Jarak yang diberi Tuhan

1.7K 179 235
                                    

Hai, akhirnya sampai di chapter terakhir!
Sebelum baca, aku saranin pergi ke last page biar bisa bayangin Eden sama Reynor.
Oke?! Dan ini 4000 words (kaya chapters of redeem😹😹)

Aku ngaminta voment tapi voment lah ya .gggg canda sayang. Eh beneran.

🙀















Sabtu, 16 April
Bogor, Jawa Barat.


"Eden, aku udah baca tugas kamu yang hampir jadi. Tulisanmu bagus, Bu Ratih suka dan dia minta kamu buat jelasin lebih detail sampai akhir di pertemuan minggu depan dan dia minta dikasih tau isi buku hitam itu. Oh, iya, aku nangis. Aku mau ke rumahmu nanti, ya?"

Aku tersenyum simpul kendati Tessa tidak bisa melihatnya. "Alhamdulillah. Gih sini main, bunda nanyain."

"Oke, titip salamku, ya! Sampai ketemu nanti!"

Aku memasukkan ponsel ke saku begitu panggilan terputus. Mataku menyebar ke sekeliling hamparan hijau dan tenda hitam di atasku turun ke bawah seraya perlahan duduk di sebelah Reynor dan bunda. Ini adalah hari-hari terberat bagiku. Aku harus berusaha menjadi tiang yang paling kokoh ketika sebenarnya aku adalah kayu yang rapuh hancur dimakan rayap.

"Bun... Pulang dulu, ya? Makan dulu, nanti abah marah kalo bunda sakit."

Bunda enggan bangun atau sekedar menoleh padaku dan Reynor. Sudah satu minggu penuh bunda memintaku untuk kemari, dan aku menurutinyaㅡsebagai imbalan karena aku telah meminta bunda menceritakan kisahnya dan abah yang kutulis untuk keperluan tugas akhir di semester pertamaku.

Tapi justru kesepakatan ini membuat kesehatan bunda semakin menurun, dia lebih memilih untuk menemani abah di atas pusaranya berjam-jam tanpa sedikitpun mengeluh lelah atau lapar. Sejujurnya aku sedikit menyesal, karena bisa dibilang aku merobek kembali luka yang masih basah. Airmata tak pernah berhenti mengalir dari sudut mata bunda, terlebih saat bibirnya menyentuh lembut nisan abah yang sudah terukir indah sejak tiga bulan yang lalu. Buliran bening itu mengalir deras, laksana doa dan cintanya yang berlomba-lomba menuju ke muara di surga. Agar sampai pada Tuhan yang kemudian disampaikan lagi ke abah.

Selalu ada saat-saat paling menyakitkan setiap kami berkunjung kemari, yaitu saat bunda menangis sejadi-jadinya memeluk dan merangkak ke atas nisan abah dengan tubuhnya yang bergetar. Mengatakan betapa bunda mencintai abah tanpa syarat, menceritakan seberapa besar dan kuat cinta yang mereka miliki hingga akhirnya sampai pada titik dimana bunda harus mengantar abah pergi ke tempat peristirahatan terakhir. Seperti sekarang, bunda merangkak ke atas nisan dan menciumi nama indah abah. "Setidaknya kamu bahagia di atas sana. Kamu nggak akan mengeluh sakit lagi seperti yang sering kamu lakukan setiap aku sedang berpura-pura memejamkan mata. Aku nggak apa-apa.. Tapi semakin aku menyangkal, semakin melebar luka yang telah diciptakan oleh kepergianmu. Aku mencintai kamu, Taehyung.. Demi Tuhan dan semesta aku mencintai kamu.."

Bunda menaruh dahinya di atas nisan, menunjukkan patah hati terbesarnya, mengadu pada abah tentang kesedihan terdalam yang sedang ia rasakan. Seakan-akan waktu duapuluh lima tahun bersama tidak cukup bagi bunda menghabiskan waktu bersama abah. Seakan-akan seratus tahun pun bunda tidak akan pernah bisa melepas abah. Seakan-akan hampir setiap hari yang mereka habiskan bersama tidak pernah menyentuh batas cukup. Mengingat bunda selalu ada menemaninya dari abah hanya seorang anak laki-laki setengah nakal biasa menjadi seorang pewaris tunggal bisnis properti milik kakek, juragan stroberi, dan yang paling hebat adalah perjuangan bunda menemani abah bolak-balik Indonesia-Amerika hingga menjadi seorang perakit pesawat yang sangat dikenalㅡmereka berdua sama-sama tidak percaya telah melewati hal yang satu ini. Aku menatap bunda seraya mencoba terus tegar, meskipun melihat bunda seperti ini selalu meluluh-lantahkan benteng pertahananku. Tapi aku selalu mengingat seluruh wejangan abah, 'Ketika semua orang kuat, kamu harus menjadi yang paling kuat,' begitu kata abah saat kami memancing di danau terakhir kali.

UNTITLED {♡}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang