; after 2

99 13 3
                                    

[perkara pendek]






"Huft."

Wendy menghela nafasnya. Pagi ini suasana hatinya cukup buruk. Ditambah lagi hujan yang turun pagi ini.

Wendy menyukai hujan.

Wendy sangat sangat menyukainya. Wendy senang mendengarkan rintikan hujan yang turun, sembari membaca dan meminum teh di samping jendela. Atau memakai jas hujan dan berjalan - jalan dibawah hujan.

Ah, rasanya damai.

Aroma petrichor mulai menyebar. Senyawa yang tercipta akibat percampuran tanah dengan air hujan mulai tercium oleh hidung mancung Wendy.

Dan, Wendy membencinya.

Wendy benci saat hujan turun. Wendy benci saat aroma menenangkan itu mulai memenuhi kamar dan rumahnya.

Aroma sialan itu, mengingatkan Wendy tentang Sera.

Sudah satu tahun terlewat, dan Wendy masih merasa kehilangan.

Sepi rasanya.

Wendy memejamkan matanya. Membiarkan jendelanya terbuka. Membiarkan aroma sialan itu memenuhi kamarnya.

"Kakak. Ayo main hujan."

Samar - samar Wendy mendengar suara anak kecil diluar.

"Ayo dek. Hati - hati."

Wendy menatap ke luar. Nampak 2 anak kecil berjas hujan sedang menginjak genangan air.

Senyuman tipis terbentuk di wajah cantik Wendy.

"Wendy!"

"Ya, ma!"

Wendy berjalan menuruni tangga dan menghampiri sang mama.

"Kenapa, ma?" Tanya Wendy  memperhatikan sang mama.

"Gulanya abis kak, padahal mama mau buat teh ini." Ucap sang mama.

"Mama udah cek yang di kardus? Biasanya mama nyetok di kardus." Ucap Wendy sambil membuka kardus yang biasanya berisi stok bahan makanan.

"Beneran habis, ma. Di kardus isinya minyak sama tepung."

Wendy menutup kembali kardus.

"Yah, padahal mama mau buat teh." Keluh mama.

Wendy menatap mamanya yang menyendu. Wendy tidak tega.

"Wendy beliin aja ma."

"Ini hujan lho! Nanti kamu sakit." Khawatir mama.

Wendy tersenyum, "Ngga pa pa, ma."

Sepertinya, Wendy harus kembali mengingat kenangan lama yang terkubur.







Tik tik tik

Hujan masih turun.

Wendy menatap bulir bulir air yang mengenai payung bening miliknya. Hujan sekarang sudah sedikit mereda.

Jujur saja, jauh di lubuk hatinya, Wendy merindukan suasana seperti ini.

Berjalan, bermain payung, dan menginjak genangan air tanpa khawatir tubuh akan sakit.

Masa - masa yang indah, Wendy merindukannya.

Tring tring

Bunyi bel yang sengaja digantung di atas pintu.

"Selamat datang." Salam seorang kasir yang sedang berjaga.

Wendy tersenyum menanggapi salam. Ia lalu melangkahkan kaki putihnya ke arah gula—bahan makanan.

Wendy menatap deretan bungkus gula yang letaknya bersebelahan dengan bungkus mie.

Ah, tiba tiba aku merasa lapar.

Setelah menemukan gula yang dicarinya, Wendy berjalan menuju lorong lain.

"Tinggal satu." Gumam Wendy sembari mendongak, menatap minuman di rak paling atas.

Ia lalu mulai menjulurkan tangannya, berusaha menggapai minuman itu.

Namun sayang, sebuah tangan sudah mengambilnya terlebih dulu.

"Eh punya gue!" Teriak Wendy.

Orang—pria itu berbalik. Wendy menatap kaget.

"Loh, Jae?"

"Wendy?"

"Emm, ini punya lo?" Tanya Jae dengan senyum kikuk.

"E e iya."

"Yaudah, ambil aja." Jae mengulurkan minuman itu.

"M-makasih." Ucap Wendy.

Jae tersenyum miring. Ia menatap Wendy.

"Kalo ga bisa ngomong aja. Udah tau pendek."

"Sialan."












To Be Continued.

Aku nulis apaan si? Mana baru up lagi.

[DAY6] For You, Jae. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang