Bab 31

2K 288 25
                                    


"Mas jangan di situ aja. Kemarilah! Air lautnya sangat dingin."

Senyum pria tampan terukir lebar saat melihat sosok cantik pujaan hatinya sedang berkejaran dengan ombak. Tawa renyah sang wanita terdengar begitu merdu di telinganya.

"Wuah!"

Sosok Alberto muda tak tahan melihat istrinya wanita yang dia cintai setengah mati tertawa lebar di dekat bibir pantai. Meletakkan ponselnya di atas meja santai, Alberto berlari menyusul istrinya.

Kembali tawa keduanya terdengar, meskipun tawa sang wanita terdengar lebih dominan. Tapi siapa yang sangka pasangan yang terlihat begitu serasi penuh cinta itu harus berakhir tragis karena sebuah pengkhianatan.

Alberto memejamkan matanya ketika bayangan perselingkuhan istrinya kembali terbayang di otaknya. Dia benar-benar tidak menyangka jika gadis yang dinikahinya 27 tahun silam bisa setega itu padanya.

Diana, namanya Diana rupanya manis, kulitnya kuning langsat. Alberto masih mengingat dengan jelas bagaimana kelembutan kulit itu ketika meremang di bawah sentuhannya.

Alberto tersenyum miris, rupanya Diana tak merasa cukup hanya dengan sentuhannya saja hingga mengundang laki-laki lain ke peraduan mereka.

Miris sekali memang tapi yang lebih menyedihkan adalah hatinya yang sampai saat ini masih terisi nama itu. Diana masih begitu menguasai hatinya meskipun apa yang sudah wanita itu perbuat tak dapat dia maafkan.

Hati Alberto masih terlalu sakit meskipun sudah bertahun-tahun tapi luka itu masih menganga lebar.

Tanpa disadari satu persatu tetes air mata Alberto keluar pandangannya masih kosong menatap ke tengah lautan. Kebahagiaan yang pernah dia agung-agungkan dulu ternyata semu belaka. Dia pikir setelah kehadiran buah cinta mereka, kekuatan cinta mereka semakin kuat namun nyatanya cinta mereka lapuk hingga layu termakan usia.

Sakit rasanya sangat sakit tapi apa mau dikata semuanya sudah terlanjur dan kedatanganya ke pantai ini adalah untuk menghapus semua kenang-kenangan cintanya bersama Diana. Dia ingin hidup tenang, damai dan bahagia bersama putra menantu dan calon cucu-cucunya nanti.

Alberto tidak ingin rasa sakit dan dendam di hatinya membuat masa tuanya kelabu. Perihal Dira dia akui itu salahnya, salahnya yang menyeret wanita itu ke dalam kehidupannya yang pilu, jadi sebagai penebusan dia akan menerima anak yang dikandung oleh Dira jika wanita itu nekad melahirkannya namun dengan catatan Dira harus mengikuti peraturannya.

Langit mulai senja dan Alberto masih betah berada di tepian pantai sendirian bertemankan angin sepoi-sepoi yang rasanya mampu membuat hati pria itu sedikit membaik.

Ah, Alberto sudah mulai menikmati hidupnya meskipun sendirian rasanya tidak seburuk yang dia bayangkan dan ketika dirinya puas menghabiskan waktu di sini maka dia akan kembali semoga saja ketika dirinya kembali Prilly menantu kesayangannya sudah mengandung cucu-cucu lucu untuknya.

Ah, Alberto tidak sabar menunggu malaikat kecil yang akan memanggilnya Kakek.

***

Setelah 'pernyataan' cintanya Ali di restoran beberapa hari lalu membuat hubungan Ali dan Prilly semakin membaik. Tidak ada lagi pertengkaran meskipun kemesraan mereka juga masih dibawah nol koma namun Prilly cukup bahagia dengan sikap Ali sekarang.

"Kamu mau makan apa?" Prilly mulai melayani suaminya ketika mereka makan bersama.

James tersenyum samar melihat keharmonisan pasangan baru itu berbeda dengan Dira yang semakin muak saja pada Prilly. Wanita itu berhasil meraih hati putra tirinya dengan begitu harapannya untuk menguasai warisan Antonio semakin tipis saja.

