7. Alasan Ravoer Jerropow Ikut Banyak GC Nulis

71 11 26
                                    

Penulis: Fuyu
pinnavy

Prompt:
Rav, seorang gadis tomboy yang dapat mengendalikan air sejak kecil secara tidak sengaja melakukan sebuah kesalahan—menenggelamkan sebagian daratan di bumi karena kesal dengan ulah manusia yang tidak menjaga air dan laut—dan harus melakukan sesuatu untuk mengembalikannya seperti sediakala.

🍀🍀🍀

Aku berhak untuk menyombongkan diri.

Lihatlah, aku punya kelebihan dibanding orang lain. Mereka bisa apa? Makan dan tidur. Sebuah kegiatan yang berguna untuk dirinya sendiri.

Aku? Aku bisa apa?

Aku bisa mengendalikan air, kau tahu. Aku bisa membuat sumur yang kering jadi berisi kembali. Bisa membuat air minum sendiri tanpa harus membeli galon.

Aku hebat, tentunya.

Namaku Rav. Lengkapnya, Ravoer Jerropow. Jangan pikir aku seorang lelaki! Karna aku adalah seorang perempuan. Ya meski, agak sedikit tomboy sih. Mungkin karna pengaruh namaku kali, ya.

Seperti yang kubilang di awal, aku ini sombong. Dan aku berhak sombong. Karna aku punya kelebihan. Kelebihanku ini berguna untuk kepentingan umat manusia. Dan kau tahu? Hanya aku seorang di dunia ini yang punya ilmu ini.

Tapi tapi. Aku tidak berniat mengajarkannya pada siapapun. Tidak sudi aku melakukannya. Lebih baik aku simpan saja untuk diriku sendiri. Biar aku jadi manusia langka di dunia ini.

Hahahaha.

Dan, begitulah kepribadianku saat aku masih kecil. Aku terlalu menyombongkan kelebihan yang Tuhan kasih untukku. Bukannya bersyukur, aku malah mengejek orang lain yang tidak punya kelebihan ini. Memang kurang ajar sekali aku ini.

Beranjak SMP, aku mulai sedikit kalem. Yang awalnya, aku biasanya memakai kekuatan ini untuk hura-hura, sekarang, aku menggunakannya hanya jika dimintai tolong saja.

Seperti saat ada gelandangan yang nyamperin aku. Dia mau minum. Aku kasih. Seperti saat ada kalanya tetangga meminta bantuan kita untuk menyiram tanaman karna air di rumahnya sedang habis. Aku bantu.

Berguna sekali aku ini, bukan?

Ah, stop. Aku mulai bersikap sombong lagi.

Makin tua, aku makin dewasa. Dan makin kalem tentunya. Endak sableng. Kayak temen-temen aku di dunia semanggi.

Iya, kupikir aku sudah dewasa.

Sejak kejadian itu terjadi—

Saat aku dan temanku bernama Zahrah, sedang berlibur sebentar ke pantai tetangga. Ya bosen lah. Masa main pasir di pantai deket rumah muluk.

Saat itu, aku dan Zahrah lagi nangkep kepiting. Kepitingnya ngamok, karena aku berhasil mencubit matanya. Akibat tindakan itu, Zahrah menjerit karena kakinya terpeleset di pasir.

Aku berusaha membantu Zahrah sebisaku. Tapi aku tidak lagi membawa betadine. Jadi aku hanya membersihkan lukanya dengan air yang kukeluarkan. Hebat 'kan aku—ok stop.

Luka di kaki kiri Zahrah telah diobati, lalu muncullah seseorang yang kukira dia bernama Syah, sedang berlari menuju tengah laut. Kelen tempe apa yang dia lakukan?

Dia, dia, dia. Ah aku tidak tega bilang ini. Sebagai makhluk setengah H2O, aku merasa telah terkhianati.

Syah membuang sampah ke tengah laut. Emang tidak betul itu budak. Harusnya 'kan  buang sampah itu ke sungai aja, bukan ke laot euy.

Aku kesal akan tindakan Syah. Lalu, dengan tanpa kesadaranku, aku menggunakan seluruh kekuatanku.

Aku tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Ini di luar kehendakku. Sampah-sampah itu, menenggelamkan masyarakat. Aku baru sadar ternyata volume sampahnya sudah membukit. Sampai-sampai, mereka ikut tenggelam bersama si sampah.

Aku juga ikut tenggelam. Tapi aku masih bisa napas. Dan lagi, aku tidak tahu skala penenggelaman ini sampai ke mana. Apakah sampai ke hatimu?

/ea

/otida. Gagal kalem.

Aku masih tenggelam di sana saat seorang manusia biasa, mendatangi tempatku tenggelam.

"Apa yang kau lakukan?"

"Aku kesal dengan dia. Kenapa membuat laut di sini tambah kotor? Ini sudah kotor. Sehingga membuat turis jadi malas pergi ke sini," kataku langsung.

Orang itu menggeleng-geleng. "Gunakanlah kekuatanmu untuk kebajikan, Nak."

Aku pasrah. Mencoba menerima hukuman yang akan aku lakukan nanti.

"Begini, Nak." Dia melihat ke sekitar. "Kau harus membuat semua ini menjadi normal lagi. Dengan, menyerahkan kekuatanmu padaku."

"Mana bisa gitu."

"Bisa," katanya. "Ketahuilah, aku adalah pembuat kekuatan itu. Aku memberikannya padamu karena namamu keluar di random generator."

"Hoo."

"Jadi gimane?" Gadis bernama Rani itu berkacak pinggang.

"Endak mao."

"Yaudah, mereka mati. Dan semua ini salahmu. Dan kau akan dibenci semua orang seka—"

"Oke-oke. Akan kulakukan," kataku menyerah. "Ambil saja kekuatanku."

"Tapi tidak segampang itu Jerropow."

Setelah berbintjang tjukup lama dengan si dia, katanya kalau aku mau mengembalikan kekuatanku, aku harus banyak ikut grup kepenulisan.

Aku masih bingung apa korelasinya, tapi karna aku baik mau menyelamadkan rangorang, jadi aku turuti saja.

Begitu airnya surut, dan kekuatanku hilang, aku langsung sibuk mencari ke sana-sini mencari lapak yang lagi opmem. Dengan skill kalemku, akhirnya sampai sekarang, aku berhasil memasuki enam grup kepenulisan.

Wehehehe. Hebat 'kan aku?

Ah, udah-udah. Aku harus tetap kalem terus.

🍀🍀🍀

September: Our Prompt ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang