—Behind 5 : Kenapa?
"Uhuk!"
"Uhuk!"
Suara batuk tersebut berasal dari dalam kamar. Terdengar keras dan serak. Menyakitkan.
Sera.
"Uhuk."
Wendy terus mengelus punggung dan tengkuk Sera. Ia berusaha membantu adiknya meredakan batuk yang terus menerus.
Sungjin dan yang lain sudah pulang tadi sore. Mereka berjanji akan datang lain kali. Dan juga berjanji akan membawa Jae.
"Uhuk! Mi.. mi.. num.." ucap Sera terbata.
Wendy dengan sigap mengisi gelas dengan air putih lalu memberikannya kepada Sera. Sera meminumnya dengan rakus.
"Uhuk!" batuknya Sera ternyata tidak berhenti.
"Minum lagi.." Wendy memberikan minum lagi. Ia lalu kembali mengelus dan menepuk kecil tengkuk adiknya.
Mata Wendy memanas. Ia tak tega melihat adiknya. Ia sedih.
Padahal baru beberapa hari ia pergi ke Kanada untuk mengurus kepindahannya ke sini, adiknya sudah kambuh lagi.
Ingin rasanya Wendy menggantikan adiknya.
Tak apa kalau ia yang sakit. Wendy rela. Daya tahan tubuhnya lebih kuat dari Sera.
Kini, lihatlah Sera. Tangannya kurus, urat uratnya tercetak jelas di bawah kulit pucatnya. Wajah Sera pucat, dengan pipi yang semakin menirus.
Badan Sera yang dulu ideal, kini semakin mengurus. Tampak juga tulang rusuknya, tanda bahwa Sera sudah benar – benar kurus.
Wendy ingin menangis. Ia tak kuat melihat adiknya.
Kenapa?
Kenapa harus adiknya yang mewarisi penyakit itu dari neneknya?
Kenapa bukan dirinya atau saudaranya?
Kenapa?
Air mata Wendy berjatuhan. Adiknya telah berhenti terbatuk. Walau tampak masih kesakitan, Sera menahannya.
Sepertinya penyakit sialan itu semakin merajalela. Semakin menggerogoti tubuh adiknya.
Yang awalnya dulu hanya berasal dari punggung, kini semakin menjalar hingga tangan, kaki, badan, dan hampir ke kepala.
Semoga tidak.
"Kak..."
Wendy yang tengah menunduk, mendongak, menatap adik kesayangannya.
"Jangan nangis.." lirih adiknya.
Suaranya terdengar amat kecil. Wendy saja hampir tidak mendengarnya.
Nampaknya penyakit itu menyerap tenaga Sera hingga berbicara pun susah.
"Sera ga pa pa.."
Tangis Wendy semakin menjadi. Ia memeluk erat adiknya.
Tok tok tok
Teman – temannya, Seulgi, Yeri, Irene, dan Joy datang. Wendy melepas pelukannya, mengusap air matanya, lalu membuka pintu.
"Kak Yeri!" teriak Sera. Ia senang melihat orang yang mengunjunginya ini.
"Halo Sera!! Kakak bawa buah apel nih, kamu mau?" Yeri menawarkan apa yang dibawanya. Sekeranjang buah yang telah dibungkus sedemikian rupa.
Cantik.
"Mau kak."
Yeri mengangguk. Ia mulai mengupas dan memotong apel dengan pisau buah yang dibawanya.
Joy, ia menghampiri Sera dan memeluknya. Sera membalas pelukannya.
"Kok baru dateng sih.. Sera bosen tau!"
"Hihi.. maaf ya!" ucap Joy dengan riang. Ia ingin menghibur adik sahabatnya.
Sementara itu Wendy, Seulgi, dan Irene berjalan keluar ruangan. Membiarkan Sera bersama Joy dan Yeri.
Mereka berhenti dilorong yang sepi.
"Seul.. Rene..."
Seulgi memeluk Wendy.
"Lo kuat. Sera bakal baik baik saja. Percayalah." Irene menenangkan.
Wendy semakin menangis. Tubuhnya bergetar di pelukan Seulgi.
"T-tapi.."
"Sera pasti bisa." Seulgi kini angkat bicara.
Wendy terisak.
"Harus. Demi Jae."
Jae, apa kabarmu?
Aku kemarin menontonmu di café
Entah apa yang membuatku berani menontonmu
Hari itu, aku datang ke studio.
Yang Sungjin berikan, itu dariku
Untukmu. Surat itu untukmu.
Niat sekali aku membuatnya, hingga berani memberikannya padamu.
Gelang yang aku berikan, masihkah kau pakai?
—Sera.
"Sera, lo siapa sih." Gumam Jae.
Jae membolak balik surat bergambar lukisan tangan itu.
bergambar sebuah pemandangan taman dimalam hari.
Sepertinya Jae familiar dengan pemandangan itu.
Tapi, dimana?
"ARGHH!!"
Jae mengacak – acak rambutnya. Ia lalu menelungkupkan wajahnya dalam lipatan tangan.
"Aku mulai ya! Hiatt!"
Hap.
"Tuh kan melenceng! Kamu sih! Dibilangin ngeyel!"
"Yahh."
"Sana ambil!" Jae menyuruh Cera.
"Loh?! Kan kipernya kamu!"
"Yang nendang kan kamu!"
"Hu'uh."
Cera berlari mengejar bola yang menggelinding.
Tin! Tin!
"CERAA!!"
"AAAA!!"
Dubrak!
"Lo ga pa pa dek?" Kakak Jae memutar tubuh Jae. Dirinya yang berada di kamar, langsung berlari kesini setelah mendengar jae berteriak.
Jae masih shock. Nafasnya terengah – engah. Dirinya masih kaget dengan bunga tidur yang terjadi begitu cepat itu.
"Ci.."
Kakak Jae menatap Jae. Mencoba memastikan bahwa Jae baik – baik saja.
"Siapa Sera?"
Kakak Jae membulatkan matanya. Wajah khawatirnya berubah menjadi keterkejutan.
"Lo inget?"

KAMU SEDANG MEMBACA
[DAY6] For You, Jae. ✓
Fanfiction[FANFICTION-COMPLETE] ❛❛𝙐𝙣𝙩𝙪𝙠𝙢𝙪, 𝙅𝙖𝙚. 𝙐𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙩𝙚𝙧𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙣𝙮𝙖, 𝙠𝙪 𝙢𝙤𝙝𝙤𝙣, 𝙞𝙣𝙜𝙖𝙩𝙡𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪.❞ [featuring : Day6's Guitarist and Vocalist; Jaehyung Park] start : 1 September 2020 finish : 26 September 2020...