Dira tidak rela jika wanita asing ini yang memiliki semuanya. Jika Ali mungkin dia masih bisa menyodorkan beberapa rencana supaya menggoyahkan pria itu misalnya Elena tapi jika Prilly apa yang bisa dia lakukan.

Wanita itu tidak sebodoh yang dia pikirkan. Prilly terlalu pintar untuk ukuran gadis kampung.

"Sambelnya terlalu pedas." Komentar Ali ketika mencicipi sambal buatan istrinya. "Masak sih Mas?" Prilly bertanya ragu, meskipun mulutnya mendesis kepedesan namun Ali terlihat begitu lahap menghabiskan nasi di dalam piringnya.

"Iya pedes banget tapi enak." Pujinya dengan mulut penuh. Ali tersenyum samar dan senyuman itu menular pada Prilly yang terlihat tersipu malu.

James berdehem pelan yang sontak membuat Ali berdecak pelan. Dia masih belum menyukai James pria yang selalu berhasil merebut perhatian Prilly istrinya seperti sekarang ini. "Abang mau sambal juga?"

"Yaelah dia punya tangan bisa kali ambil sendiri kalau mau." Sewot Ali yang membuat Prilly menatapnya aneh. "Apa?" Semakin tidak bersahabat saja suaranya.

"Kenapa sih Mas?" Tanya Prilly tidak mengerti.

"Kamu jangan kegatelan jadi cewek didepan suami eh masih bisa ngurus laki-laki lain." Dira ikut menimbrung dengan wajah congkak yang membuat Prilly kesal setengah mati.

"Tan--

"Mending lo diam deh! Ini urusan gue sama istri gue jangan ikut campur!" Ali terlebih dahulu memotong perkataan Prilly untuk menghardik Dira yang langsung menatap tajam Ali.

"Mama tuh belain kamu Li!"

"Lo bukan Mama gue!" Marah Ali sambil membanting sendok ditangannya.

"Mas udah." Prilly berusaha menenangkan suaminya. Suasana damai di meja makan sontak berubah apalagi ketika Dira masih berani membuka mulutnya.

"Lalu yang kamu anggap Mama siapa? Diana wanita peselingkuh itu?!" Terdengar sekali ejekan dalam setiap kata yang keluar dari mulut Dira.

"Lo!!"

"Tante Dira!!"

"Dira!!"

Ali, Prilly dan James sontak berteriak memaki Dira yang mulai goyah. Dia benar-benar kelepasan menghina ibunya Ali tapi dia tidak akan mundur toh Prilly juga tidak akan berani mengusirnya.

"Apa kamu mau ap--"

"KELUAR DARI RUMAH SAYA!!"

Mata Dira sontak terbelalak ketika mendengar teriakan keras Prilly. Wanita itu mengusirnya?

"APA-APAAN KAMU HAH?!"

Prilly langsung bergerak menuju kamar Dira yang diikuti oleh Ali dan James begitu pula dengan Dira, wajahnya boleh saja datar namun hatinya mulai tak karuan jika Prilly benar-benar mengusirnya akan tidur dimana dia malam ini.

Hotel? Dia tidak punya uang semua kartu kredit yang dia pegang atas nama Prilly. Sial!

"Prilly kamu tidak perlu seperti ini." Ali mengingat istrinya bukan apa-apa dia merasa kasihan pada Dira wanita itu sedang mengandung saat ini.

Prilly menghentikan langkahnya berbalik menatap suaminya dan juga James yang berdiri di belakang Ali. "Aku nggak tahu dan nggak mau tahu masa lalu Ibu mertuaku yang ku tahu sejak pertama kali kamu mengajakku berziarah ke makamnya aku yakin Ibu mertuaku orang baik terlepas dari semua kesalahan yang dia lakukan. Dan aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menghinanya termasuk dia." Mata Prilly melirik tajam kearah Dira yang wajahnya sudah menggelap.

Entah karena marah atau malu. Yang pasti malam ini adalah malam terakhir Dira di istana Antonio.

*****

Cinta Dan PengorbananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang