Chapter 4

714 56 2
                                    

Prilly's Pov

~ andai kamu tahu, sejak saat itu hingga Sekarang, hanya nama kamu yang slalu terselip di dalam do'a ku, aku tak pernah lelah meminta kepada tuhan, semoga suatu hari nanti kamu Yang akan menjadi penggenap separuh agamaku ini ~

Untuk kesekian kalinya aku menggeleng - gelengkan kepala ketika membaca Surat ini, entah ini Surat Yang ke berapa, siapa orang yang dengan setia membuat Surat ini selama 12 tahun.

Selama 12 tahun setiap pagi aku slalu di sambut dengan sebuah Surat Yang tersimpan dengan rapih di bawah jendela kamarku, mahluk seperti apa dia ini? Yang tak pernah bosan mengirmku sebuah Surat, kadang aku tertawa, terharu Dan bahagia ketika membaca surat Surat darinya.

Tak pernah sekalipun aku membalasnya, karena si pemberi surat itu slalu bilang di akhir tulisannya bahwa dia tidak ingin mendapat balasan Surat dariku.

Dia ingin mendengarkan jawabannya langsung dari bibirku, slalu tersimpan pertanyaan di dalam pikiranku, apakah dia seorang pengecut? Kenapa tidak pernah berani menemuiku? Sampai kapan dia akan mencintaiku dalam diam?

" nonaa.... " teriakan bik surti membuatku terlonjak kaget

" Ada apa bik ? " tanyaku panik

" itu nyonya pingsan di kamar "

Aku buru buru masuk ke dalam kamarnya, perempuan itu tidak sadarkan diri, apa Yang harus aku lakukan? Lama aku bergelut dengan pikiranku sendiri, hingga akhirnya aku memutuskan Untuk menelpon dokter keluarga. Jangan pernah berpikir apa Yang aku lakukan ini karena aku sudah berdamai dengan perempuan itu, tentu tidak. Semua Yang aku lakukan murni karena rasa prikemanusiaan.

" nyonya fatma cuma kelelahan Dan telat makan, insyaallah nanti siang kondisinya juga sudah stabil " Ucap dokter arifin

Aku kembali ke kamarku Dan menghempaskan tubuhku di atas kasur, setiap Kali aku melihat wajah perempuan itu seperti membuka luka lama Yang sekuat tenaga aku kubur rapat rapat.

Dulu kebahagiaanku begitu sempurna, aku di anugrahi keluarga Yang utuh Dan aku mempunyai kaka perempuan yang cantik Dan baik.

Setiap hari libur kami slalu pergi shopping atau bermain ke tempat rekreasi, Dan sesekali kami menghabiskan waktu dirumah, memasak bareng, karena kebetulan aku Dan kaka suka sekali memasak.
Ayah Dan ibulah Yang slalu mencicipi masakan kami.
Ayah slalu memberi hadiah buat Yang masakannya enak, aku sering menangis karena kalah, masakanku tidak seenak maskan kaka.

" adek jangan nangis ya, ntar gak imut lagi kaya kaka.. nih hadiahnya buat adek aja, tapi janji gak boleh nangis ya" kaka slalu mengalah apapun dia berikan Demi membuatku tersenyum.

Tetapi kebahagiaan itu terenggut seketika, semua tak lagi indah sejak kejadian itu menimpa keluargaku.

Dimulai dari usaha Ayahku Yang bangkrut karena kena tipu rekan kerjanya, ibu meninggal Dan Ayah menikah lagi dengan prempuan itu, kalian tau siapa perempuan itu? Dia adalah sahabat dari ibuku sendiri.

Setelah menikah Ayah lebih memilih ikut perempuan itu ke negaranya, dengan teganya meninggalkan aku Dan kaka Yang saat itu sedang membutuhkan kasih sayang lebih, bertahun tahun aku Dan kaka berjuang Untuk bertahan hidup, mengorbankan masa kecil kami Yang harusnya diisi dengan canda tawa, bukan air mata karena menunggu kepulangan seorang Ayah Yang entah kapan akan kembali.

5 tahun kemudian Ayah kembali lagi ke Indonesia, tapi bukan kebahagiaan Yang dia berikan Untuk mengganti tahun tahun Yang terlewat tanpanya, tapi dia Dan perempuan itu menambahkan luka sedemikian hebatnya.

Kalian tau apa Yang mereka renggut dariku? Kakaku !

Kakaku pergi dari rumah bersama kekasihnya, alasannya karena Ayah menentang dengan keras hubungan mereka, dalam perjalanan kaka mengalami kecelakaan hingga akhirnya maut menjemput mereka berdua.

Kaka... Kenapa kaka begitu tega meninggalkanku, aku disini membutuhkanmu, aku butuh sosokmu Untuk menggantikan ibu.

Hanya sebuah Surat Yang tertulis dengan begitu rapi di atas tempat tidurku sebagai salam perpisahan darinya

Haiii kebahagiaanku...

Adikku Yang tercinta, betapa bahagianya aku memilikimu, sebelumnya kaka mau minta maaf karena tidak bisa menemani kamu berjuang, tidak bisa menemanimu Untuk lebih mengenal dunia ini, maaf karena tidak bisa menanimu mewujudkan satu persatu mimpi Dan inginmu
Kamu harus percaya, bawa kaka tidak pernah meninggalkanmu, kaka akan slalu Ada di hatimu ketika takdir memisahkan ruang Dan waktu antara kita.

Aku menangis sejadinya, ka.... kini adikmu berjuang sendiri, aku tidak bisa lagi berbagi cerita dengamu Untuk mengurangi beban hidup ini.

Sampai pada akhirnya tuhan mengirimkan sahabat Yang luar biasa seperti Ali Dan delfi.

Sahabat hidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang