Ruangan itu begitu sepi, tak ada suara selain dari detik detik waktu yang terus bergulir.
Jam sudah menunjukkan pukul tengah hari lewat, bahkan waktu untuk jam istirahat makan siang saja sudah habis 10 menit yang lalu.
Jeongguk, pemuda tampan beranak satu itu kini tengah termenung di meja kerjanya.
Menatap lurus pada koputernya yang pada nyatanya sudah mati entah sejak kapan pula.
Terlalu larut dalam lamunan, mengabaikan berkas berkas di mejanya yang masih saja tersisa setengah dari awal.
Kopi di cangkir keramik juga ia biarkan mendingin begitu saja, tak berniat lagi untuk segera di habiskan.Plak
" Astaga!!! "
Tidak, itu bukanlah sebuah tamparan yang mana membuat Jeongguk kini malah sudah terduduk naas di lantai dingin setelah tadi ia sempat terdorong ke belakang dan berakhir jatuh karena kaget.
" Rara....? "
Serunya dengan nada pelan dan jangan lupakan tangan kirinya yang kini ia letakkan di atas dada kiri.
Jeongguk masih kaget omong omong.
Sedangkan sang tersangka yang tak lain adalah putrinya sendiri itu, Jeon Nahaera hanya berdiri di samping meja kerja dengan tampang polos.
Oh, tak lupa ada sebuah penggaris karet yang masih ia genggam.
Jangan bilang kau memukul papa mu dengan itu nak....
" Apa yang kau lakukan nak..? "
Jeongguk pun mencoba bangkit, sedikit meringis karena pinggang dan bokongnya sedikit ngilu.
Rara mengerjab polos.
" Menyadarkan papa... "
Ucapnya begitu santai... Jeongguk mengerutkan keningnya, kembali ia tarik kursinya yang sudah bergeser cukup jauh ke kembali mejanya.
" Menyadarkan papa? Memangnya papa mu ini kenapa sayang? Papa baik baik saja... "
Putrinya ia angkat, lalu meletakkannya di atas pangkuan.
Rara menatap wajah papanya itu, lalu menggeleng pelan.
" Papa tidak baik baik saja, tadi Rara lihat, papa termenung. Dan kata kakek, untuk menyadarkan orang termenung itu harus di pukul keningnya dengan benda apa aja..., biar setannya pergi... "
Lagi lagi Jeongguk meringis, ayahnya itu sungguh keterlaluan mengajarkan anaknya.
" Papa ga menung, dan ga kerasukan setan sayang... Papa tadi cuma mikir sesuatu aja... "
" Sesuatu apa..? "
" Sesuatu- tunggu, Rara tadi kemari sama siapa?! "
Seakan sadar, Jeongguk langsung menatap lekat anaknya, menelisik tubuh putrinya itu untuk memastikan tidak ada sedikitpun lecet.
Rara mengerjab polos.
Ia seketika juga lupa akan pertanyaan nya yang sebelumnya itu.
" Rara pulang sama KaCan... "
" Si-siapa? "
" KaCan, papa... KaCan... "
KaCan?
Kim Taehyung, begitu?
Ah, ia ingat, nama itu memang untuk Taehyung dari Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
√s²™
AcakMenarik nafas dalam dan melepasnya dengan pelan. Mata sekelam malam itu menatap telak pada si mata hazel. " TaeHyung-ah.... " " Ya? " " Ut vos erant 'cute quod fateri, id est, quod te amo, quod te furatus es cor meum. " " Ha...?? " " Jangan kau pik...