Happy reading!!
tandai typo yowww
____
Seminggu sudah waktu berlalu. Tujuh hari lamanya Syehna menjadi pribadi yang banyak diam. Pikirannya masih melanglang buana atas kejadian yang menimpanya; kecelakaan yang dihasilkan olehnya, lalu maut yang memisahkan dua insan, dan sekarang dialah sebagai bukti ganti rugi atas menebus segala kekacauan yang terjadi.
Syehna tidak bisa berkutik untuk melakukan apapun, bahkan sang Paman yang biasanya selalu menjaga garda terdepan dalam membela segala kesalahannya, kini, angkat tangan tanpa bisa memberikan jalan keluar atas segalanya.
Syehna penat pada semuanya. Dipikir olehnya, mungkin hukuman mati atau seumur hidup adalah konsekuensi seimbang atas kesalahannya. Tapi, sepertinya, hal ini cukup melenceng dari pemikirannya sendiri. Entah inisiatif dari mana, namun hukuman pantas pada seorang pembunuh sepertinya ialah; dibunuh atau paling tidak hukuman seumur hidup. Tapi mengapa pihak korban terutama calon suami dari korban itu sendiri malah meminta diri Syehna untuk menggantikan posisi pasangannya agar menjadi pengantin pengganti untuk pria itu.
Syehna merasa ini tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. Tapi entah kekuasaan dari kepemimpinan mana, Syehna malah diharuskan menuruti apa yang menjadi keinginan pihak korban sebagai bukti tanggung jawab atas hukuman yang ditetapkan. Pihak berwajib bahkan sang Paman sendiri tidak memiliki kuasa untuk mengangkat kasus ini lebih jauh, dan memikirkan hal tersebut Syehna merasakan pening karenanya.
“Non Syehna ....,” panggil bi Sarti dari luar pintu kamar.
Syehna yang saat ini tengah memoleskan sapuan tipis pada tulang pipi miliknya sebagai akhir dari sesi mempercantik diri, segera menyudahi kegiatannya itu dan berjalan menuju pintu kamar.
Cetklek
Ketika pintu menjadi pemisah mereka terbuka, Syehna lantas segera melambung vocalnya, “Mereka datang?”
“Ya, nona. Tuan Adiwilaga beserta keluarga besar sudah datang bersambang, non ....” Syehna tahu, cepat atau lambat pria itu menagih atas tanggung jawab yang harus dirinya tebus sebagai ganti hukuman. Namun, apakah harus secepat ini? Padahal gundukan tanah milik calon pengantinnya kemarin masihlah basah terkena embun, mengapa pria ini terlalu keras dengan pendiriannya?
Bahkan sebelum kedatangan mereka untuk mengikat Syehna dalam ikatan pertunangan, ternyata pihak mereka telah mempersiapkan kebaya dusty pink senada dengan warna batik yang akan dikenakan oleh Bajaraka sebagai pasangannya. Syehna tidak memiliki hak suara apapun, bahkan untuk membuat penegasan bahwa sebenarnya hal ini cukuplah salah. Syehna tidak memiliki kemampuan untuk itu.
Tanpa mengeluarkan suara, Syehna berjalan menuju ruang tamu dengan bi Sarti mengikuti langkahnya dari belakang.
Syehna mencoba mengatur nafas sepanjang perjalanannya. Rasa gugup tidak bisa menghilang saat suara percakapan terdengar saling bersahutan dalam ruangan. Terlihat Paman Hartanto menjamu para tamu dengan baik dalam membantunya sebagai tuan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Becoming Bride of Bajaraka|| On Going
ChickLitHarusnya Syehna masuk penjara usai menabrak seorang wanita dalam keadaan mabuk hingga membuat sang korban tewas selepas satu minggu dalam masa kritisnya.. Syehna sudah pasrah pada takdir karena bagaimanapun apa yang ia perbuat harus mendapatkan pert...