Bab 7

1.5K 228 15
                                    

"Pak tolong lah!"

"Apa?"

Prilly nyaris menangis karena sikap keras kepala Alberto. Pria tua ini benar-benar gila menukar salah satu cabang perusahaannya dengan cafe yang Prilly yakini luasnya saja tidak sebanding dengan parkiran gedung perusahaan pria ini.

"Pak tolong jangan seperti ini saya benar-benar tidak enak untuk menolak permohonan Bapak." Prilly tanpa sadar berkata seperti itu hingga membuat ekspresi tenang di wajah Alberto sontak menghilang.

"Jadi kau menolak menikahi putraku?" Tanya Alberto tak percaya.

Uh malang sekali nasibmu Nak!

Alberto turut prihatin pada nasib putranya yang baru saja ditolak oleh seorang gadis mungil, Alberto yakin Prilly lah satu-satunya wanita yang berani menolak pesona putranya.

Apa karena Prilly belum melihat ketampanan putranya yang di atas rata-rata itu? Ck! Alberto salah strategi sepertinya dia melupakan salah satu poin penting dalam rencana ini yaitu memperlihatkan foto Ali pada Prilly.

Ck! Alberto benar-benar lupa.

"Maaf Pak sepertinya saya tidak bisa menikahi putra Bapak. Maaf sekali lagi saya benar-benar minta maaf Pak." Prilly menundukkan kepalanya sedikit pertanda dia memang benar-benar tidak bisa mengabulkan permohonan Alberto.

Prilly sudah berfikir matang-matang rasanya dia benar-benar tidak mungkin menerima pria yang rupanya saja dia dia ketahui, bagaimana mungkin Prilly menerima pria itu sebagai suaminya? Yang benar saja, Prilly ingin menikah sekali seumur hidup jadi dia benar-benar sangat selektif dalam memilih calon pendamping.

Jika menikahi putra Alberto Prilly tahu jika tujuh turunannya nanti tidak perlu repot-repot mencari uang toh uang buyut mereka tak akan habis meskipun di makan rayap.

AA Group bukan perusahaan kecil pemasukannya perbulan saja tak sanggup Prilly bayangkan tapi tetap saja perihal hati dan cinta perlu Prilly pertimbangkan di sini.

Berumah tangga tak hanya cukup bermodalkan harta karena tak semua kebahagiaan bisa dijaminkan dengan banyaknya harta salah satunya kebahagiaan dicintai oleh pasangan atau suaminya yang Prilly tahu tidak akan mungkin dia dapati dari putra Pak Alberto mendengar sepak terjang putra beliau yang katanya adalah 'pemain'.

"Saya benar-benar tidak menyangka kamu menolak permohonan pria tua yang sebentar lagi menemui ajalnya ini."

Di dalam hati Alberto berkali-kali mengatakan 'ami-amit'. Dia hanya sedang mendalami akting sebagai pria sakit-sakitan bukan bermaksud sungguh-sungguh meminta ajalnya datang lebih cepat. Alberto masih ingin hidup dan melihat putranya bahagia.

Prilly terkejut dengan perkataan Alberto. "Pak jangan berbicara seperti itu saya jadi takut Bapak gentayangin nanti kalau Bapak beneran mati."

Asem! Rupanya anak ini benar-benar mengira dirinya akan cepat mati!

Alberto berdehem pelan berusaha mengontrol ekspresi wajahnya. "Tak apa-apa saya tidak akan gentayangin kamu biarkan saya mati dalam keadaan menderita dan tidak tenang seperti ini."

Ini pada kenapa sih? Kok pada ngomongin mati-mati, serem amat pembahasannya.

Melihat wajah murung Alberto seketika Prilly merasa bersalah, pria ini sudah baik menolong dan memperlakukan dirinya dengan begitu baik, apa Prilly tega membiarkan Alberto sedih ditengah sakit yang beliau derita?

Kenapa Prilly terlihat sangat jahat dan tidak tahu diri di sini? Tapi menikah? Sanggupkah dia?

Ya Tuhan kenapa semuanya begitu membingungkan Prilly?

***

Ali kembali memijit pelipisnya saat lagi-lagi berkas pengalihan warisan atas nama dirinya kembali di pampang didepan wajahnya.

"Berhentilah James! Kau membuatku pusing! Pergi dari ruanganku!!"

"Aku hanya menuruti perintah Tuan Alberto." Sahut James dengan ketenangan yang luar biasa.

"Oh astaga aku benar-benar akan mati berdiri sebentar lagi."

"Dan semua hak mu sebagai pewaris tahta AA Group akan jatuh ke tangan Nona Prilly."

"Apa katamu?!" Ali menggebrak meja kerjanya menatap James dengan tatapan nyalang namun sialnya James sama sekali tidak merasa terintimidasi.

Terbuat dari apa sih hati pria kaku itu? Timah kah? Atau besi? Kaku bener.

"Siapa Prilly?" Ali seketika memejamkan matanya dia baru ingat nama gadis itu berulang kali Ayahnya sebutkan, wanita yang digadang-gadang sebagai pendamping terbaik untuk dirinya.

Ali mendengus pelan sebaik apa sih gadis ini?

"Nona Prilly jelas lebih baik dari wanita-wanita simpanan Anda bahkan jauh lebih segalanya dari Nona Elena sekalipun."

Ali mendelik tajam pada James yang bersuara seolah tahu apa yang sedang dipikirkan.

Tapi nyatanya James benar-benar tahu bukan isi otaknya? Menyebalkan.

"Aku tidak akan menikahi wanita itu!"

"Maka dengan terpaksa detik ini juga Anda harus angkat kaki dari kantor ini Tuan Ali."

"APA?! LELUCON MACAM APA INI HAH?!"

BRAK!!

Ali kembali menggebrak meja kerjanya namun James sama sekali tak gentar bahkan wajahnya tidak mengalami perubahan ekspresi apapun wajah tampan itu tetap datar dan kaku seperti biasanya.

"Saya hanya menjalankan perintah Tuan Alberto yang menginginkan Anda keluar dari perusahaan jika Anda menolak menikahi Nona Prilly."

Prilly lagi! Prilly lagi! Memangnya sehebat apa sih gadis itu sampai membuat Ayahnya tega berlaku sekejam ini padanya?

"Beri aku waktu untuk berfikir."

"Tidak lebih dari 5 menit Tuan Ali."

Gigi Ali sontak bergemeletuk mendengar perintah dari orang kepercayaan Ayahnya tapi apa boleh buat jika dia membuat masalah dengan James jelas Ayahnya akan membela James dari pada dirinya hingga terkadang Ali bingung ini yang sebenarnya anak Pak Alberto Antonio itu siapa sih sebenernya? Dia atau James?

James masih bersedia berdiri kaku di samping meja Ali menunggu pria itu untuk berfikir apapun keputusan pria itu James tahu tak ada satupun yang menguntungkan pihak Ali semuanya bertujuan untuk menjerat putra badung bosnya itu jika tidak seperti ini maka Ali akan semakin rusak jiwanya.

Pemabuk dan penjudi jelas bukan gelar yang Alberto inginkan untuk putranya maka segala upaya pria itu usahakan demi menarik kembali putranya ke jalan yang benar.

"Oke!"

"Ya?!"

Ali menatap James dengan gemas sekaligus kesal. "Aku bilang oke dan itu tandanya aku akan kele-- menerima perjodohan ini. Puas hah?!"

"Sangat puas. Tuan Alberto pasti akan sangat senang mendengar kabar baik ini Tuan."

Nafas Ali terengah-engah, dia benar-benar tidak tahu jalan pikirannya yang tiba-tiba berteriak lantang memberitahu James jika dia menerima perjodohan yang Ayahnya inginkan. Dia akan menikahi siapapun wanita yang Ayahnya pilihkan.

Pertanyaannya sekarang waras kah Ali saat ini?

******

Cinta Dan PengorbananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang