Jimin mengambil perannya sebagai tukang hibur melalui nada suara gitar merdu yang dipetik dari gitar milik Jaehyun, duduk di bangku kayu yang mengelilingi api unggun yang sudah menyala terang sejak beberapa menit yang lalu. Yeri, Nayeon, Wendy, dan yang lain ikut bernyanyi. Sementara aku, Oje, Jaehyun, dan Lucas ditugaskan membakar ikan hasil memancing tadi sore. Sebenarnya cuma Lucas sama Jaehyun yang membakar, tapi aku dan Oje berinisiatif membantu supaya lebih berguna gitu.
"Maneh gimana sama Nayeon, ada kemajuan, nggak?" Tanya Jaehyun sambil mengipas ikan yang mengebulkan asap serta mengeluarkan aroma yang lezat. Lucas mengambil capitan dari samping kompor arang dan membolak-balik tubuh ikan yang belum matang sempurna.
"Kemajuan sih ada, tapi bertaruh nyawa juga. Doi kalo gemes ternyata serem. Apa-apa main cubit. Orang mah kalo gemes paling sekedar cubit pipi, lah dia cubit tete, sakit pula. Pengen urang bales tapi nanti jadi trouble."
Aku dan Oje cuma ketawa dengernya di sela-sela tugas kita siapin piring.
"Emang itu mah maunya maneh, Kas! Siborokokok da mencuri-curi kesempatan di dalam kesakitan." Gerutu Oje.
Menolehkan kepala ke kanan, lagi-lagi aku mendapat pemandangan yang nggak mengenakkan. Samar-samar di kegelapan kulihat Wendy duduk di sebelah Yoongi. Aku jadi bertanya-tanya, sebenernya mereka ada apa? Jujur sejak tadi sore aku selalu kepikiran walaupun ajakan Taehyung untuk mengajarkanku memancing sedikit menghibur.
Seusai makan malam di dekat api unggun, kami pun mengakhiri hari ini. Aku masih marah dan menutup mulutku dari Yoongi, dan sekarang dia entah dimana dia. Mungkin dia ikut marah, tapi aku rasanya nggak mau peduli lagi. Kalau dia mau mempertahankan hubungan ini seharusnya dia memperlihatkan kesungguhannya, bukan malah bersikap acuh seperti ini.
"Jen, kamu nggak tidur? Yang lain udah pada tidur soalnya." Aku hampir melompat saat mendengar suara Oje dari samping, dia sudah berdiri diambang pintu.
"Astaga! Kamu ngagetin aku. Kirain apa."
"Ihh, kirain abi teh jurig, heeh? Mun jurig mah abi jurig gareulis." Sangkal Oje bercanda. Kita ketawa pelan, berusaha biar nggak kebablasan dan membangunkan yang lain.
"Di kamar ada siapa?"
"Ada Nayeon si, tapi apa kamu nggak mau temenin aku?"
Bergeming sejenak, aku tengah memikirkan sesuatu. "Nanti aku masuk beberapa menit lagi."
"Oke. Awas, Jennie, nanti kamu digodain genderuwo centil ih."
"Oje! Aku jadi takut euh!" Jerit aku menekan, dan Oje dengan kurang ajarnya pergi gitu aja sambil nahan tawa. Aduh gimana ini? Gimana kalo beneran ada genderuwo yang naksir aku? Manusia asli aja bisa nyakitin aku apalagi sebangsa mas wowo..
Ketika yang kutunggu tak kunjung datang aku mengurungkan niatku untuk duduk di kursi teras lebih lama.
○●○●○
Paginya aku terbangun dengan keadaan yang kurang baik. Mataku sembab mengingat aku menangis semalaman penuh, dan hingga saat ini aku masih nggak tahu gimana kelanjutan hubunganku dengan Yoongi yang masih tidak kutemukan jalan keluarnya. Tetapi aku terlalu rentan untuk berhadapan dengannya saat ini dan itu hanya akan memperburuk liburan yang seharusnya menyenangkan.
Aku mengibas lembut tanganku di permukaan kolam renang, membuat sebuah gelombang seakan-akan aku adalah Kataraㅡsi manis pengendali air di film Avatar.
"Air, Api, Tanah, dan Udara. Dahulu keempat negara hidup dengan damai, namun semuanya berubah saat negara api menyerang." Aku mendongak pada sesosok tubuh tinggi yang kepalanya sedikit tertunduk di atas kepalaku.
![](https://img.wattpad.com/cover/240701555-288-k262773.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED {♡}
Fanfic[Lokal] Dia Taehyung yang pucat, yang senang bergurau, yang memiliki tinggi 178 sentimeter, yang diam-diam menyimpan kenestapaan seorang diri, Dan yang aku cintai. Tapi ada yang lebih sempurna dari banyak 'yang' di atas, yakni Di bawah langit si kot...