35. Tertipu

48.5K 5.3K 202
                                    

Happy Reading

"Selamat pagi yah, bun, bang dan emm... k-kak," sapa Vanya lidahnya terasa kelu saat menyebutkan kata 'kak'

"Pagi sayang."

"Pagi adek abang yang jelek."

Balas ayah, bunda dan abang. Tio dan Zio hanya diam, fokus pada makanannya. Vanya hanya tersenyum tipis melihat kedua kakaknya yang dingin dan cuek.

"Yah, bun, bang, kak. Vanya berangkat sekarang ya." Vanya menyalami kedua orang tuanya.

"Nggak sarapan dulu?" Tanya Bunda

"Di sekolah aja." Bunda tau pasti Vanya tidak nyaman berada di dekat kedua kakaknya. Sebenarnya Rani juga tidak mau Tio dan Zio kembali.

"Hati-hati Van, bawa motor jangan ngebut atau dian--"

"Vanya bareng Leon, Yah." Ayah mengangguk. Dia sudah mempercayai Leon sepenuhnya. Tidak tahu apa alasannya.

"Ya sudah sana berangkat." Vanya mengangguk.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Vanya segera keluar dari rumah. Dia menunggu Leon sambil bermain ponselnya.

Leader Dixton

Krmh gue

Ya

Vanya berdecak sebal. Sudah lama menunggu ternyata disuruh ke rumah. Akhirnya dia berjalan menuju rumah Leon.

"Kalo jalan dari rumah ke rumah Leon jadi ingat lagu pacarku lima langkah," gumam Vanya terkekeh pelan.

Sampai rumah Leon yang hanya berjarak lima langkah. Masih aja dibahas :)

Vanya memencet bel rumah Leon. Tidak lama pintu terbuka menampilkan perempuan paruh baya.

"Neng Vanya masuk, nyari den Leon ya?"

"Eh iya bi."

"Masuk dulu atuh, katanya den Leon langsung ke kamarnya aja." Vanya terkejut mendengarnya. Gila Leon menyuruhnya untuk ke kamar. Disuruh nunggu, terus jalan, sampai rumah suruh naik tangga. Olahraga pagi

Akhirnya Vanya pasrah. Dia berjalan menuju kamar Leon.

Tok tok

Vanya masih sopan di rumah orang. Dia tidak mau pintu kamar Leon bernasib sial karena dobrakan Vanya.

"Masuk aja," teriak Leon dari balik pintu. Vanya mengusap dadanya. Harus sabar. Beruntung hari masih pagi.

Vanya membuka pintu kamar Leon sedikit kasar. Leon terlonjak kaget mendengar suara pintu yang dibuka dengan kasar.

"Hihh lo ya, malah enak-enakan duduk." Leon tidak menjawab, dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Vanya mengerinyit heran.

"Kenapa sih?"

"Dasi gue hilang, bantu cari dong." Vanya menghembuskan nafas kasar.

"Tumben lo pake dasi? Biasanya juga nggak mau pake. Kesambet apa lo? Udah tobat ya? Makanya kalo taro barang yang baik. Jangan asal taro gitu aja. Ini lagi kolor dilantai. Emang ya kalo laki kamarnya berantakan banget. Ini kenapa kaca bisa pecah?Astagfirullah Leon. Ck ck benar-benar ya."

LEOVAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang