13. Situs Terlarang

57 6 1
                                    

Penulis: Kripik
kripik_kun

Prompt:
Ave hujan-hujanan dan bersikeras gak mau berteduh, padahal jarak tempat tujuannya masih 2 kilometer lagi.

🍀🍀🍀

Sore itu, Ave benar-benar dikejar waktu. Dia lupa mematikan laptopnya yang sedang membuka situs terlarang. Ibunya hendak pulang, dan mengirim pesan bahwa dia ingin meminjam laptop miliknya. Akan berbahaya jika ibunya melihat, karena situs terlarang itu belum Ave close.

"Ini gawat, Mama tidak boleh sampai tahu!"

Ave yang sedang nongkrong di kampus, langsung pergi meninggalkan teman-temannya.

"Ave, mau ke mana?" tanya Eva, teman sekelasnya.

"Aku mau pulang, buru-buru!"

"Eh? Aku anter, deh. Kamu kan gak bawa motor."

Ave terenyuh dengan niat baik Eva. Dia tidak ingat ada teman yang bisa dimanfaatkan karena terlalu terburu-buru. Sebelumnya, Ave hendak menyewa tukang ojek.

"Makasih, Eva."

Ave dan Eva pun bergegas menuju parkiran.

"Cepetan ya Eva, ini penting banget. Jangan sampai Mamaku nyampe rumah lebih dulu dibanding aku." Ave memburu-buru Eva yang sedang memakai helmnya.

"Kenapa buru-buru banget, ada apa emangnya?"

"Udah deh, cepetan!"

Motor pun mulai meninggalkan parkiran. Eva membonceng Ave di belakang.

Jarak kampus menuju Ave cukup jauh, yakni empat kilometer. Sedangkan tempat kerja ibunya lima kilometer dari rumah. Jika mereka melaju dengan kecepatan yang sama, maka Ave yang akan tiba duluan.

Di tengah jalan, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Eva yang tidak membawa jas hujan, langsung meminggirkan motornya. Dia berteduh di bawah bangunan yang tidak terkena cipratan air hujan.

"Aku gak bawa jas hujan, neduh dulu, ya."

"Eh, jangan! Aku lagi buru-buru, Eva! Pliss, anterin aku ke rumah sekarang juga!" Ave sedikit memaksa. Dia khawatir karena ibunya pulang dengan menggunakan taksi.

Jika mereka berdiam menunggu hujan reda, ibu Ave akan tiba lebih dulu dan segera membuka laptopnya. Ave tidak ingin sampai itu terjadi.

"Tapi hujannya gede banget! Lihat tuh, jalannya aja gak kelihatan! Kendaraan lain juga pada neduh." Eva menunjukkan betapa derasnya hujan yang turun. Setiap butir yang berjatuhan terasa begitu sakit ketika mengenai kulit.

"Eva, kupinjem motornya sebentar, ya. Aku bener-bener buru-buru!" Ave terlihat sangat serius.

"Rumahmu masih dua kilo lagi loh, masih jauh! Kamu bisa sakit kalo maksa nerjang hujan!" Eva menunjukkan kekhawatirannya.

"Tapi ini bener-bener penting! Aku lagi buka situs terlarang di laptop, malu aku kalo Mama sampe tahu!" Ave berteriak melawan suara hujan.

Eva pun menghela napas. "YAUDAH DEH, AYO! AKU ANTERIN! KAMU KAN GAK BISA NGEBUT!"

Ave tersenyum mendengarnya.

Eva lantas menyalakan motornya, Ave segera naik di belakang.

Para pengendara lain terkaget-kaget melihat betapa nekatnya dua gadis itu menerjang hujan. Apalagi mereka tidak memakai jas hujan.

"Dah siap?"

"Cuss!"

Eva pun memajukan motornya dengan kencang. Tidak peduli dengan hujan yang menusuk-nusuk kulit seperti jarum, Eva terus melajukan motornya demi mengantar sahabat dekatnya itu. Ave tidak bisa mengucapkan apa-apa lagi kecuali terima kasih.

Akan tetapi, lima ratus meter sebelum sampai, jalanan macet karena ada kecelakaan lalu lintas. Jalan menuju rumah Ave terblokir gara-gara kendaraan yang terguling itu. Untungnya tidak ada korban jiwa dalam kasus itu.

"ADUH, GIMANA INI?!" Eva berteriak.

"AKU LARI AJA! KELAMAAN NUNGGU INI BERES! MAKASIH EVA! KAMU BERTEDUH AJA SEKARANG!"

"IYA, SEMOGA BERHASIL, AVE!"

Ave segera turun, lantas berlari dengan sekuat tenaga menuju rumahnya. Dia harap-harap cemas akan kedatangan ibunya. Jika ibunya lebih dulu datang, perjuangan Ave selama ini akan sia-sia.

Lima ratus meter itu bukan jarak yang dekat. Apalagi ditambah hujan yang sangat deras. Ave juga bukan pelari yang cepat. Namun, dia terpaksa melawan arus demi mencapai tujuannya.

Setelah beberapa menit berlalu, Ave pun berhasil sampai di rumah dengan keadaan sangat basah kuyup. Dia tidak khawatir dengan handphonenya karena anti-air. Tasnya juga anti-air hingga buku-buku yang ada di dalam tidak akan kebasahan.

Akan tetapi, Ave gagal. Ketika membuka gagang pintu, ternyata sudah tidak dikunci. Ibunya sampai duluan sebelum Ave.

Ave lantas berjalan mengendap-endap menuju kamarnya. Ibunya sedang duduk di depan laptop yang terbuka di atas meja.

Ave benar-benar panik, tidak tahu akan seperti apa reaksi dari ibunya.

"Ave... ke sini sebentar," panggil ibunya.

"Iya, Ma." Ave berjalan mendekat.

Begitu mendekat, Ibunya langsung bertanya.

"Nyalain laptopnya gimana?"

Seketika Ave bernapas lega. Ibunya ternyata tidak tahu cara menyalakan laptopnya yang sedang berada dalam keadaan sleep.

"Eh, kamu kenapa basah-basah gitu? Habis hujan-hujanan?!"

Ave hanya tersenyum canggung.

"Ya ampun, kamu ini udah gede masih suka hujan-hujanan. Bentar, Mama bawa handuk dulu."

Ibu Ave pun keluar dari kamarnya.

Ave langsung menyalakan laptopnya dan dengan segera menutup situs terlarang itu dan menghapusnya dari history.

Situs terlarang itu adalah situs tempat membeli hadiah untuk ulang tahun ibunya. Ave tidak mau ibunya sampai tahu karena nanti tidak jadi kejutan. Ave memang tidak pernah memberi ibunya hadiah, baru kali ini dia ingin melakukannya.

Setelah memberikan Ave handuk, ibunya duduk lagi di depan laptopnya.

"Pasti mau main game Yuma Deluxe lagi, kan?" tanya Ave.

"Hehehe, kamu tahu aja." Ibu Ave langsung mengklik icon kodok di dekstopnya.

***
Notes:

Maafin aku kalau ceritanya gaje ya, Ave! 🤣🤣🤣

September: Our Prompt ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang