"Hai," sapa satu gadis menghampiri meja Partha.
"Hai juga."
Kemudian beranjak dari posisi duduknya dan melenggokkan tungkai ke luar kelas.
Dalam perjalan banyak pasang mata melihat intens taruna si murid baru. Sesekali berdecak kagum atau bahkan tak segan menyapa dengan sorak kegirangan. Bagaimana tidak, paras taruna tentu berhasil menyihir setiap mata.
Langkah kaki terhenti pada kantin yang ramai penghuni.
Ramai juga, duduk dimana? katanya di dalam hati.
Namun, netra dengan sengaja melintas pada sebuah meja yang diisi seorang gadis. Hanya melihat sekeliling tanpa melahap makanan. Tanpa pikir panjang taruna segera berjalan menuju meja.
"Hei, boleh aku duduk di sini?"
Yang diajak bicara hanya diam.
"Hei," kata Partha sekali lagi sembari melambaikan tangan tepat di depan wajah gadis itu.
"Eh iya?" tersadar dari lamunan.
"Boleh aku duduk disini, tuan putri?"
mengulangi pertanyaan."Boleh, kemarilah."
"Nama kamu siapa?"
"Surai, panggil begitu saja."
"Hai Surai, aku sapa dengan nona manis boleh tidak?"
"Nona manis?" alis mata naik meminta kejelasan.
"Senyaman kamu saja," lanjutnya.