penggal delapan

117 84 12
                                    

Partha dan Surai berbincang pelik pada malam yang bersinar terang. Langit begitu elok dipandang, pancaran rembulan dan bintang beradu di nabastala abu. Lantunan lagu mengiri setiap suara yang lolos dari bibir dua insan yang dimabuk asmara.

"Surai kenapa hanya bungkam? beri aku penjelasan."

Namun, hanya dijawab diam.

Selama tiga menit dia hanya menunggu nona manis bersuara. Hiruk pikuk kota Bandung menemani malam mereka.

"Surai." terus saja meminta bersuara.

Bagaimana ini. Aku harus bilang apa, batin Surai menciut tak berani melihat netra pemuda.

"Surai," sahut Partha lagi. Tapi kini melembut seraya membelai kedua tangan mungil.

"Ku mohon beri aku..."

"Mari kita berpacaran!" memotong ucapan.

Telinga yang mendengar tapi mata yang melebar. Terkejut bukan main pemuda ini sekarang.

Manis kata yang terlontar membuat Partha butuh waktu mencerna semua ucapan. Bulan bintang menjadi saksi bisu dari malam romantis itu.

Partha dan Surai jadi sepasang kekasih

Partha dan Surai jadi sepasang kekasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Abudaga ; Kim Rowoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang