11. Hujan Oh Hujan

73 9 14
                                    

Penulis: Andrew
anomaliez

Prompt:
Ren kehujanan dikutuk jadi hujan.

🍀🍀🍀

CERITANYA, hari ini mendung. Sang langit menunjukkan mood-nya yang sedang tidak dalam keadaan baik kepada semua orang di kota. Entahlah apa yang dilakukan matahari kepadanya. Mungkin dalam waktu dekat, langit akan menurunkan hujan tangisnya.

Akan tetapi, itu tidak menghentikan Ren dari aktivitasnya di taman belakang vila. Pemuda bertubuh bak tiang listrik itu tengah asyik menyirami tanaman sembari mendengarkan lagu dari earphone. Sesekali dia terlihat berjoget mengikuti irama. Dirinya sama sekali tidak sadar kegiatan anehnya itu diperhatikan.

Selesai pirouette, Ren lantas lepas earphone-nya. Dia langsung terkejut tatkala menoleh ke belakang, dia dapati sesosok pemuda yang hampir setinggi dengannya. Pemuda berkacamata dengan postur yang sedikit mengingatkannya pada sosok elf penyuka role-playing game dan pencarian magis dari film kartun 'Onward'. Itu adalah Andrew.

"Udah selesai joget-jogetnya?" Andrew tersenyum simpul.

Ren hanya terkekeh garing. "U-udah, kok. Hehehe."

"Ayo masuk. Sebentar lagi hujan, lho." Andrew menunjuk langit dengan dagunya. "Yang lain udah pada nungguin kamu, tuh, di dalam."

Ren malah menggeleng, berkata, "Enggak, deh, Kak. Aku masih mau di sini. Mau mandi hujan."

"Heh! Nggak boleh, ya! Nanti demam, baru tahu rasa." Andrew menatap Ren setajam silet, membuatnya menelan ludah gugup. Sejenak kemudian, Andrew teringat sesuatu. "Oh, iya. Kamu nggak bakal sakit, sih. 'Kan aku yang menulis cerita ini."

"Maksudnya?"

"Ah, lupakan saja. Nggak penting, hehe." Andrew menyesap isi botol kaleng A&W sarsaparilanya, lalu berbalik badan. "Kalau begitu, aku masuk duluan, ya. Jangan lama-lama, nanti aku bikin kamu mati di akhir cerita—"

"Hah? Maksud Kakak?" Ren menautkan alis, dia tampak sangat bingung.

Andrew salah tingkah sendiri. Duh, bodohnya dia. Asal ceplas-ceplos seperti itu. Nanti keseimbangan antara dunia fiksi dan dunia nyata hancur, baru tahu rasa diamuk massa. Dia pun mengibrit masuk tanpa menjawab pertanyaan Ren.

Ren mengangkat bahu. "Ya sudahlah. Mungkin Kak Andrew lagi butuh cekokan virus sableng. Dia terlalu kalem belakangan ini. Nanti aku coba minta bantuan Klinik Kak Elin, deh."

Baru saja Ren mau menyalakan selang, sebuah tetes air jatuh ke tangannya. Dia perhatikan tetes air di tangannya itu, kemudian menengadahkan kepala. Setetes air tanpa basa-basi jatuh ke matanya. Hore, dia kelilipan.

Sesaat kemudian, langit langsung menhujankan seluruh air matanya. Deras sekali, tanpa memberikan kesempatan untuk Ren menepi ke dalam vila. Kini, keinginannya tadi terkabul—dia mandi hujan. Seluruh bagian tubuhnya, termasuk baju dan celananya, basah semua.

Apa salah dan dosaku, ya Tuhan?

Sial sekali nasib Ren, ceritanya harus ditulis oleh Andrew. Yah, tidak menutup kemungkinan anggota FLC lainnya menulis cerita dengan sableng, sih. Sebenarnya Andrew sudah punya draft yang lebih waras dan sudah mencapai 900 kata lebih. Hanya saja, dia memilih untuk rehat sejenak karena kehabisan kata, dan malah berselingkuh dengan konsep ini. Tak patut.

Wah, sudah 441 kata. Mari kita lanjut.

Ren melangkah menuju bangunan yang menjadi tempat menginap sementara bagi dirinya juga anggota FLC lainnya. Ya, mereka sedang menjalani acara dalam rangka merayakan satu tahun berdirinya grup kepenulisan berlambang semanggi berdaun empat itu. Mereka yang semula bertemu lewat daring, kini bertatap muka secara langsung. Sungguh impian yang menjadi nyata.

September: Our Prompt ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang