ke sampingnya dan laki-laki yang duduk di sampingnya tersenyum menempuk pundak Eiji kuat. "Sama-sama, aku yakin kau bisa," ujar laki-laki itu kembali memberikan jempol kepadanya.
Sebelum Eiji melemparkan bantahan kekesalannya, laki-laki itu sudah berlari keluar dari ruang kelas. Eiji menghela napas panjang dan menyandarkan badannya di meja. Ia kembali memikirkan ulang apa yang baru saja terjadi. Kemudian ia menarik kesimpulan bahwa dari pada berfokus pada yang buruk akan lebih baik jika ia berfokus kepada hal yang baik. Dengan ia menjadi ketua kelas ia bisa memiliki pengalaman kepemimpinan untuk pendaftaran kuliahnya nanti.
Eiji merasa seseorang menepuk pundaknya, ia segera menoleh dan mendapati Hisa berdiri dengan tas sekolahnya sambil menunjuk keluar kelas.
"Hah?" tanya Eiji bingung.
Gadis itu membuka mulutnya kecil, "Ueda-sensei."
Menyadari maksud gadis itu Eiji segera mengangguk cepat dan mengambil tas sekolahnya. Ia baru ingat bahwa Haru-sensei menyuruh mereka untuk mendatanginya di ruang guru. Eiji berjalan tanpa bersuara dengan gadis di sampingnya. Boleh dikatakan Eiji sudah menyadari bahwa Hisa telah dipilih oleh siswa laki-laki di kelasnya sebagai gadis paling cantik di kelas. Eiji bahkan harus mengakui kecantikan Hisa mungkin yang paling cantik di sekolah. Kemudian ia kembali mengoreksi pikirannya setelah teringat oleh student council SMA Wakamoto tahun ini. Hisa jelas-jelas bisa lolos apabila mereka membuka pendaftaran bagi anggota student council.
Tapi mungkin gadis-gadis di kelasnya tidak banyak yang menyukai Hisa. Sebagaimana tadi baru saja terjadi drama yang cukup tidak penting di pikiran Eiji mengenai Hisa. Namun, Eiji bisa memahami mengapa beberapa gadis di kelasnya tadi menjelek-jelekkan Hisa ketika gadis itu tidak ada. Eiji melirikkan matanya menatap Hisa yang berjalan di sampingnya. Gadis itu memang memberikan aura yang cukup dingin.
Hisa menghentikan langkahnya membuat Eiji tersentak. Gadis itu kemudian menunjuk pintu ruang guru dan menatapnya dengan mata lebar. Eiji segera menghentikan kakinya dan berdeham pelan sebelum membuka pintu ruang guru. Pikirannya mengenai kejadian tadi siang hilang begitu saja.
"Ah, Oshiro-san, Kawaguchi-san," tukas Haru-sensei sambil meminum teh dari gelas di tangannya.
Eiji berjalan mendekati Haru-sensei, diikuti oleh Hisa.
"Jadi nanti ada beberapa dokumen yang harus kalian isi terkait siswa kelas kita setiap harinya, ada jadwal kehadiran siswa, jadwal piket, dan lainnya. Seluruhnya sudah saya tulis disini untuk kalian berdua. Nanti juga ada jadwal bulanan dimana setiap perwakilan kelas perlu melapor kepada student council, untuk jam waktunya nanti akan dikabarkan oleh pihak student council."
Haru-sensei memberikan Eiji dan Hisa secarik kertas mengenai aktivitas yang harus mereka urus sebagai perwakilan kelas.
"Apakah ada yang ingin kalian tanyakan?"
Eiji menggeleng cepat sembari membaca kertas di tangannya.
"Kawaguchi-san?" tanya Haru-sensei.
Hisa menggeleng pelan.
"Oh, ya untuk nomor ponsel saya mungkin bisa kalian simpan," tukas Haru-sensei.
Eiji dan Hisa mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik nomor ponsel wali kelas mereka.
"Kalau ada yang kalian bingungkan kalian bisa langsung mengirimkan chat ke saya. Mungkin membuat grup line bertiga juga bagus. Sehingga saya tidak perlu membalas chat kalian dua kali," Haru-sensei melihat jam di tangannya. "Oop, kalian bisa pulang sekarang, aku tahu betul kalian ingin segera melihat-lihat kegiatan klub SMA Wakamoto."
Eiji melirik Hisa yang tidak berkomentar apa-apa.
"Nanti kalian bisa buat grupnya berdua dan invite saya, oke," ujar Haru-sensei kembali meminum teh nya.
Hisa mengangguk dan berjalan keluar dari ruangan, membuat Eiji tersentak dan mengikuti. Eiji menghentikan langkah Hisa dan mengangkat ponselnya.
"Nomormu?" tanya Eiji bersiap-siap untuk menyimpan nomor Hisa.
Hisa mengucapkan nomor ponselnya dan terdiam menunggu reaksi dari Eiji. "Ehm, nanti aku akan membuat grup untuk kita bertiga," ucap Eiji menjelaskan. Hisa menangguk kecil dan menunjuk keluar sekolah. Mungkin gadis itu ingin segera pergi.
Kali ini Eiji mengangguk dan membiarkan Hisa berjalan lebih dulu dan menjauh dari pandangannya. Ia menghela napas panjang.
"Memang terlalu cantik," tukas Eiji berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our High School Journal
RomanceHisa tidak pernah yakin dapat bertemu orang yang bisa mengerti dan memahami dirinya, ia mempercayai itu berdasarkan pengalamannya saat SD dan SMP, oleh karena itu ia tidak pernah menaruh harapan sedikit pun saat memasuki SMA. Mungkin karena itulah i...