Perpustakaan tak ramai penghuni.
"Surai, boleh kita berbicara sebentar?"
"Apa itu? bicara saja," sahutnya masih fokus dengan buku di genggaman.
"A-aku... sebenarnya sudah l-la..ma..."
"Sudah lama apa? bicara jangan berbelit-belit," komentar puan kesal.
"Sudah lama menyukaimu."
Nona manis yang sedari tadi hanya membuka telinga untuk mendengar penjelasan Partha sekarang berubah kaku tak bergerak.
Aku tidak mengerti apa yang ada di benahmu. Tapi ini harus aku selesaikan. Aku tak mau terlalu nyaman memendam perasaan yang terlanjur dalam. Hanya ingin bertanggung jawab atas cinta dalam diri ini, batinnya melayu melihat Surai tak memberi suara.
Lantas Surai pergi meninggalkan taruna yang sejati terpaku diam. Menatap daksa perlahan kabur.
Maaf jika aku buat dirimu kecewa
✠ ✠ ✠
Surai kini tak lagi bertegur sapa dengan ramah. Kapanpun mata melihat daksanya dengan berbagai upaya akan mengelak pertemuan.
Tiga belas hari kemudian
Koridor sekolah berjalan seorang diri Partha dengan kepala terus tunduk. Semangatnya telah hilang, entah kemana perginya.
"Aduh," kata seorang gadis menjerit kesakitan.
Ternyata dia menabrak gadis karena tak memperhatikan jalan.
"Surai," sapanya pada gadis yang ikut terkejut.
Malah berlari meninggalkan taruna yang masih saja meneriaki asma.
"Surai, kenapa kabur? aku hanya ingin bicara."
Mengejar Surai dengan kecepatan. Namun, langkah kaki taruni terlampau cepat sampai Partha tak bisa mengimbangi. Hilang sudah daksa nona manis.