Chapter 9

2.5K 40 1
                                    


14 Februari 2016



Rama bukanlah tipikal lelaki yang gemar merayakan Hari Valentine seperti orang-orang kebanyakan. Lagi pula menurutnya, kasih sayang itu bisa diungkapkan kapan saja, tidak terpaut hari semacam Hari Kasih Sayang empat belas Februari.

Akan tetapi, bingkisan cokelat ini adalah pemberian Raina Adis, di lorong koridor bangunan kampus kala sedang memacu langkah menuju ruangan para dosen. Gadis itu memberikan bingkisan cokelat dengan senyum begitu manis yang Rama sukai sejak lama. Adis bahkan mengatakan jika itu adalah cokelat buatannya sendiri yang khusus ia berikan untuk Rama.

Tentu saja ia tak dapat menolak. Kendati Rama terlalu sering mendapat cokelat di hari kasih sayang dengan berbagai jenis kalimat pengakuan dari para gadis labil sejak masa sekolah menengah, yang ini adalah hal berbeda. Adis memberikan cuma-cuma tanpa ada kalimat pengakuan yang membosankan. Cokelatnya hanya sebagai ucapan terima kasih karena selama ini begitu memperhatikannya, pula ucapan terima kasih karena tak sungkan mengajaknya menikmati malam tahun baru di bulan lalu. Adis mengaku sedang kesepian di malam itu, tetapi ajakan Rama untuk berkeliling kota menikmati malam tahun baru yang begitu meriah, membuatnya kembali riang gembira.

Sejak insiden roda mobil Adis kempis di hari hujan, Rama menjadi begitu dekat dengannya. Ini memang ulah Rama, dialah yang berusaha mendekatkan diri. Dengan minuman kaleng cokelat hangat yang tiap pagi ia berikan, Rama akhirnya memiliki keberanian untuk menghubungi Adis di luar jam kerja.

Malam tahun baru di bulan kemarin seharusnya Rama habiskan bersama sang kekasih. Namun, Adis yang merengek kesepian sejak ditinggalkan sang kekasih, membuat Rama luluh dan memutuskan hal lain. Dia bahkan harus mengaku sakit kepada kekasih tercinta dan kemudian pergi menemui Adis untuk menghibur hati gadis itu.

Bagaimanapun juga, akhir-akhir ini kehadiran Adis mengusik hati; menggelitik dan kerap kali membuat hati berbunga-bunga. Rama sendiri tak tahu kenapa ia begitu ingin memiliki gadis manis rekan kerjanya ini.

"Ow! Cokelat mahal nih!"

Rama tersentak kala Adityo mencuri salah satu cokelat dari bingkisan yang ia pegang. Dengan segera Rama merampas kembali dan pula menyimpan bingkisan tersebut ke dalam laci meja kerjanya. "Em! Mahal banget karena dia buat sendiri. Enggak sudi aku bagi sama kamu!" Rama mencebik dan menyodorkan cokelat lain yang ia dapat dari beberapa mahasiswi dan dosen wanita muda lainnya hari ini pada Adityo, sahabatnya.

"Why? Why?" Tampaknya, Adityo menjadi penasaran. Apalagi dia tahu sekali jika teman dekatnya ini bukan pengikut hari-hari semacan hari kasih sayang. Dia alim dan terlalu tak acuh. "Huh? Kayaknya dari orang spesial. Siapa? Pacarmu? Kukira dia enggak ngerayain hari beginian." Adityo terus menggoda.

Rama menghela napas. Tyo terlalu banyak penasaran. Tentang kekasihnya pun, di tempat kerja hanya Tyo yang mengetahui. Rama terlalu tertutup, sebenarnya; tidak mau terlalu menceritakan masalah pribadi ke banyak orang di sekitar. Tyo pun tahu lantaran ia terlalu dekat dan terus mengorek dengan rasa penasaran, Rama tidak menceritakannya cuma-cuma.

"Oi? tahu enggak?" Kembali Rama tertarik mendongak lantas melirik Tyo yang berucap, mengundang rasa penasaran. "Katanya, orang Jepang di sana membalas pemberian cokelat dari cewek di Hari Valentine dengan permen atau mashmallow di White Day. Itu petanda kalau si cowok menerima pengakuan cinta si cewek."

Rama mengerut dahi, tak mengerti motif dari Tyo yang mengatakan hal ini padanya. "Terus?"

"Ya dibales dong, biar Dani tahu kalau kamu juga cinta sama dia!" Tyo tergelak lantas melenggangkan kaki melangkah meninggalkan meja kerja Rama. Lelaki itu kerap kali menyebalkan, tingkahnya bahkan seolah selalu saja meledeki perilaku Rama. Ingin membenci, tetapi ia adalah rekan kerja terbaik Rama.

LIARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang