Bab 9

1.5K 241 10
                                    


"Mas aku hamil. Kamu pasti bahagia kan?" Dira langsung menyambut kedatangan Alberto di peraduan mereka.

"Aku harus ke luar negeri untuk satu bulan ke depan." Ujar Alberto tanpa menghiraukan aksi Dira yang sedang memamerkan perut telanjangnya namun kegiatan wanita itu sama sekali tidak menarik perhatian Alberto.

Dira menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengusap pelan perut datarnya. Wajah bersinar nya sontak berganti dengan kekecewaan yang tentu saja tidak dihiraukan oleh suaminya.

"Ka..kapan kamu berangkat Mas?" Tanya Dira dengan suara bergetar.

"Setelah pernikahan putraku." Alberto sengaja menekankan kata putraku untuk menyiratkan pada Dira jika baginya hanya Ali satu-satunya putra yang dia miliki.

"Lalu aku?"

"Ada apa denganmu?" Alberto yang sedang membuka lemari untuk memilih pakaiannya sontak berhenti dan berbalik menatap Dira dengan tatapan bosannya.

"Aku hamil Mas! Anak kamu."

"Kenapa kau begitu yakin jika itu anakku?" Alberto menatap jijik perut Dira yang mulai berkerut tak sekencang dulu lagi. Jika wanita ini tidak murahan Alberto jelas tak akan mempermasalahkan apapun tapi mengingat tubuh Dira yang sudah disentuh belasan pria membuat Alberto jijik dengan garis-garis halus di sana.

Dira menatap Alberto dengan pandangan mencelos. "Ka..kamu maksud kamu ini bukan anakmu? Kamu tidak mengakui buah cinta kita?" Dira memulai dramanya dengan menangis sesenggukan. Dia sangat bahagia ketika mengetahui dirinya sedang mengandung dia pikir janinnya ini bisa dia manfaatkan untuk 'menyetir' sosok Alberto.

Tapi apa yang dia dapatkan? Alberto justru semakin jauh dari jangkauannya.

"Buah cinta dengan pria mana heum? Kau yakin itu buah cinta denganku sedangkan sejak awal aku tidak pernah mencintaimu Dira! Tidak pernah sekalipun."

Plak!!

Alberto tersenyum culas ketika tangan Dira dengan cepat bergerak menampar wajahnya. Berani sekali wanita ini!

"Kau benar-benar brengsek Alberto!" Jerit Dira dengan histeris. "Kau benar-benar sialan tak mengakui darah dagingmu sen--"

"AKU MELAKUKAN VASEKTOMI SIALAN!!"

Dira sontak menghentikan tangisnya memandang Alberto dengan tatapan tak percaya. "A..apa?"

Alberto menutup lemarinya dengan kuat hingga terdengar dentuman yang cukup membuat jantung Dira semakin memacu.

Vasektomi? Operasi kecil yang dilakukan untuk mencegah transportasi sperma pada testis dan penis. Vasektomi merupakan prosedur yang sangat efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan karena bersifat permanen.

Benarkah seperti itu? Benarkah Alberto melakukan tindakan Vasektomi itu?

"Ya! Aku melalukan Vasektomi tepat setelah istri tercintaku berselingkuh di belakangku. Bagiku Ali sudah lebih dari cukup dan aku tidak menginginkan anak lain dari wanita manapun termasuk kamu!" Dira semakin membeku mendengar rentetan kata yang keluar dari mulut suaminya.

"Jadi sekarang ingat kembali siapa pria yang sudah menebar benih ke dalam rahimmu jika kau tak sanggup mengingat pria yang mana aku bisa meminta James untuk membantumu. Aku suami yang baik bukan?" Seringai licik penuh ejekan dari Alberto membuat nafas Dira semakin berat.

Jika ini bukan benih Alberto? Lalu benih pria mana yang sedang dia kandung?

"Arghhh!!!!"

Teriakan Dira mengiringi langkah Alberto yang baru saja keluar dari kamar yang selama ini dia tempati bersama Dira. Lihat kan? Tidak ada wanita yang bisa dia percayai dan dia berharap kejadian seperti ini tidak dialami oleh putranya.

Walaupun tidak saling mencintai tapi sebuah pengkhianatan tetap saja menyakitkan.

***

Prilly terlihat malas-malasan keluar dari kediamannya saat James datang menjemputnya katanya putra Alberto malam ini akan menemui dirinya di sebuah restoran di kawasan pusat kota.

Prilly tak lagi menganggap serius janji temu dengan putra Bapak Alberto itu karena sudah dua kali pria itu membatalkan pertemuan mereka tanpa kabar. Prilly jelas sakit hati jika bukan karena kasihan pada Pak Alberto jelas dia tidak akan sudi berkenalan dengan pria tak tahu diri seperti putra Bapak Alberto itu.

Dia pikir dia siapa bisa membuat Prilly menunggu lalu membatalkannya begitu saja. Sepertinya putra Pak Alberto benar-benar pria brengsek.

"Silahkan Nona."

"Kali ini pria itu benar-benar akan datang atau kembali membual? Hari ini aku benar-benar lelah untuk dipermainkan pria tidak tahu itu Bang." Prilly tanpa sadar mengadu pada James tentang kelakuan putra Pak Alberto yang jelas-jelas sedang mempermainkan dirinya.

James mengangguk pelan tangannya masih bertengger pada pintu mobil menunggu Prilly untuk masuk namun sepertinya gadis ini belum puas melampiaskan kemarahannya pada Ali hingga tanpa sadar Prilly terus berbicara tentang kebrengsekan putra Alberto.

"Maaf Nona bisa kemarahan Nona nanti Nona lampiaskan saja pada Tuan Ali? Kita harus buru-buru sebelum terjebak macet."

Prilly seolah tersadar jika dirinya sudah melampiaskan kemarahannya pada orang yang salah sambil menundukkan sedikit kepalanya guna meminta maaf pada James, buru-buru Prilly menyelinap masuk ke dalam mobil James.

Setelah menutup pintu mobilnya James berjalan menuju kursi kemudinya lalu mulai melajukan mobilnya menuju restoran yang sudah dirinya siapkan untuk kencan pertama Ali dan Prilly.

Di lain tempat tepatnya disebuah restoran mewah kawasan elit Ibukota terlihat seorang pria tampan yang duduk gelisah sambil menatap padatnya jalanan Ibukota melalui jendela besar di sisi kanannya.

Jika bukan karena ancaman Ayahnya jelas dia tidak akan sudi berada di sini apalagi hanya untuk menunggu gadis kampungan yang sebentar lagi akan dia nikahi.

Ali memang belum bertemu langsung dengan gadis bernama Prilly yang digadang-gadang sebagai menantu idaman Ayahnya itu, Ali penasaran seberapa cantik wanita ini tapi Ali yakin jika dibandingkan dengan Elena-nya jelas gadis ini tidak ada apa-apanya.

Menurut yang Ali dengar dari James, Prilly bukanlah gadis yang berasal dari kalangan konglomerat seperti mereka, Prilly yatim piatu yang merantau ke kota lalu dapat durian runtuh seperti dirinya.

Enak sekali hidup wanita kampung itu bukan?

Prilly mendapatkan dirinya adalah sebuah anugerah sedangkan dirinya jelas musibah. Dia yang tampan kaya raya harus menikahi gadis kampungan jelas itu musibah besar.

Apa kata dunia? Apa kata kawan-kawannya nanti? Memalukan sekali.

Ali tak henti-hentinya meracau hingga dia tidak menyadari jika gadis kampung yang terus saja dia hina sudah menarik kursi dan duduk tepat di hadapannya.

"Selamat malam Tuan Ali yang terhormat."

*****

Cinta Dan PengorbananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang