√16²

2.3K 354 61
                                    


























" Hiks... Hiks... P-papa..... "

" Ssstttt.... Iya sayang.. Ini papa nak.. "


Jeongguk panik, berjalan mondar mandir di dalam apartemen nya itu hanya untuk menenangkan putrinya yang kini ia gendong depan.

Jeon Nahaera sakit, demam tepatnya.

Dan Jeongguk menyalahkan segala hal itu karena dirinya.
Dia merasa lalai menjadi seorang papa bagi putrinya.

Bagaimana ia bisa teledor dengan tidak menyadari putri kecilnya yang pecinta air ini bisa bermandikan air hujan di balkon apartemen mereka?

Lalu, Rara yang keras kepala pun di suruh mandi, di dalam pun ia juga super lama dan ternyata ketika ia lihat, putrinya itu bisa bisanya tertidur di bak kecilnya.

Padahal tadi Jeongguk tinggal bentar buat masak soup sama teh hangatnya.

Kini inilah akibatnya.

Bocah itu merengek karena tak tahan akan suhu tubuhnya yang sudah mencapai 38,2°C.

Mau marah..., tapi tak tega.

Apalagi ketika melihat wajah memelas dengan mata dan hidung merah.

" Papa panas..... "

" Iya sayang... Papa tau... "

Jeongguk tak tau harus berbuat apa, apalagi ia tak pernah merawat anaknya ketika sakit.
Bisa di bilang, biasanya ia selalu mengandalkan ibunya.

Kalau ingat itu, Jeongguk lagi lagi merasa menyesal, sudah berapa lama ia melewatkan momen momen indah hanya untuk melihat putrinya tumbuh?

Jeongguk selalu sibuk, dengan kuliah dan pekerjaan nya.
Sangat sulit mengatur jam santai untuk sekedar bermain bersama Rara maupun mengobrol kecil dengan kedua orangtuanya.


Tadi ia sudah menelepon ibunya, katanya buatkan saja bubur dan teh hangat, baru berikan obat penurun panas sesuai aturan prosedur nya.

Oh, obat!
Sialan, Jeongguk hampir lupa dengan benda satu itu yang super penting.

Melirik jam digital di atas nakas, masih ada waktu sebelum masuk sore hari.

Tangan kirinya dengan cekatan meraih ponsel, dompet dan juga kunci mobil.

Ia harus ke apotek terdekat saja. Tak bisa bawa ke rumah sakit, Rara pasti akan berteriak histeris nantinya.

Jeongguk tak akan tega.

Entah apa pula sebabnya hingga si cantik takut sekali dengan degung putih satu itu.

" Pusing.... "
Lirihnya kembali terdengar, Jeongguk dengan senantiasa mengusap belakang kepalanya lembut.

" Iya nak... Rebahkan kepalamu di pundak papa, pejamkan mata aja oke..? Kita ke apotek sebentar... "

Baru saja ia hendak memasuki lift, tapi Taehyung lebih dulu muncul dari dalam dengan seseorang yang tak lain adalah Sehun.

" Bang Jeongguk? "

Jeongguk tersenyum tipis, melirik Sehun dan melakukan hal serupa.

Sehun tampak diam.

Tapi Taehyung lebih dulu melangkah mendekat.

" Rara..., kenapa bang? "

" Rara sakit-

√s²™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang