Behind FYJ 6 - Vonis
"GAK!" teriak histeris Wendy.
Seulgi berusaha menenangkan Wendy.
"GAK MUNGKIN DOK?! ANDA BERCANDA KAN?" Wendy memberontak dari pegangan Seulgi.
Sang dokter menggeleng. Dokter menunduk. Ia sudah memberitahu semuanya, lalu kenapa Wendy tidak percaya? Bahkan orang tua pasiennya saja sudah pasrah.
"Maaf. namun ini benar, panyakitnya sudah stadium akhir. Kecil kemungkinannya bertahan."
"Gak. Gak. Gak."
Wendy meluruh ke lantai. Air matanya terus berjatuhan deras.
"Ini ga bener kan? Dokter bercanda kan?"
Wendy memukul kepalanya.
Tolong, katakan pada dirinya ini semua hanya mimpi. Tak mungkin penyakit adiknya bertambah parah.
Wendy tak siap.
Ia tak siap akan kehilangan adik kesayangannya. Belum cukup tahun – tahun yang ia lewati. Belum sempat ia membawa adiknya keliling dunia. Belum sempat ia mengantarkan adiknya ke Kanada. Belum sempat..
Ia membahagiakan adiknya.
Wendy menyesal. Ia menyesal bersekolah di Kanada. Ia menyesal mengacuhkan adiknya waktu kecil. Ia menyesal meninggalkan adiknya dan pergi ke negeri orang.
Bolehkah Wendy mengulang waktu?
Bolehkah Wendy kembali ke masa lalu?
Bolehkah Wendy?
Sayangnya, tidak bisa.
Wendy tak mau kehilangan adiknya.
Wendy harus bagaimana?
Wendy tak ingin Sera meninggalkannya.
"Maafkan kakak, dek. maaf.." lirih Wendy.
Keluarganya hanya tau Sera tidur.
Mereka, tidak tahu Sera hanya berpura – pura.
Sera mendengar semuanya.
Ia mendengar vonis dokter. Ia mendengar tangisan putus asa orang tuanya. Ia juga mendengar teriakan histeris tidak terima dari kakaknya.
Sera memejamkan mata.
Kenapa hidupnya begini?
Sera tak mengkhawatirkan dirinya. Sera baik baik saja. Ia masih bahagia bisa berada didunia ini.
Walau ia pergi tak lama lagi.
Hatinya hancur mengingat Jae. Jae, sahabatnya. Apa dia ingat Sera?
Bagaimana perasaannya saat tau Sera pergi nanti?
Sera tak bisa membayangkannya.
Sera mendengar kakaknya ingin menenangkan dirinya. Orang tuanya juga akan berkonsultasi pada dokter.
Itu tak berguna.
Sera berusaha menggapai catatan cantiknya. Tangannya semakin kaku untuk digerakkan. Mungkin efek terlalu lama berada di atas kasur biru ini.
Dibukanya catatan itu. Kemarin, Sungjin dan temannya, menambahkan beberapa tulisan dan polaroid. Tulisannya rapi. Polaroidnya juga bagus. Foto Jae dan yang lainnya.
Buku itu sekarang terisi.
Sera tersenyum. Ia mensyukuri keberadaan buku cantik itu. Setidaknya mengisi kekosongannya.
Setidaknya menjadi buku kenangan.
Tangan kurusnya mulai menulis. Kata per kata ia rangkai sedemikian rupa sesuai keadaannya.
Tentang buku itu, Sera berencana memberikannya kepada sahabatnya. Sera ingin saat sahabatnya ingat, sahabatnya tau bahwa Sera, merindukannya.
"DOR!"
Dowoon mengagetkan Jae.
"Untung lo temen gue, Woon. Kalo ga gue abisin lo." Jae menggerutu.
Dowoon menyengir lalu duduk disamping Jae yang diam.
"Ya map, bang. Lagian lo ngelamunin apa sih? Dipanggil ga nyaut."
Jae diam.
"Lo kenal Sera ga?"
Mata Dowoon membulat.
"Lo.. t-tau bang. Kenapa?"
Jae menghembuskan nafasnya. Ia menatap langit biru diatas. Tangannya menyangga badannya.
"Dia siapa sih? Kenapa gue ga inget coba? Cici aja tau."
"Emang gue amnesia ya?"
Yuhuu!
KAMU SEDANG MEMBACA
[DAY6] For You, Jae. ✓
Fanfiction[FANFICTION-COMPLETE] ❛❛𝙐𝙣𝙩𝙪𝙠𝙢𝙪, 𝙅𝙖𝙚. 𝙐𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙩𝙚𝙧𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙣𝙮𝙖, 𝙠𝙪 𝙢𝙤𝙝𝙤𝙣, 𝙞𝙣𝙜𝙖𝙩𝙡𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪.❞ [featuring : Day6's Guitarist and Vocalist; Jaehyung Park] start : 1 September 2020 finish : 26 September 2020...