23. Rusuh

58.3K 6.4K 635
                                    

Happy Reading

Setelah pamit dengan ibu Siti mereka memutuskan untuk langsung pulang ke rumah masing-masing.

"Thanks ya Yon."

"Hmm."

Vanya berjalan memasuki rumahnya tetapi langkahnya terhenti karena Leon memanggilnya.

"Van."

Vanya memutar badannya ke arah Leon.

"Apa?"

"Nggak jadi." Vanya mendengus kesal.

"Nggak jelas."

Vanya berbalik dan berjalan cepat memasuki rumahnya sambil mengerucutkan bibirnya.

Leon terkekeh gemas melihat Vanya yang kesal. Mungkin sekarang hobinya adalah membuat Vanya kesal. Dia sangat suka saat Vanya menampilkan wajah kesal dengan bibir yang mengerucut dan pipi yang merah menahan kesal. Rasanya ingin di hihh

Cukup sudah Leon membayangkan hal yang tidak-tidak. Dia segera menyalakan motor nya. Tetapi melihat Satria yang berhenti di depannya dia mengurungkan niatnya.

"Minggir!"

Leon tahu Satria masih marah dengannya. Dia melihat wajah Satria yang kusut seperti banyak pikiran. Apa yang terjadi dengannya?

"Gue jelaskan." Leon berucap tegas tidak terbantahkan.

Satria diam diatas motornya. Dia memberikan kesempatan Leon untuk menjelaskan.

Mengalirlah cerita Leon saat dia mengajak Vanya ke cafe sampai pulang ke rumah. Terlihat wajah Satria yang berubah-ubah. Terkejut tentu saja, khawatir? jawabannya iya, merasa bersalah jangan ditanya lagi pasti sangat iya.

Satria tidak tahan lagi, dia langsung berlari masuk ke rumah meninggalkan Leon dan motornya. Leon tersenyum tipis, Vanya tidak akan sedih lagi.

Rasa ingin melindungi dan membahagiakan muncul dibenak Leon. Membayangkan gadisnya itu membuat Leon terkekeh gemas. Eh apa tadi gadisnya?

Lagi dan lagi Leon membayangkan Vanya. Astaga bisa gila dia jika terus membayangkan Vanya.

Leon menyalakan dan melajukan motor sportnya masuk ke rumah oh bukan sepertinya rumah kosong. Sepi dan sunyi itulah yang dirasakan. Leon menghembuskan nafasnya. Dia ingin sekali bersenang-senang dengan kedua orang tuanya. Tetapi, itu hanya khayalan semata. Sejak kecil Leon tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Mereka sibuk dengan kertas dan selalu keluar negeri.

Cukup sudah Leon memikirkan kedua orang tua yang gila kerja itu. Bisa-bisa dia yang menjadi gila. Dia berjalan ke kamarnya untuk mandi dan mengistirahatkan tubuhnya.

Leon jadi memikirkan Vanya dan Satria. Apakah mereka sudah baikan? Sepertinya sudah.

•••

Satria masuk ke rumah tanpa mengucapkan salam. Saat melewati ruang keluarga, terdapat ayah dan bunda yang sedang nonton televisi.

"Bang kenapa lari-lari?"

Satria tidak menghiraukan ucapan bundanya, ia tetap berlari. Saat sampai di depan pintu kamar Vanya, dia menghembuskan nafasnya terlebih dahulu dan mengetuk pintu.

Tok...tok

"Masuk aja bun nggak dikunci," teriak orang dari balik pintu.

Satria membuka pintu dengan perlahan. Dia melihat Vanya yang tidur tengkurap dengan laptop di depannya. Vanya tidak sadar yang masuk bukan bundanya tapi abangnya.

LEOVAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang