doc : untitled - 10

1K 133 86
                                    



Aku memeluk leher Taehyung dari belakang begitu ia berjongkok di tepi sungai. Dengan hati-hati dia berdiri sambil melingkarkan tangannya di bawah bokongku untuk menahan beban tubuhku. Kedua tanganku menggenggam erat satu keranjang rotan besar yang berisi perlengkapan bermalam di bawah air terjun seperti dua selimut, dua bantal, baju ganti, dan lotion penangkal nyamuk. Dan tak lupa, makanan instan; roti gandum, susu, dan keripik yang sekalian dibelikan Oje saat membeli keperluan membakar ayam nanti malam. Taehyung memerhatikan langkahnya di batu-batu sungai, terlihat sangat ahli dan tak sampai beberapa menit kami sudah berada di seberang. Alih-alih menurunkanku, dia justru berjalan semakin jauh dengan membiarkanku menggelendot di punggungnya.

"Kamu belum respons pernyataanku tadi." Ucapku di telinga kirinya.

"Pernyataan mana? Pernyataan pemerintah?"

"Pernyataan cintaku, kamu nggak mau respon itu?"

"Cinta? Anaknya Uya Kuya?"

Aku mendesah panjang, menyerah. Dia nggak pernah serius, sekalinya serius eh becanda juga akhirnya. Nggak apa-apa juga si, mungkin dia sedang mencoba menghibur di situasi seperti ini supaya nggak boring dan pasif. Aku menghargai itu.

Perjalanan kali ini jauh lebih menguras tenaga dibanding rute menuju ke Langi Geulis. Kami menanjak dua kali dan seperti menuruni lembah tapi Taehyung nggak ngeluh apapun sampai sekarang, bilang aku berat pun nggak, padahal aku sudah memaksanya untuk menurunkanku karena takut dia akan kelelahan. Tetap saja, keras kepalanya mengalahkan itu semua.

"Berapa meter lagi?" Tanyaku, sedikit mengangkat tubuhku yang merosot.

"Coba tanya papatong (capung.)" Perintahnya dan aku langsung mendongak ke atas.

"Papatong, berapa meter lagi? Bisa nggak kamu pendekin jalanannya? Kasian pacarku capek."

Kudengar Taehyung tergelak, pun aku. Dia menoleh ke samping, spontan aku memiringkan kepala dan menyentuh pipinya dengan bibirku. Ya Tuhan, mungkin kalau aku lihat melalui cuplikan pasti aku sudah memaki diriku sendiri karena terlalu centil. Lalu diriku dicuplikan itu akan berlagak nggak peduli sebab aku nggak bisa menahan banyak gejolak yang menggebu-gebu.

Setelah beberapa menit akhirnya Taehyung berhenti di depan gerbang kecil yang baru kusadari keberadaannya.

Setelah beberapa menit akhirnya Taehyung berhenti di depan gerbang kecil yang baru kusadari keberadaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku turun membiarkan Taehyung mengangkat sedikit gerbang kecil itu sambil menggesernya. Kelihatan sangat tua dan udah lama nggak dirawat. Alih-alih merasa takut, aku justru seperti berada di Wonderland. Mengingat bagaimana Alice kabur dari pernikahan yang nggak ia harapkan lalu ia bertemu White Rabbit yang ternyata membawanya masuk ke dalam lubang menuju Wonderland, dan seperti inilah kiranya rupa dunia fantasi yang penuh nostalgia itu.

Taehyung menarik keranjang dari tanganku di saat aku masih terhanyut oleh gambaran Wonderland. Lalu ia meraih tanganku dengan tangannya yang bebas, menyelipkan jari-jarinya di sela-sela milikku. Kami berjalan beberapa meter tanpa bicara, apalagi alasannya jika bukan karena aku yang masih tenggelam pada suasana indah sekitar. Aku seperti berada di dunia lain.

UNTITLED {♡}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang