29 Mei 2017. 10: 30 pm.
Tangan Rama mengacak rema yang basah dengan handuk kecil, berusaha mengeringkan. Tubuh yang cukup atletis hanya berbalut handuk lain untuk menutupi bagian privasi. Tadinya, ia sendiri tak yakin mengapa Adis menyuruh pergi mandi sebelum mereka berangkat tidur. Namun kini, jikalau menilik bagaimana Adis sudah mengganti piama tidur yang lucu menggemaskan menjadi gaun malam yang memikat, Rama tak butuh menjadi terlalu genius untuk menafsirkan makna isyarat itu.
Adia tersenyum dengan begitu manis. Tangan menyodor setelan piama tidur yang ia siapkan untuk Rama pakai.
Namun, Rama tak menerima piama tidur itu. Alih-alih, itu terjatuh dari tangan Adis sejurus ia yang menghempas tubuh gadisnya di atas ranjang. Lutut dengan sengaja kaki menyusup di antara kedua paha, menekan tempat berbahaya. Ah, Adis tidak memakai celana dalamnya.
"Kak ...." Suara itu begitu sengau. Wajah mereka terlalu dekat lantaran Rama menopang tangan di sisi kepala Adis yang terjatuh di ranjang. Tangan Rama yang lain, mulai meremas buah dada di balik gaun tidur yang memikat. Lagi-lagi, Adis tak mengenakan penutup buah dada yang ranum.
"Kamu tahu betul bagaimana bahayanya kalau berani memancing aku, Dis."
Adis tak menjawab, dia malah berpaling wajah; melirik apa pun asalkan bukan Rama yang tengah menatap dengan lekat. Mata terpejam dan bibir tergigit khawatir manakala napas sang Rama bahkan begitu panas menerpa seluruh permukaan wajah yang cantik.
Kepala lantas serta-merta mendongak saat Rama mulai memberikan kecupan di leher yang jenjang. Lenguhan tipis itu terdengar di telinga Rama sejurus bibir yang menyesap leher, memberi tanda kepemilikan di sana.
Aromanya vanila bercampur bunga melur yang semerbak kemudian disusul citrus yang tidak terlalu mencolok. Rama hapal sekali bagaimana aroma tubuh gadis kesayangan, betapa ini menjadi candu sehingga Rama tak bosan untuk menghirup.
Rama menyibak gaun malam yang tipis itu hingga turun di atas perut, membuat buah dada yang ranum tercungkil. Kecupan pun mulai beralih dari leher gadis kesayangan untuk menyapa bagian lain yang lebih indah.
Kembali Rama menghirup sebelum kemudian mulai melahap salah satunya, buah yang lain kini sudah penuh di dalam genggaman tangan. Dari semua bagian tubuh Adis, bagian ini yang menjadi kegemaran Rama.
"Nghh ...." Tadi terdengar samar, tetapi kini Rama sudah bisa mendengar dengan jelas. Kala mata menjeling untuk mengintip, roman gadisnya sudah memerah, tangannya meremas alas ranjang, dan kepalanya mendongak.
Rama lantas melempar handuk yang menutupi bagian privasi. Kedua kakinya yang kini mulai menyusup di antara kedua paha, memaksa gadis kesayangan mau tak mau mengangkang begitu lebar.
Rama masih mengisap buah dada, kadang kala lidah bermain menggelitik. Tangan pun begitu, memberi rangsangan tak habis-habis di payudara lain dengan cara memilin dan mencapit.
Dia semakin resah kala tangan lain Rama menyapa kewanitaan di antara kedua belah paha. Ah, sudah basah sekali di sana. Gairah gadisnya terlalu cepat melonjak.
"Mmphh ...." Bibir itu masih melenguh tatkala jari jemari Rama mulai bermain, menekan kelentit kewanitaan.
"Ohh, Kak!" Kaki Adis bergerak gelisah di mana jemari Rama mulai mengacau kewanitaan dengan tak karuan; menekan dan mengusap kelentit, pula menusuk jemari mencoba menerobos masuk ke dalam.
Kulit kepala Rama terasa tertarik kasar kemudian lantaran Adis mulai meremas surai. Rama tahu jika gadisnya semakin kacau balau. Bagaimana tidak, seluruh kelemahannya kini berada dalam kendali Rama yang masih mengisap, meremas, dan mengaduk-aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIAR
Romance(21+) Raina Adis Jovannah, begitu saja dibutakan oleh cinta yang dalam pada Rama Mahanipuna. Adis tak tahu jika selama ini dia hidup dalam hal liar yang penuh kedustaan. Note: Cerita ini saya pindahkan dari akun lain saya yang tidak bisa dib...