21. Libur Harus Libur

52 5 3
                                    

Penulis: Ave
DarkNebula-11

Prompt:
Andin hanya bosan melihat setumpuk kertas tak berperasaan itu. Suara musik terdengar, membuat tubuhnya tak tahan. Ia akhirnya memilih untuk menyingkirkan tumpukan kertas dan mengikuti aliran musik.

🍀🍀🍀

Tersebutlah sebuah tempat yang tak sedikit pun tercemar oleh tangan kotor manusia. Letaknya tersembunyi meski sebenarnya dekat dalam jangkauan kita. Memuat kisah tentang kehidupan yang mungkin luput dari akal sehat orang-orang kota.

Sebut saja Asghar. Entah terdaftar pada peta gugil atau tidak, tetapi yang pasti, di sinilah para liliput tinggal. Mereka juga melakukan berbagai hal layaknya manusia, seperti menangkap pencuri sampai membuat pertunjukan di atas panggung.

Zaman kuno berlalu, teknologi berkembang, penghuni Asghar pun mengerti apa yang manusia pahami.

Walau masih memiliki kemampuan untuk mengubah bunga menjadi kupu-kupu serta membakar habis burung hantu besar dalam sekejap, keseharian mereka bukan hanya duduk manis sambil menonton sirkus beruang di teve atau menjahili para hewan.

Makhluk liliput larut dengan pekerjaan masing-masing sepanjang hari. Ada yang menjual makanan di kedai, memperbaiki benda-benda rusak, maupun menjaga keamanan lingkungan. Sungguh kota kecil yang sibuk.

Begitu pula dengan seorang peri berambut hitam panjang bernama Andin. Kepala perpustakaan memintanya untuk menuliskan nama-nama tamu pada 750 buah kartu undangan. Malang sekali, Andin harus bekerja keras menyelesaikan tugas dari teman yang dia hormati agar bisa pergi bermain bersama peri air petang nanti.

Gadis itu dikenal dengan panggilan “peri tak bersayap” oleh seluruh penghuni Asghar. Berbeda dengan peri pada umumnya, Andin memang tidak memiliki sayap. Namun, dia masihlah peri kecil yang mampu membuat seekor kucing memuntahkan isi perut setelah melayang di udara selama 5 menit.

Sejak pukul 8 pagi, Andin hanya duduk sembari mengukir nama tamu pada kartu undangan pernikahan kepala perpustakaan menggunakan tinta emas. Ajakan sang kakak untuk pergi ke sarang naga api saja terpaksa dia tolak demi membantu Lisa yang sudah lama dikenalnya. Dia tidak ingin membuat Lisa kecewa.

Matahari bersinar terang, pagi yang sejuk tergantikan oleh siang yang terik. Empat jam berlalu, Andin baru menyelesaikan sepertiga dari keseluruhan pekerjaannya hari ini. Masih tersisa 500 nama penghuni Asghar yang belum digoresnya pada kartu undangan pernikahan Lisa.

Sejauh mata memandang, ruang kerja Andin dipenuhi tumpukan kartu undangan. Peri tak bersayap itu terus menghela napas, sesekali memasang wajah cemberut. Dalam hati dia menggerutu tentang jumlah daftar tamu yang harus diukirnya.

“Kayaknya besok aku juga harus minta orang buat mijat punggung sama jari tanganku deh,” tutur Andin sebelum membenahi kacamata dengan frame bulat miliknya lalu melahap dua bungkus cokelat batangan. Dia mulai kehilangan hasrat menulis dan malah ingin melakukan hal lain.

Saat akan mengambil kembali pena khusus yang dipakainya tadi, tangan lemas Andin menyentuh alat pemutar musik lalu menjatuhkannya ke lantai. Tombol putar tidak sengaja tertekan, suara musik seketika mengudara.

Shào nián yǔ shēng jù lái 🎶
Tiān zèng yī shēn jié ào 🎶
Pī jīng zhǎn jí hé cí nà xīn láo 🎶

Nada-nada indah menggaruk semangat mudanya. Kartu-kartu laknat berwarna keemasan dia hempas secepat kilat, kemudian sang peri muda bergegas naik ke atas meja. Setelah itu bayangkan sendiri apa yang akan Andin lakukan.

Memanjakan sendi dan otot merupakan hal biasa bagi dirinya, terutama jika diiringi oleh lagu. Kedua tangan naik-turun berulang kali, maju mundur cantik menyesuaikan alunan musik, bahkan nekat melakukan kayang lalu salto belasan kali dengan lincah tanpa merasa kesulitan.

Chuǎng dàng hào hàn jiāng hú 🎶
Rè xuè quán quán xiāng bào 🎶
Dàn qiú kuài yì jiàn zhāo chāi zhāo 🎶

Xīng hé dǒu zhuǎn wǒ miǎo miǎo 🎶

Ditekanlan tombol jeda mp3 player miliknya.

“Kayak kenal sama lagu ini.”

Peri maniak cokelat itu segera menyalakan tablet, mencari sebuah video yang baru diunduh semalam, dan langsung memutarnya. Kelereng biru kembar peri kecil itu seolah terhipnotis oleh donghua yang sedang dia tonton. Pandangan Andin tak mau lepas dari film animasi azab seorang pembaca julid yang masuk isekai sebagai tokoh antagonis itu.

Sekilas diliriknya kembali kartu undangan yang masih menggunung, Andin pun bingung. Kenapa dia harus maso mencatat nama orang asing dengan ukiran yang cantik di sela-sela waktu luang berharganya?

Selepas puas mentertawakan karakter-karakter animasi yang bahkan tak dia kenal, perlahan Andin memejamkan mata untuk waktu yang tidak sebentar. Raut wajah kusutnya rontok, berubah menjadi lebih damai, lelah jari lelah batin membuat Andin semakin merinding—terlelap.

Malam tiba, menyembunyikan siang di kantong baju, seperti Andin yang menyembunyikan cokelat di loker meja kerjanya.

Peri yang baik selalu berusaha membuat semua pihak senang, akan tetapi, apakah menyiksa diri demi kepuasan orang lain adalah hal baik?

🍀🍀🍀

September: Our Prompt ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang