Bab 3

1.6K 215 6
                                    


Pagi harinya kediaman Antonio terlihat sepi dan sunyi seperti biasanya. Hanya beberapa orang penjaga dan pembantu yang berlalu lalang melakukan pekerjaan mereka.

Di dalam rumah tepatnya di ruang pribadi Alberto pria itu sedang duduk bersama James dan beberapa orang pengacaranya.

"Jadi saya ingin kalian menyiapkan berkas ini." Alberto menggerakkan kepalanya mengisyaratkan James untuk menyerahkan berkas yang dia maksud.

Semua pengacara yang ada di sana menerima satu persatu berkas yang seketika membuat mata mereka melebar sempurna.

"Ini--"

"Benar saya akan mengalihkan semua kepemilikan saham dan harta saya untuk gadis yang namanya tertera di sana." Alberto berkata dengan suara tenang dan santai bahkan sangat santai untuk seorang Alberto yang kekayaannya jelas tidak bisa dihitung dengan jari.

Para pengacara terlihat saling memandang satu sama lain. "Anda benar-benar akan melakukan semua ini Tuan?"

Dengan penuh keyakinan Alberto menganggukkan kepalanya. "Saya akan melakukan apapun untuk kebahagiaan anak saya."

Mereka tahu siapa yang dimaksud oleh Alberto siapa lagi kalau bukan Ali tapi mereka masih belum mengerti jika Alberto menginginkan kebahagiaan untuk putranya lalu kenapa nama asing yang ditunjuk sebagai ahli warisnya.

"Kalian tidak jeli membacanya maka kalian tidak tahu tujuan dari wasiat ini saya buat." Senyum sinis Alberto tersungging yang langsung membuat para pengacara membuka kembali berkas ditangannya lalu dibaca kembali dengan seksama.

"Ali putra kesayanganku tidak akan mendapatkan sepeser pun warisan dariku jika tidak menikahi Prilly." Alberto berujar dengan senyum bahagia mengembang diwajahnya. "Apa kalian memiliki pendapat yang sama denganku? Setelah ini Ali pasti akan memusuhiku bukan?"

Seluruh pengacaranya menganggukkan kepala pertanda mereka memiliki pendapat yang sama dengan Alberto. Bukannya goyah Alberto justru tertawa terbahak-bahak terlihat sekali pria itu sedang bahagia.

"Justru itu yang aku inginkan." Katanya masih dengan iringan tawa yang membuat semua orang disana semakin bingung kecuali James.

"Saya akan membuat putra saya menentang keputusan saya lalu berusaha merebut kembali apa yang menjadi miliknya hingga dengan begitu Ali akan melupakan tabiat buruknya." Alberto berharap caranya kali ini akan berhasil.

Memang jahat dia akui dirinya sangat jahat karena melibatkan Prilly ke dalam masalah keluarganya tapi apa boleh buat sebagai seorang Ayah jelas Alberto akan melakukan apapun termasuk hal licik seperti ini sekalipun.

Tapi jauh di dalam hati kecilnya Alberto berharap Prilly mampu membuat putranya jatuh cinta meskipun awalnya pernikahan mereka adalah sebuah paksaan seiring dengan bergulirnya waktu Alberto tulus berharap untuk kebahagiaan Ali dan Prilly, calon menantunya.

Syukur-syukur jika mereka bisa memberinya cucu sebelum Tuhan memanggilnya kembali. Alberto sangat berharap dirinya diberi kesempatan untuk melihat dan menggendong cucunya.

Tolong aminkan harapan Alberto siapa tahu Tuhan mengabulkan permohonan mulianya itu bukan?

Amiin..

***

"Kamu baru kembali?"

Ali menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Ibu tirinya tanpa menjawab Ali kembali melanjutkan langkahnya dia butuh tidur setelah semalaman berpesta bersama teman-temannya.

Ayolah! Ali mengatakan berpesta bukan berati ada kegiatan sex di sana meskipun Brama dan Rico sempat melampiaskan nafsunya pada dua orang wanita yang memang disiapkan untuk menemani mereka.

Namun Ali tidak tertarik. Ali sangat susah bergairah apalagi pada wanita panggilan satu-satunya yang pernah membuatnya bergairah adalah Elena sahabat sekaligus cinta pertamanya namun sayang wanita itu memilih menikahi pria lain ketimbang dirinya.

Ah, sudahlah Ali tak ingin membahas wanita itu kalaupun Elena kembali Ali tak keberatan untuk mencicipi wanita itu lagi toh hatinya masih terbuka lebar untuk wanita itu.

"Aku berbicara padamu Ali!"

"Jangan campuri urusanku! Kau hanya benalu yang menjerat Ayahku!" Balas Ali kasar membuat Dira mengepalkan tangannya.

Ali menatap Dira dengan pandangan melecehkan. "Kau pikir aku tidak tahu pekan lalu dengan siapa kau menghabiskan malammu heum?" Wajah Dira seketika memucat saat melihat seringaian mengerikan di wajah putra tirinya.

"Aku sangat tahu siapa aku sebenarnya Dira! Jadi tolong jangan berlagak seperti Ibu yang baik di depanku karena tidak ada seorang Ibu yang membiarkan selangkangannya dijilat oleh teman putranya sendiri." Hina Ali sebelum berbalik dan melanjutkan langkahnya kepalanya masih pusing efek minuman beralkohol yang dia teguk semalam suntuk.

Sepeninggal Ali, Dira mengepalkan tangannya kuat-kuat. Sialan! Putra tiri sialan!

Dira benar-benar merutuki kebodohannya bagaimana mungkin dia bisa tidur dengan Brama, salah satu teman dekat putranya. Dira saat itu sedang mabuk dia memang sering menghabiskan waktunya di club jika Alberto keluar kota atau negeri.

Meskipun sudah berkepala 4 tapi nafsu birahi Dira masih sangat kuat hingga dia tidak merasa puas jika suaminya yang melayaninya. Alberto tidak terlihat begitu menikmati percintaan mereka hingga ujung-ujungnya Dira harus gigit jari tatkala Alberto menyelesaikan semuanya bahkan sebelum dirinya mencapai puncaknya.

Sialan!

Memikirkan hal itu membuat emosi Dira menyala, dia tidak terima Alberto yang dulu memujanya kini bersikap dingin khususnya di ranjang mereka. Jadi jangan salahkan dirinya saat mencari pelampiasan di luar sana.

Dira butuh bantuan pria-pria kekar diluar sana untuk menuntaskan kepuasan seksualnya.

Dira beranjak dari ruang tamu berjalan menuju ruang pribadi suaminya dia masih penasaran dengan kedatangan pengacara-pengacara suaminya. Apa yang akan Alberto lakukan? Kenapa Alberto tidak melibatkan dirinya bahkan memberi tahu dirinya saja tidak.

Apa yang sedang suaminya rencanakan? Apa Alberto berniat memindahkan warisannya untuk Ali?

Tidak bisa!

Dira sontak menghentikan langkahnya, dia tidak akan membiarkan Ali menerima semuanya bisa-bisa setelah ini dia akan ditendang dari rumah ini.

Sialan!

Disaat seperti ini dia semakin membenci Alberto yang menolak untuk memiliki anak dengannya. Bagi Alberto hanya Ali dan cukup Ali yang menjadi anaknya.

Dan sekarang tanpa anak jelas posisi Dira tidak ada apa-apanya terlebih jika Ali membeberkan semua kelakuannya dalam hitungan menit dirinya pasti akan dilempar keluar dari rumah ini bahkan mungkin dari kehidupan Alberto.

Dira harus memikirkan cara atau melakukan sesuatu supaya posisi nya tetap kuat di sini jika tidak disisi Alberto mungkin di sisi Ali? Benarkan?

Seketika senyum culas terukir di sudut bibir Dira, wanita itu sudah mendapatkan ide brilian untuk menjerat Ali.

Benar-benar otak pintar.

******

Cinta Dan PengorbananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang