sepiring nasi goreng dan segelas susu tersedia di meja sebelah tempat tidurku, setiap pagi aku di sambut dengan wanginya nasi goreng, walaupun aku tak pernah memakannya
bukannya aku tidak suka, tapi aku benci sama orang yang menyiapkannya.
" pasti perempuan itu yang menyiapkannya " gumamku sembari menyambar handuk dan buru buru masuk ke kamar mandi
" non, kok nasi gorengnya gak di makan ? " bik surti melongo melihat nasi goreng itu masih utuh tanpa aku sentuh
" buang saja bik " teriakku dari dalam kamar mandi
" loh kok di buang ? padahal nyonya sudah menyaipkannya buat non prilly "
" sudah berapa kali aku bilang, jangan pernah panggil dia nyonya ! karena nyonya di rumah ini Cuma mamah ! kenapa sih bibik gak per...... " belum sempat ku selesaikan ucapanku suara klakson mobil terdengar
Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnn
untunglah tuh dua mahluk segera datang dan menyelamatkan bi surti dari amukan ku.
" tiap pagi mood gw ancur gara gara tuh perempuan "
" gara gara nasi goreng lagi ? trus ujung ujungnya debat sama pembokat lo ? kenapa sih pril lo belum bisa terima perempuan itu masuk ke kehidupan lo " Tanya delfi
" gak akan bisa dan gak akan pernah nerima dia masuk ke kehidupan gw , SELAMANYA " jawabku tegas
" coba deh pril buka hati lo, dan liat betapa tulusnya dia... rasakan kasih sayangnya, sebelum lo nyesel "
" sorry fi, gw gak minat "
" woyyyyy, udahan kek debatnya... kapan jalannya keburu telat nih, kalo tiap pagi gw liat beginian bisa stress sebelum waktunya" tegur ali dari belakang. Yang berhasil menghentikan aksi adu mulut antara aku dan delfi.
Ali laki laki yang tampan dengan mata yang tajam dan alis yang tebal, yang di anugrahi bulu mata yang lentiknya mengalahkan bulu mata anti badai milik syahrini, yahhh dia pria keturunan arab yang digilai banyak wanita.
Delfi laki laki yang dewasa dan bijaksana, wajahnya asli Indonesia tapi dia juga tak kalah tampan dari ali.
Ali dan delfi adalah sahabat terbaik yang pernah ku miliki, hanya dengan mereka aku bisa menjadi diriku sendiri, mereka yang slalu ada untukku, mereka yang slalu membuatku tertawa dengan cara caranya yang luar biasa.
Kita bersahabat sejak kita masih kecil, walaupun ayahku tidak pernah suka setiap kali aku berkumpul bersama mereka, mungkin karena kita berbeda keyakinan, ayah takut kalo suatu hari nanti aku berpindah keyakinan karena terpengaruh oleh mereka.
Meskipun kita berbeda keyakinan tapi kita saling menghormati satu sama lain, seperti waktu sholat dan mereka juga slalu mengingatkanku waktu untuk ke greja. Dan setiap natal mereka slalu datang ke rumahku meskipun mereka tidak merayakannya begitu juga sebaliknya setiap hari raya idul fitri giliran aku yang datang kerumah mereka, makan ketupat dan berkumpul bersama keluarga besarnya.
Tuhan... trimakasih sudah memberikan sahabat yang luar biasa seperti mereka, aku bahagia bisa menikmati kebersamaan di dalam perbedaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat hidup
Spiritualkamu harus tegas memilih perasaan yang harusnya di tinggalkan atau di perjuangkan karena pada akhirnya yang kita cari itu bukan tentang kesempurnaan melainkan tentang kenyamanan