Hujan menari, tetesan demi tetesan berdentingkan harmoni.
Ini adalah lagu pengantar hati yang kini tengah bergulat dengan waktu.
Cahaya lampu menyeruak, menerangi indahnya ciptaan sang kuasa tak ada duanya.
Jeongguk terpaku.
Entahlah, ia sendiri pun juga tak tau.
Tak tau apa yang tengah terjadi pada dirinya ini. Ia merasa tengah menantang sebuah permainan yang begitu memicu adrenali.
Ada apa?
Mata kelam itu terfokus pada satu objek.
Di sana. Di depan sebuah pintu kamar mandi yang baru saja di lalui sosok cantik. Tidak.
Sangat cantik baginya.Oh Tuhan.
Apa kau baru saja mengirimkan kado atas kemenangan nya berupa malaikat indah yang mana mengalahkan Aphrodite?Jeongguk termangu dalam lamunannya sendiri.
" Adek.... "
Panggilnya pelan.
Sedangkan di seberang sana, si adek aka Taehyung kini tengah menunduk mengulum senyum.
Meremas baju tidur satinnya yang berwarna putih polos itu dengan gemas.
Wajahnya memanas seiring jalannya waktu, apa ada di antara kalian uang baru saja menyalakan kompor di dekatnya?
" Adek..... "
Suara berupa panggilan pelan itu kembali terdengar.
Taehyung tak kuasa untuk menolak sekarang, jadi.... dengan sekuat dan semampunya ia pun mendongak.
Menjatuhkan pandangannya pada sosok yang baru beberapa jam lalu menyematkan Marga baru di nama itu.
Taehyung terharu.
" Kemarilah.. "
Malu.
Mungkin iya atau memang sangat?
Melangkah pelan seakan Taehyung kini tengah menghitung berapa tekanan gravitasi yang menarik dirinya ke pusat bumi.
Kini ia sudah berdiri mantap di hadapan Jeongguk, hanya menyisakan jarak kurang dari satu meter saja.
Tapi mereka masih saja diam tanpa bicara ataupun tindakan apalah itu.
Karena posisi yang berbeda mengharuskan Jeongguk untuk bisa menatap wajah dewi(?) itu dengan mendongak.
Perlahan tapi pasti, ia meraih tangan yang lebih muda untuk ia genggam hangat.
Kenapa harus begini?
Sebelumnya mereka saling menyerukan rindu dan penuh cinta yang membuncah.
Tapi, kenapa ketika sudah sah dalam artian sebenarnya mereka malah canggung seolah di pertemukan kembali pada pertemuan awal?
Tak paham sudah.
" Adek... "
Taehyung meliriknya dari sudut mata yang tertutupi oleh untaian rambutnya sendiri.
" Y-ya..? "
Jantung berdebar debar bahkan ini terasa lebih menantang karena debaran yang semakin menggila seakan tak mau kalah dengan jalannya sang otak yang mengatur sengala otot persendian tulangnya.
Taehyung rasanya mau terpekik tetapi ia tertahan di kerongkongan nya karena saat ini ia malah sudah jatuh terduduk di atas pangkuan Jeongguk.
Mereka berdua saling berpandangan sebelum tangan Jeongguk menjelajah dengan mengusap lembut pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
√s²™
De TodoMenarik nafas dalam dan melepasnya dengan pelan. Mata sekelam malam itu menatap telak pada si mata hazel. " TaeHyung-ah.... " " Ya? " " Ut vos erant 'cute quod fateri, id est, quod te amo, quod te furatus es cor meum. " " Ha...?? " " Jangan kau pik...