Bab 30

2.1K 277 21
                                    


Sosok wanita bertubuh seksi terlihat mondar-mandir di dalam kamarnya sesekali terlihat tangannya memukul pelan perutnya yang terus bergejolak.

Dia adalah Dira perempuan bersuami yang sedang mengandung benih pria lain. Sial! Dia benar-benar tidak menyangka affair yang dia lakukan bersama sahabat putra tirinya membuahkan hasil yang kini sedang meringkuk di rahimnya.

Sialan!

Sebenarnya dia ingin mengandung benih Alberto namun suami sialannya itu justru melakukan vasektomi. Pantas saja Alberto selalu tidak bernafsu padanya meskipun dia sudah memamerkan tubuhnya yang masih sangat seksi dan kencang meskipun usianya yang sudah tidak muda lagi.

Perawatan dan serangkaian skincare yang dia pakai jelas sangat menolongnya. Kulit wajahnya masih licin tidak keriput begitupun dengan tubuhnya yang semakin putih dan berisi di bagian-bagian tertentu jelas semua itu hasil dari perawatan yang selama ini dia lakukan.

Dira rela merogoh kocek sampai ratusan juta untuk memenuhi keinginannya itu namun sialnya justru bukan Alberto yang menikmati keindahan tubuhnya. Meskipun usianya tidak muda lagi namun Dira masih memiliki kegiatan sex yang menggebu-gebu hingga akhirnya dia melakukan perselingkuhan di belakang suaminya.

Entah sudah berapa puluh pria yang sudah menikmati tubuhnya namun sialnya justru bersama Jordan ia kecolongan hingga mengandung seperti ini.

Dira terus berjalan mondar-mandir dari pada memikirkan bayinya dia lebih mengkhawatirkan posisinya di rumah ini apalagi setelah Prilly terang-terangan berani menentang dirinya. Dia harus main cara halus jika tidak bisa dipastikan dia akan ditendang dari rumah ini.

Tapi bagaimana caranya?

Dira terus mondar-mandir kini dia mulai menggigiti kukunya pertanda dirinya memang sedang gelisah. Sampai akhirnya satu nama tercetus di otaknya.

Elena.

Benar, dia harus mencari keberadaan mantan kekasih Ali itu, jika tidak bisa menembus Prilly maka dia akan menghancurkan Prilly melalui Elena. Senyum penuh kemenangan sontak terukir di wajah Dira.

Ali pasti tidak akan tinggal diam jika Elena dia bawa kembali ke hadapan pria itu. Ali paling tidak bisa menolak keinginan cinta pertamanya itu Dira yakin jika Elena dia hadirkan di sini maka secepat mungkin Prilly akan keluar dari rumah ini.

Ayolah, mana ada perempuan yang tahan melihat suaminya bercumbu dengan mantan kekasih yang pasti masih sangat dicintai oleh Ali.

Dira segera meraih ponselnya lalu mulai menghubungi teman-teman sosialitanya untuk meminta bantuan mereka untuk mencari keberadaan Elena. Dia jelas tidak mungkin bisa melakukannya karena semua keuangannya sekarang diatur oleh James kepercayaan Alberto yang kini juga merupakan orang kepercayaan Prilly.

Sialan!

Andai saja dia tidak hamil mungkin dia tidak akan sehina ini. Alberto pasti tidak akan menginjak-injak martabatnya sebagai seorang istri. Namun sayang, dia salah dalam mengambil langkah niatnya menjebak Alberto kini justru dirinya yang terjebak.

Benar-benar sial.

***

Suasana terlihat hening ketika Prilly dan Ali sama-sama sibuk dengan makanan di atas meja mereka. Prilly sendiri keburu badmood setelah mendengar perkataan Ali tadi.

Sementara Ali sedang merutuki kebodohannya sendiri. Kenapa dia kembali termakan egonya dan terang-terangan mengakui jatuh cinta pada wanita lain padahal hubungannya dengan Prilly baru saja membaik.

Ali melirik istrinya terlihat sekali wajah Prilly sudah tidak bersahabat seperti tadi. Jujur saja Ali lebih suka mendengar canda tawa istrinya dari pada keheningan yang nyaris mencekik lehernya ini.

"Kamu nggak mau nambah?"

Prilly menaikkan sebelah alisnya jika bisa dia ingin berteriak di depan suaminya, nggak usah sok perduli setelah hatiku kau sakiti Mas!

Namun Prilly terlalu malas membuka suara hingga yang dia lakukan hanyalah menggeleng pelan. Dia pikir hubungan akan terus membaik dengan Ali seiring dengan berjalannya waktu tapi melihat Ali yang terang-terangan mengakui cintanya pada wanita lain entah kenapa harapan itu seperti menguap entah kemana.

"Kamu marah?"

Prilly menggelengkan kepalanya. Kenapa harus marah? Toh itu kan hak Ali, lagi pula jelas-jelas pria itu menikahi dirinya hanya karena harta warisan bukan? Jika harta itu dia balikkan mungkin detik itu juga Ali akan menceraikan dirinya.

Lalu dirinya? Prilly menghela nafasnya, dia tahu dirinya sudah benar-benar terjerat dalam pesona pria ini dan sekarang jika dirinya diceraikan Prilly yakin dirinya akan benar-benar terpuruk.

Membayangkan itu saja membuat hatinya kembali berdenyut sakit. Miris sekali hidupnya.

Ali tidak tahu dari mana datangnya keberanian saat tangannya tiba-tiba bergerak menggenggam erat tangan mungil istrinya. Entahlah, Ali semakin bingung dengan perasaannya sendiri.

"Aku akan berusaha mencintai kamu setelah ini."

Prilly jelas terkejut dengan perkataan Ali. Matanya mencoba menelisik tatapan tajam Ali berusaha mencari ketulusan di sana, bisa saja Ali hanya mengerjai dirinya seperti kemarin bukan? Ngakunya cinta eh taunya cuma mau harta.

Ali membiarkan Prilly mencari kebohongan dimatanya yang Ali yakini tidak akan mampu wanita itu temukan, karena apa? Karena Ali benar-benar tulus kali ini.

Dia mulai lelah hidup seperti yang selama ini dia jalani. Sekarang sudah ada Prilly kenapa tidak dia coba jalani hidup dengan wanita ini, sepertinya hidupnya tidak akan semuram yang dia pikirkan.

Prilly sosok perempuan yang menyenangkan Ali tahu itu. Tapi bagaimana dengan warisannya? Ali kembali terdiam kepalanya mulai berkecamuk, dia ingin bersama Prilly tapi dia tidak ingin kehilangan warisannya.

Lalu apa yang harus dia lakukan?

"Lalu setelah cinta?"

"Hah?" Ali mengerjap pelan menatap istrinya dengan tatapan linglung.

Prilly menghela nafasnya, rasanya terlalu dini untuk memutuskan Ali benar-benar bisa mencintai dirinya. Pria ini brengsek Prilly tahu, playboy cap kuda, memiliki tingkat kemesuman di atas rata-rata bisakah pria seperti itu mencintai dirinya?

"Jangan memberiku harapan jika kamu tidak bisa mengabulkannya nanti Mas." Suara Prilly terdengar pelan.

"Aku tidak bisa berjanji tapi aku akan berusaha." Ali tidak tahu kenapa dia harus seperti ini, kenapa dia harus repot-repot meyakinkan Prilly? Entahlah tapi Ali hanya sedang menuruti keinginan hatinya.

"Beri aku kesempatan lagi, kali ini aku akan berusaha membahagiakanmu terlepas dari warisan atau apapun, aku benar-benar ingin bahagia bersama kamu Prilly. Sungguh."

Prilly lagi-lagi dibuat terkesima dengan ucapan manis suaminya, Ali tulus semua terpancar jelas dari sorot matanya yang tajam namun teduh. Haruskah Prilly mempercayai Ali kali ini? Bisakah pria ini menjaga kepercayaan darinya?

Bukankah kesempatan kedua selalu ada berlakukah kesempatan itu untuk suaminya?

*****

Cinta Dan PengorbananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang