Chapter 10

1.8K 49 1
                                    

12 Juli 2017. 9: 40 am.


"Please, Dis! Dengerin aku dulu!"

Rama mengejar. Tangan yang besar berhasil menangkap tangan Adis sehingga langkah gadis itu terhenti di koridor gedung kampus yang cukup sepi. Tak ada mahasiswa, pula tak ada staf dan pegawai kampus lainnya yang dapat mengamati mereka. Saat ini, jam-jam perkuliahan sedang berlangsung.

Adis mengembus napas dengan berat. Dia paham sekali akan apa yang ingin Rama bicarakan. Kartu undangan pernikahan yang cantik bersama perangai sumringah milik Rama pagi ini, menjadi berita utama di fakultas tempat mereka bekerja.

Dia benci yang semacam ini. Besar niat hati ingin melarikan diri, tetapi itu akan memalukan sekali; seolah menunjukkan dirinya adalah gadis yang lemah. Adis tak mau, ia enggan goyah hanya karena keadaan yang menyedihkan.

"Pak Rama, tolong lepas tangan saya. Ini kampus, apa kata orang kalau mereka lihat."

Adis hampir melupakan kapan terakhir ia menyebut lelaki ini dengan panggilan formal. Setelah kedekatan mereka yang begitu intim, Adis kerap kali menggunakan panggilan Kakak dengan nada yang mesra.

Mereka sudah berhubungan terlalu jauh. Namun kenyataannya, Adis tak pernah dapat menebak bagaimana sebenarnya misteri lelaki ini. Adis saja yang terus-menerus jatuh terpuruk oleh hasrat dan pesona sang Rama.

Sudah saatnya, Adis mengakhiri. "Saya mohon, Pak Rama."

"A—Aku bisa jelasin ini! Aku mohon banget kamu jangan begini! Aku—"

"Lepasin!"

Adis menarik kasar, melepas genggaman tangan Rama dari lengannya. Dia tak ingin mendengar omong kosong dengan kedok penjelasan masalah rumit mereka. Dengan begini saja sudah menjadikannya seseorang yang dungu, dia tak ingin menjadi lebih bodoh lagi.

"Dis, aku harus menikahi dia. Aku juga bahkan udah bilang ke kamu kalau aku enggak bisa melepas Dani begitu aja. Dia terlalu banyak berkorban untukku." Rama memang begitu. Padahal Adis enggan mendengar apa pun kalimat yang akan menjadi alasan, tetapi lelaki ini seenaknya saja.

Adis masih ingat sekali bagaimana Rama mengatakan akan menyelesaikan segalanya bersama gadis tunangannya itu, tetapi apa yang terjadi, alih-alih dia semakin menyakiti hati Adis.

"Apalagi yang bisa saya harapkan? Dia udah banyak berkorban dan kamu enggak bisa melepas begitu aja. Apalagi yang bisa saya harapkan?!" Adis ingin memekik jika saja ia tak sadar diri di mana dirinya sedang berada saat ini.

"Please, percaya sama aku. Please, Dis! Aku bakal selesaikan semua ini. Jadi, aku mohon—"

"Udah cukup janji-janji itu. Saya udah enggak butuh lagi!"

Adis tak mau berlama-lama menunggu jawaban. Perjelasan dan sumpah janji Rama, sungguh tidak membantu sama sekali.

Langkahnya lantas begitu cepat, guna meninggalkan lelaki yang pula terlihat frustrasi.

***












LIARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang