15. ¡Felicidades! Ahora Estas Maldito

54 5 0
                                    

Penulis: Key
Aishipit

Prompt:
Raka tertarik dengan menulis, saking tertariknya ia sampai menulis di dinding rumah warga sekitar. Raka pun mendapatkan julukan Dewa Penulis Dinding. Raka senang dan sekarang ia menulis di wajah Anda.

🍀🍀🍀

Tik ... tik ... tik.

Dengan saksama, kau mendengar suara detik di jam dindingmu yang terpajang di sudut kamar.  Pandanganmu terlihat begitu nanar, seolah kau tidak memiliki jiwa dalam ragamu. Seolah kau tidak mau hidup dalam tubuh itu.

Kau mendesah pelan, merasa bosan dengan atmosfir kamarmu yang tidak memiliki apapun yang menarik. Untuk beberapa saat, kau berpikir untuk pergi keluar kamar dan mengganggu saudaramu. Namun karena kau merasa tidak dalam keadaan ingin mengganggu, kau terdiam dan hanya duduk di atas ranjang.

Manik kelabumu bermain, menatap sekitar. Tidak ada yang bisa dilihat di sini, sungguh. Kamarmu tidak memiliki banyak perabotan seperti kamar-kamar lainnya. Tentu, ada ranjang, meja belajar, sebuah kursi, lemari baju, dan rak buku. Apalagi selain itu? Tidak ada.

Setelah mendesah sekali lagi, tubuhmu berputar ke kiri untuk membiarkan kedua kaki penopang tubuh itu menjejak lantai dari kayu yang sudah tua. Suara-suara kayu yang bergesekan dengan kayu lainnya kini memenuhi ruangan.

Apa yang akan kau lakukan? Terlalu bosan hingga kau membiarkan kedua kakimu pergi ke tempat yang diinginkannya. Kedua kaki itu mengantarmu ke meja belajar jauh di sisi lain kamarmu. Bukan waktunya untuk belajar, tetapi kau tidak terlalu peduli.

Siapa tahu, dengan belajar kau bisa jatuh ke alam mimpi tanpa sadar saking membosankannya? Itu jauh lebih baik daripada perlahan dibunuh oleh atmosfir yang membosankan ini, begitu setidaknya pikirmu.

Saat kau menarik kursi di hadapan meja belajarmu perlahan, suara ibumu memanggil. Suara beliau berkata, bahwa makan malam sudah siap. Kau hanya memutar bola matamu, tidak suka dengan nama makan malam yang lolos dari mulut ibumu. Kau tidak lapar, yang kau butuhkan hanya sebuah hiburan.

Dengan malas, bokongmu menyapa permukaan kursi. Kau terduduk di depan meja belajar, tetapi bingung harus melakukan apa. Ada beberapa buku yang tidak tertata rapi, sebuah laptop dan beberapa alat tulis di sana-sini. Kelihatannya, kau belum sempat membereskan mejamu.

Kau tidak peduli. Setelah sekali lagi memutar bola mata, akhirnya kau membuka laptop yang ada di hadapanmu. Layarnya hitam, tentu saja karena kau belum menyalakannya. Dengan enggan, kau menekan tombol nyalakan, menunggunya untuk menyala.

Beberapa menit kau menunggu, layar laptopmu berubah menjadi biru terang. Setelah itu, ada lingkaran yang berputar di tengah-tengah layar. Tidak perlu waktu lama, layar utama akhirnya muncul di depan wajahmu. Kau tidak tahu mau melakukan apa dengan laptopmu, maka dari itu kau memilih untuk turun ke lantai dasar agar bisa makan bersama dengan anggota keluargamu yang lain.

Rumahmu tidak terlalu besar, hanya kau yang kamarnya berada di lantai dua atas permintaanmu sendiri. Entah sejak kapan kau mulai menjadi seorang pemurung, penyendiri. Ke manapun kau pergi, aura kelabu selalu menutup semuanya yang menyenangkan. Semuanya hanya karena kau bosan dengan hidupmu yang selalu berjalan lancar, tidak ada hal yang menarik.

Terkadang saat kau menonton sebuah film layar lebar dengan banyak petualangan dan aksi dari dikejar monster laut atau roh jahat yang tak sengaja dilepas oleh tokoh yang menyebalkan dalam film, kau kau seperti para tokoh film.

Tidak ada yang bisa kau lakukan, dan kau tahu betul mengapa; kau hidup di dunia nyata yang tidak akan mungkin berjalan seperti apa yang kau inginkan. Di sini, tidak ada mosnter laut yang tiba-tiba bangkit atau roh jahat yang bisa dilepas untuk membuat rusuh satu kota.

September: Our Prompt ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang