9

1.1K 178 20
                                    

05.00am

Irene bangkit dari tempat tidurnya dengan malas, menatap dinding kosong dengan wajah yang sembab akibat menangis semalam. Semalaman dia tidak tidur, memikirkan surat kontrak yang harus dia tandatangani. Tidak hanya itu, banyak hal lain yang membuatnya tidak bisa berhenti berpikir. Dia berdiri mengikat rambutnya kemudian memutuskan untuk mandi, pancuran air membuatnya kembali menangis mengeluarkan segala sesak yang ada di dadanya. Terbersit wajah Wendy diingatannya membuatnya menghentikan tangisan kemudian melihat lengannya yang lebam karena terguling bersama Wendy menghindari properti yang jatuh kemarin. Akan menjadi apa dia jika Wendy tidak menolongnya, tapi di sisi lain dia berharap Wendy tidak menolongnya karena itu adalah hal terbaik yang dia inginkan.

Dia keluar dari kamar mandi kemudian berpakaian seadanya, ponselnya berdering sejak tadi tapi dia abaikan. Dia sudah sangat tahu, manajernya akan terus-menerus meneleponnya sampai dia menjawab dan itu berlangsung setiap harinya.

Dia berjalan ke dapur setelah selesai bersiap-siap dan mengambil sekaleng kopi di kulkas, bel pintu terus berbunyi sehingga membuatnya muak sampai meremas kaleng kopi yang ada di tangannya. Dia bercermin memastikan penampilannya sudah sempurna kemudian membukakan pintu.

"kenapa tidak menjawab teleponku ? kamu baru bangun ?" tanya manajer terlihat cemas.

"aku sudah bangun sejak tadi, aku tidak menjawab teleponmu karena sedang bersiap-siap" jawab Irene.

"baiklah, kita pergi sekarang. Syuting drama akan dimulai jam 07.00am kemudian dilanjutkan syuting program acara musik pada jam 14.00pm" jelas manajer.

"oh iya, kamu sudah menandatanganinya ?" manajer menanyakan surat perpanjangan kontrak.

"sudah, aku akan mengambilnya sebentar" Irene kembali masuk ke dalam rumahnya.

"kenapa berantakan sekali ?" ucap manajer pelan melihat ruang tengah apartemen Irene.

Irene kembali membawa surat perpanjangan kontrak kemudian mereka pergi ke lokasi syuting.

====================

Sepanjang perjalanan menuju ke lokasi syuting, Irene hanya diam sembari mendengarkan lagu di ponselnya. Dia hanya menatap ramainya kendaraan yang berjalan lambat karena macet, dia bersyukur karena tidak harus tepat waktu sampai di lokasi syuting.

Pandangannya teralihkan ketika melihat Wendy, mobil mereka berdampingan di kemacetan. Diam-diam Irene memperhatikan Wendy yang terlihat sedang asik bernyanyi sembari memakan sandwich yang ada di tangannya. Tanpa sadar Irene tersenyum, matanya tidak berkedip memperhatikan Wendy. Wendy terlihat begitu ceria dan tak sekali melemparkan tawa ketika mendengar bunyi klakson mobil yang bersahutan. "apakah hanya dengan mendengar suara klakson dia bisa bahagia ?" Irene tersenyum kecil memikirkannya dalam hati.

Irene mengalihkan pandangannya ke lengan Wendy yang terbalut oleh kasa, "apakah lukanya parah ? dia seperti tidak merasakan sakit sekalipun sejak kemarin saat terluka. Aku rasa dia berusaha menahan rasa sakitnya" Irene masih memikirkannya dalam hati.

Tiba-tiba Wendy menoleh ke arahnya dan membuatnya dengan spontan menutup gorden kaca mobilnya, Irene berharap Wendy tidak melihatnya.

"ada apa Irene-ssi ?" tanya manajer yang bingung melihat Irene.

"ah tidak apa-apa" sahut Irene.

1 jam berlalu setelah melewati kemacetan, Irene sampai di stasiun tv bersamaan dengan Wendy. Dia turun dari mobilnya dan melihat Wendy yang berlari memasuki lobby, dia masih memperhatikan setiap pergerakan Wendy.

Di Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang