Selama setahun merakit cinta. Sekarang tiba di penghujung cerita masa SMA. Disibukkan oleh berbagai materi yang harus dilahap hingga otak kenyang.
Kelas dua belas adalah waktu dimana semua terlihat begitu singkat. Tak terasa pertarungan sudah di depan mata. Tentu tak membuat mereka santai, setiap hari dipaju semangat yang tak mau terlelap dan semakin menggebu tetap.
Perpustakaan sekolah.
"Kamu sudah sampai dimana?" tanya Partha pada nona duduk disampingnya.
"Hmm baru sepuluh soal. Kamu?"
"Sudah dua puluh. Lambat sekali kamu."
"Hei, kamu seperti tidak mengenalku. Aku memang lambat berpikir."
"Makanya bantu dong," kata Surai cemberut dengan bibir manyun membuat siapapun akan gemas melihatnya.
"Aduh, pacar aku imut banget sih," kata taruna seraya mencubit pipi.
"Sakit Tha, kamu pikir pipi aku karet bisa ditarik panjang."
"Maaf, aku terlalu gemas."
"Sini biar aku jelaskan, sayang." lanjut Partha.
✠ ✠ ✠
Pantai
Ombak beradu, saling mengejar dan mengalun begitu deras. Bibir pantai kini sudah basah karena dicumbu. Burung camar terbang saat deru angin.
Teman fajar masih menggantung indah menerangi nusantara. Dan sebentar lagi akan tenggelam. Surai terbang bersama hawa dingin di tepi pantai.
"Kemesraan ini janganlah cepat berlalu."
"Kemesraan ini ingin ku kenang selalu."
Dua insan melantuni melodi cinta. Semakin indah hari yang dijalani.
"Ternyata suaramu sedikit merdu," puan berdecak kagum. Sedari tadi mendengar taruna bernyanyi dengan gembira tanpa takut dinilai suaranya.
"Sedikit? jelas suaraku begitu merdu. Bahkan telinga saja ketagihan mendengar."