07:15
26 DesemberSinar matahari menginterupsi mimpi indahku melalui jendela. Bebarengan dengan kehangatan yang kurasakan menyelimuti tubuhku, kusadari penyebabnya adalah lengan Taehyung yang melingkar di sekitarku. Aku mengerjapkan mata sekaligus mengingat apa yang membuatku berakhir di kamarnya sekarang. Oh, malam tadi.. Aku merasakan desiran hangat menerpa hatiku. Lalu aku mengangkat kepala mencari wajah Taehyung yang ternyata ada di atas puncak kepalaku, masih memejamkan mata. Dia mengangkat dagunya lebih tinggi dari dahi dengan bantal berada di bawah lehernya, bukan kepala. Aku mengamati mulutnya yang terbuka, seperti melakukan pernafasan menggunakan tenggorokannya. Bagusnya adalah, dia nggak mengorok. Tapi, kalaupun mengorok pun aku nggak masalah.
Intinya ini adalah pagi terbaik yang pernah kulalui.
"Selamat pagi.." Ucapku, mendongak. Tubuhku bergerak di dalam rengkuhannya, mencari-cari posisi yang lebih nyaman. Kulihat matanya terbuka perlahan menatap langit-langit.
"Pagi.."
"Kamu nggak pegel posisinya kaya gitu?"
Kali ini Taehyung menggeleng sambil tersenyum simpul padaku.
"Mau kemana hari ini?" Tanyaku lagi. Aku bergerak lagi untuk merubah posisi menjadi tengkurap. Kini aku bisa melihat wajahnya yang terpapar sinar pagi matahari dari jendela di sisi timur. Kemudian wajah Taehyung meringis, belum sempat aku bertanya dan secara mengejutkan ia bersin di depan wajahku. Suaranya menggelegar yang kurasa dapat membangunkan titanㅡaku spontan memejamkan mata ketika semburannya menghujani wajahku.
Oh..
Taehyung bergegas bangkit secepat guntur, "Sial. Matahari sialan. Jen, merem, jangan buka mata sampai aku selesai bersihin semuanya. Tolong jangan dibuka, ini jorok." Katanya, terdengar sedikit panik. Taehyung beranjak dari kasur begitu aku mengangguk menuruti perintahnya. Alih-alih merasa marah dan jijik. Aku justru menahan diri untuk nggak tertawa.
Selain menjadi pagi yang terbaik, ini juga pagi terkonyol.
Setelah beberapa saat dia kembali dan langsung membersihkan wajahku dengan tisu basah. "Jijik bener, kan."
"Yang penting bukan najis mughaladoh." Aku tersenyum geli.
"Ntar dulu, jangan dibuka dulu. Sebentar lagi, oke?"
"Oke!"
Kudengar langkah kaki menjauh sebelum suara tempat sampah otomatis berbunyi. "Udah."
Membuka mata, aku tersenyum padanya. Benar-benar kejadian yang nggak mengenakkan namun lucu. Taehyung duduk di tepi kasur, di depanku.
"Kamu mau ajak aku ke mana lagi?"
"Curug."
"Curug bidadari?"
Dia menggeleng, "bukan. Ini curug rahasia."
"Rahasia?" Aku beralih ke sebelahnya, memasang raut wajah penasaran. "Apa lebih rahasia dari area 51? Ada aliennya? Atau serigala berbulu cacing?"
Dia terkekeh. "Nggak ada alien, tapi ada yang jual odading versi harley quin."
Aku dan Taehyung saling melempar tatapan geli dan kemudian tertawa terbahak-bahak. Bisa kupastikan tawa kami memenuhi satu vila ini hingga membangunkan seseorang yang menggedor pintu kamar Taehyung sekali.
"Gandeng wae anjig pasangan baru mabok cinta ini." Oh, suara Bobby. Aku bisa membayangkan muka bantalnya yang memberenggut kesal seraya tangannya mengucek mata satu garisnya. (Berisik aja anjig pasangan baru mabok cinta ini.)
Samar-samar aku mendengar suara Oje yang membangunkan Jaehyun di kamar seberang. Nggak hanya Jaehyun, dia juga mengetuk pintu kamar Taehyung menyampaikan sarapan sudah siap di meja. Aku melihat pada Taehyung yang juga menatapku. "Nyarap heula, Jen." (Sarapan dulu, Jen)
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED {♡}
Fanfiction[Lokal] Dia Taehyung yang pucat, yang senang bergurau, yang memiliki tinggi 178 sentimeter, yang diam-diam menyimpan kenestapaan seorang diri, Dan yang aku cintai. Tapi ada yang lebih sempurna dari banyak 'yang' di atas, yakni Di bawah langit si kot...