Bab 38

2.1K 308 82
                                    


Setelah membatalkan semua meetingnya hari ini Ali bergerak menuju kantor Brama. Dia tidak mungkin menjalankan rencana kejutannya ini tanpa bantuan teman-temannya.

Hingga tiba di sana kebetulan sekali Brama sedang tidak sibuk hingga pria itu langsung setuju untuk membantu sahabatnya. Brama bahkan menyarankan supaya kejutan itu dilakukan di sebuah hotel ya hitung-hitung sebagai honeymoon karena sejak menikah Brama yakin Ali pasti belum pernah mengajak istrinya berbulan madu.

Dan dengan segala bantuan dari Brama dan Rico akhirnya Ali berhasil membuat kejutan untuk istrinya. Ali sengaja menyewa satu unit kamar di sebuah hotel khusus untuk pasangan bulan madu.

Berkat kekuasaan dan uang yang dia miliki jelas semua yang Ali inginkan terkabulkan dalam hitungan jam. Ali berniat memberikan kejutan untuk istrinya nanti malam namun atas saran Brama nanti malam khusus untuk menghabiskan malam bersama dengan percintaan panas mereka.

Ali oke-oke saja toh dari semua rangkaian kejutan memang itu yang paling dia tunggu.

Ali menatap puas sebuah restoran di hotel berbintang yang dia sewa khusus untuk melaksanakan kejutan untuk istrinya. Restoran sudah ditata sedemikian rupa sehingga mampu membuat siapa saja berdecak kagum.

Ali benar-benar berterima kasih pada sahabatnya Brama, jika bukan karena bantuan temannya itu mungkin kejutan untuk istrinya tidak akan semewah dan seindah ini.

"Thanks banget Bro!" Ali menepuk pelan pundak Brama yang sudah berdiri di sampingnya.

Brama menoleh lalu tersenyum miring menatap sahabatnya. "Sepertinya menikah nggak semengerikan yang ada dipikiran gue ya?"

Ali tertawa, dia mengerti ada sirat sindiran yang sedang Brama layangkan untuknya meskipun sindiran halus namun Ali sangat memahaminya.

"Gue nggak tahu tapi yang pasti sekarang gue bahagia." Senyum Ali mengembang lebar ketika mengingat bayangan senyuman cantik istrinya.

Ah, dia jadi merindukan istrinya.

Ngomong-ngomong kenapa Rico lama sekali ya?

Ali menoleh ke kiri dan kanan mencari keberadaan Rico yang katanya sedang menjemput istrinya. "Rico belum balik?"

Brama menggelengkan kepalanya. "Macet kali." Jawabnya singkat.

Prilly memang dibawa ke hotel seperti rencana mereka namun ke salah satu kamar bukan langsung ke restoran ini, jadi jika Rico sudah tiba Ali ingin menghampiri istrinya terus, dia sudah kangen.

Brama dan Ali terlibat pembicaraan yang seru hingga mereka tidak menyadari jika sudah pukul 1 siang Prilly tak kunjung tiba di hotel.

***

Rico nyaris menghantukkan kepalanya ke setir mobil ketika istri sahabatnya lagi-lagi mengeluarkan isi perutnya di dalam kantong plastik yang dia dapatkan dari penjual asongan.

Rico nyaris menangis melihat kondisi mobilnya yang begitu menjijikkan karena muntahan Prilly yang berhamburan tanpa sempat dia hentikan mobilnya.

Rico hanya menghela nafasnya, waktu satu jam yang dia butuhkan untuk membawa Prilly ke hotel kini nyaris 2 jam lebih dia habiskan dijalan karena istri Ali itu selalu muntah.

"Mbak baik-baik aja?" Rico meringis pelan saat melihat wajah pucat pasi istri Ali.

Sepertinya riwayatnya akan tamat hari ini ditangan Ali. Dia hanya diminta untuk menjemput bukan menjemput plus mengerjai istri Ali seperti ini.

Gawat!

Huekk!!

Rico sontak memejamkan matanya ketika semburan cairan dari mulut Prilly kembali mengenai mobilnya kali ini dashboard mobil sport kesayangannya yang menjadi korban.

"Ma..maaf." Bisik Prilly pelan sebelum kembali menangis sesenggukan di depan Rico. Dia malu dan juga takut jika sampai Rico menurunkan dirinya di pinggir jalan.

Prilly benar-benar tidak bermaksud untuk mengotori mobilnya Rico hanya saja beberapa waktu yang lalu perutnya tiba-tiba bergejolak ditambah dengan dadanya yang mulai sesak karena terlalu lama menangis hingga beginilah akhirnya.

Prilly benar-benar merasa bersalah pada Rico.

Rico tersenyum yang terlihat sekali terpaksa di mata Prilly hingga wanita itu kembali menangis terisak-isak hingga membuat Rico semakin kalang kabut saja.

Rico memberanikan diri mengusap kepala Prilly dengan lembut. "Sudah tidak apa-apa nanti mobilnya bisa di cuci kok." Bujuknya seperti membujuk balita yang merajuk.

Prilly masih menangis sesenggukan dia benar-benar merasa bersalah namun perutnya sama sekali tidak bisa diajak kompromi hingga Prilly kembali memuntahkan isi perutnya.

Rico terbelalak kaget namun lebih dari itu sekarang dia justru khawatir dengan keadaan Prilly. "Kita ke rumah sakit ya Mbak?" Rico akan segera menancap gas saat suara Prilly membuatnya mengurungkan niatnya.

"Bukannya kita memang mau ke rumah sakit? Sebenarnya ada apa Mas Rico?" Prilly menatap Rico dengan mata berkaca-kaca. Dia mulai merasa keanehan terlebih pada sikap santai Rico yang menurut Prilly benar-benar kelewat santai disaat genting seperti ini.

Rico menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Mbak duduk manis aja dulu ya. Nanti Mbak bakalan tahu kok." Rico memilih untuk tidak membeberkan jawaban yang sebenarnya karena dirinya saat ini sedang merangkai kata supaya nanti dia bisa terbebas dari Ali.

Sial! Pria itu pasti marah sekali padanya jika tahu istrinya sampai muntah dan pucat begini karena dirinya keterlaluan mengerjai Prilly.

"Mas Ali disenggol becak, kepalanya berdarah kaki tangannya retak dan kemungkinan Mas Ali amnesia Mbak."

Rico kembali meringis, otaknya benar-benar kelewat iseng hingga Prilly wanita baik-baik seperti ini pun dia kerjai.

Prilly mengusap matanya yang mulai terasa perih sampai akhirnya matanya terasa berat, Prilly merasa tubuhnya melemah. "Ma..s Rico?"

"Iya Mbak kenapa?"

"Kepala saya pusing." Keluh Prilly sebelum wanita itu kehilangan kesadarannya.

Rico terlonjak kaget. "Ouh sialan! Mbak Prilly pingsan!" Pekiknya heboh sambil berusaha membangunkan Prilly namun wanita itu tak bergeming sama sekali.

Rico semakin memacu mobilnya menuju salah satu rumah sakit. Dia yakin setelah ini dirinya juga akan dirawat di sana bersama Prilly.

Ali pasti tidak akan membiarkan dirinya hidup tenang.

Sial!

Rico mengacak-acak rambutnya dengan kasar dia jambak rambut panjang namun terawatnya miliknya itu. Dia benar-benar kalut saat ini.

Rico memarkirkan mobilnya sembarangan sebelum keluar dari kemudinya dan berteriak memanggil Dokter. Tak lama beberapa orang perawat dan Dokter berlarian membantu dirinya yang sedang menggendong Prilly.

Rico ikut berlari bersama Prilly yang sudah ditidurkan diatas ranjang rumah sakit dan akan dibawa ke UGD. Langkah Rico seketika melambat saat melihat Jordan bersama seorang wanita memasuki lobi rumah sakit.

Rico menajamkan pandangannya supaya dia bisa melihat siapa sosok wanita yang sedang bersama Jordan itu?

"Ck! Kenapa pakek kacamata segala sih?!" Dengusnya saat dia tak kunjung mengenali sosok perempuan yang bersama Jordan itu.

Dia harus menceritakan semua ini pada Ali dan Brama. Benar, dia harus segera menghubungi sahabatnya itu.

*****

Alhamdulillah Allah masih beri saya kesempatan hingga hari ini usia saya genap 27 tahun.

Rasa syukur yang tidak terkira ditengah kesedihan yang menimpa keluarga saya, ulang tahun pertama yang saya rayakan tanpa kehadiran sosok almarhum adik saya.

Terima kasih untuk semua doa dan cinta kalian untuk saya semoga umur saya panjang dan kedepannya saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Terima kasih semuanya, 😘😘

Cinta Dan PengorbananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang