Bab 41

2.7K 304 10
                                    


Menjelang sore Prilly baru membuka matanya, ketika otaknya kembali memutar kejadian pagi tadi sontak wanita itu terduduk di atas ranjang lalu terisak hebat saat mengingat kondisi suaminya.

Prilly belum sadar dimana dirinya saat ini sampai akhirnya tarikan ditangan kanannya yang terasa sakit akibat jarum infus menyentak dirinya. "Ya Tuhan kenapa aku ada di rumah sakit?" Prilly menoleh menatap ke sekelilingnya.

Dia baru ingin beranjak dari ranjang saat pintu kamar mandi terbuka dan matanya sontak melebar saat melihat suaminya berdiri tegak didepan pintu kamar mandi.

"Sayang kamu udah bangun?" Ali masih belum membaca situasi, dengan langkah lebarnya dia melangkah mendekati ranjang dimana istrinya terdiam kaku.

"Sayang?" Ali menyentuh lengan istrinya hingga akhirnya Prilly sadar jika suaminya baik-baik saja dan sekarang sedang menatapnya penuh cinta.

Tangis kebahagiaan Prilly tak bisa dibendung, wanita hamil itu menangis kencang hingga membuat suaminya kalang kabut. Ali pikir istrinya kesakitan hingga menangis sekencang itu.

"Mas nggak mati? Huwaaa.."

Tubuh Ali sontak membeku mati? Siapa yang mati?

Prilly segera memeluk pinggang kekar suaminya membenamkan wajahnya di perut berotot Ali lalu kembali menumpahkan tangisnya di sana hingga membasahi kemeja yang dikenakan suaminya.

Prilly benar-benar merasa lega setelah melihat suaminya baik-baik saja, dia tidak bisa membayangkan jika sampai Ali terluka parah apalagi sampai amnesia yang artinya Ali tidak lagi mengingat dirinya.

Tunggu dulu.

Prilly segera melepaskan pelukannya dari pinggang Ali lalu mendongak menatap suaminya dengan wajah bersimbah air mata. "Mas masih ingat sama aku kan?" Tanyanya dengan mata kembali meneteskan air. Dia tidak sanggup jika Ali sampai melupakan dirinya.

"Maksudnya gimana Sayang?" Ali menyeka air mata istrinya dengan ekspresi kebingungan yang sangat kentara.

Dengan sesenggukan Prilly menjawab mulutnya dengan lancar menceritakan semua karangan bebas yang Rico perdengarkan padanya. Isak Prilly kembali terdengar ketika menceritakan bagaimana takutnya dirinya jika sampai Ali melupakan dirinya.

Sekuat tenaga Ali menahan umpatannya jika saja Rico masih di sini Ali benar-benar tidak bisa menjamin keselamatan mulut lemes pria idiot itu.

"Sstt..tenang ya, Mas tidak apa-apa tidak kecelakaan dan pastinya tidak amnesia apalagi sampai melupakan kamu dan anak itu Mas janji itu tidak akan terjadi." Ujar Ali sambil mendekap erat tubuh mungil istrinya.

Ali mendudukkan dirinya di sisi ranjang supaya lebih leluasa memeluk istrinya. Prilly menangis dalam dekapan suaminya, dia masih belum mencerna perkataan suaminya dengan baik hingga dia tidak tahu jika dirinya sedang hamil saat ini.

Ali terus menenangkan istrinya, bersenandung pelan hingga perlahan isak tangis Prilly mereda digantikan dengan deru nafasnya yang mulai teratur yang menandakan jika wanita hamil itu sudah terlelap.

Ali tersenyum kecil saat mendengar dengkuran halus istrinya, apa mungkin mendengkur juga efek dari kehamilan? Karena biasanya Prilly tidak pernah mendengkur bahkan sampai mulutnya sedikit menganga seperti ini.

Ali mengulum senyumnya ketika merebahkan tubuh istrinya ke atas ranjang yang membuat mulut Prilly semakin menganga lebar. Sepertinya Prilly benar-benar lelah setelah seharian menangisi suaminya.

Ali berdesis geram ketika mengingat kelakuan Rico yang benar-benar keterlaluan isengnya. Lihat saja Ali akan membalas pria itu nanti.

***

"Jadi kenapa kamu panggil saya ke sini?"

Brama mendongak ketika mendengar suara dingin khas James kaki tangan sosok Alberto Antonio.

Brama menyimpan ponselnya sebelum memfokuskan dirinya pada James yang sudah duduk kaku didepannya.

"Saya hanya ingin memberitahu beberapa hal."

"Dan apa itu?"

Brama menghela nafasnya. "Saya curiga sahabat saya Jordan sedang merencanakan hal buruk untuk menganggu kenyamanan hidup Ali dan Prilly." Brama langsung menceritakan kecurigaannya pada James termasuk sikap Jordan yang pernah terlihat kurang ajar dalam menatap Prilly tempo hari.

James mendengar semuanya dengan seksama tanpa berniat menyela apa yang sedang Brama utarakan. "Jadi intinya saya curiga jika Ibu tiri Ali terlibat dalam kecurigaan saya pada Jordan. Saya tidak tahu pasti tapi saya yakin akan hal itu menurut An--"

"James cukup panggil James saja."

"Baiklah James." Brama kembali melanjutkan ucapannya. "Jadi haruskah kita bekerja sama sekarang?"

***

Malam harinya Ali terpaksa menginap di rumah sakit karena kondisi istrinya masih belum pulih benar meskipun sejak pukul 8 tadi Prilly sudah merengek ingin pulang setelah tahu jika dirinya sedang hamil saat ini. Prilly berkelit suasana rumah sakit tidak cocok untuk dirinya yang sedang hamil muda.

Ali jelas tidak setuju dengan usulan istrinya itu, dia akan memastikan semuanya terlebih dahulu sebelum membawa istrinya pulang. Syukurnya sekarang Prilly sudah tenang karena kedatangan teman dekatnya Rasya.

Prilly langsung berlonjak bahagia ketika melihat Rasya di depan pintu kamar inapnya dan semua itu karena Ali. Benar, Ali sengaja membawa Rasya kembali dari tugas luar kota demi kebahagiaan istrinya.
Sudah jangan pikirkan hal itu karena dengan segala uang dan kekuasaannya Ali jelas bisa melakukan apa saja.

Ali menoleh menatap istrinya yang masih bercerita panjang lebar bersama Rasya sesekali Ali melihat tangan mungil istrinya bergerak untuk menyentuh perutnya seolah Prilly tengah membelai buah cinta mereka.

Prilly terlihat begitu fokus mendengarkan cerita Rasya meskipun tangannya terus aktif membelai perut ratanya.

"Lo tahu di sana banyak banget orang-orang yang bertugas menjadi penjilat." Suara Rasya terdengar menggebu-gebu ketika menceritakan bagaimana menyebalkan para kliennya di luar kota.

Prilly terdengar antusias meskipun dia tidak begitu perduli dengan cerita Rasya hanya saja melihat gerakan mulut Rasya yang menganga berlebihan ketika berbicara membuat Prilly tertarik.

Prilly sangat fokus pada mulut Rasya, sepertinya keanehan ini efek dari kehamilannya sekarang. Dulu Prilly selalu saja ingin menjeplak mulut Rasya jika sudah menganga lebar begini.

Rasya selalu saja lebay dalam menceritakan sesuatu.

"Oh ya calon Papanya anak-anak gue kemana aja? Kok nggak kelihatan batang nya?"

"Batang apaan sih lo!" Prilly bergidik ngeri dengan kalimat ambigu yang keluar dari mulut Rasya.

Melihat ekspresi jijik di wajah Prilly membuat tawa Rasya terdengar memenuhi kamar sampai Ali menoleh kearah ranjang dimana istrinya berada.

"Kenapa Sayang?" Ali berjalan mendekati istrinya ketika melihat wajah Prilly berubah cemberut.

"Ini Mas, si Rasya ini ngomong jorok!" Adu Prilly bak anak kecil yabg kali ini wajah Rasya lah yang memperlihatkan ekspresi jijiknya.

Prilly menjulurkan lidahnya menggoda Rasya ketika Ali sudah melingkupi tubuhnya, sejak tadi sore dia memang sangat senang jika berada dalam pelukan Ali seperti ini.

Rasanya begitu hangat dan menenangkan. Ah, nyamannya.

*****

Cerita ini mungkin gk lanjut lagi di watt yaa soalnya mau ready pdf. Bagi yang berminat silahkan chat ke wa 081321817808 harganya 50k untuk setiap pembelian pdf aku lebih dari 2 ttp aku kasih potongan harga.

Tunggu juga cerita baru aku yaaa..

Cinta Dan PengorbananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang