Ku akhiri perasaan ini. Karena ku tahu kau bukan untukku_Iam Rafa Nugrah.
***
Suasana rumah Adi kian bertambah riuh dengan Aldran yang sedang mendebatkan apa yang akan mereka jual untuk tugas kewirausahaan nanti. Para cewek malah sibuk memperhatikan perdebatan Aldran dan Fardi. Adi malah menjadi wasit menghitung skor saat salah satu skakmat.
Berbeda dengan Iam yang fokus membuat laporan untuk tugas jualan mereka di laptopnya.
"Gue bilang pizza aja banyak yang suka," kata Aldran seakan idenya tidak bisa di bantah, ia duduk berhadapan dengan Fardi dengan kedua tangan yang saling menggenggam di atas pahanya. "Kalau lo ngotot ga mau, burger aja. Far, gue kasih tau lo ya. Sekolah kita anak-anaknya zaman now semua coy. Yakali lo mau jajahin ciki jaguar!" bantah Aldran.
"Yang bilang ciki jaguar siapa? Gue bilangnya kita jualan berondong jagung." Fardi ngotot tidak mau kalah. "Pilih yang simpel jangan ribet kayak hidup," lanjutnya tajam.
"Ck! Kalau itu doang orang juga sering makan waktu ke bioskop, Far. Aslian ide gue pasti mantep," balas Aldran dengan sengit.
"Cewek-cewek kasian masaknya. Lo kira bikin pizza cuman 1 kotak? Murid binar Bangsa banyak banget. Lo masih mau pake ide lo?" Fardi menatap Aldran, datar.
Nesa menggelengkan kepala ke arah dua cowok yang sedang bersitegang itu. "Aldran, Aldran. Aneh gue sama lo. Elo itu ketua geng motor ya kan? Dari Novel yang gue baca. Ketua geng itu dingin, cuek, ngomong singkat. Lah elo?! Cerewet banget kayak emak-emak lagi nawar harga!" ujar Nesa merasa heran dengan temannya itu, yang sangat terkenal di sekolahnya dengan jabatan ketua Brave.
"Edan teuing eta mulut si Nesa!" Iam menyambar dengan bahasa Sunda, berani juga nyali cewek itu untuk menyindir Aldran secara terang-terangan.
"Lah salah gue di mana, Yam? Semua orang bebas berpendapat kan?" Nesa menanyakan kesalahannya.
"Gak salah berpendapat Nes, tapi lo gak tahu apa kalau Aldran udah serius sama ngambek. Kejamnya ngelebihin ketua geng di novel yang lo baca itu!" Riri berbisik pada Nesa.
Wajah Nesa langsung berubah pucat pasi. Ia menatap Aldran dengan rasa takut dan menyesali perkatannya. Sedangkan Aldran sedari tadi sudah menatap tajam ke arah Nesa.
"Pisss Dran, piiisss... Jangan baperan gitu lah gue bercanda kok hehe." 2 jari perempuan itu membentuk tanda peace.
"Kebiasaan lo nes. Mulut lo asal ceplos," ujar Adi memanas-manaskan suasana.
"Ya sorry. Sorry Al, jangan baperan gitu dong. Laki kan lo?" ujar Nesa.
"Debat mulu, lo pada! Buruan gue pusing ini bikin laporannya kalau gak ada kepastian." Iam buka suara menengahi perdebatan teman-temannya.
"Yaudah biar lo gak pusing di bantuin Riri, nih. Ri bantuin, Ri," kata Melly sedikit mendorong bahu Riri untuk pergi mendekati Iam dan membantu cowok itu menyelesaikan laporan untuk tugas kelompok mereka.
"Udah jangan pada debat lagi, biar cewek-cewek aja yang cari inspirasi buat jualan nanti," lerai Tasya yang mulai geram melihat tingkah teman-temannya yang penuh drama.
Setelah itu kondisi kembali normal, mereka tetap bersikukuh meminta Riri untuk membantu Iam. Bukannya cewek itu tidak mau tapi kondisi hubungan Iam dan Riri yang seakan tidak memungkinkan untuk keduanya dekat.
"Si Iam bakal seneng kalau lo bantu, Ri. Udah sono temenin!" perintah Adi.
Riri menghela nafasnya, ia langsung berdiri dan berpindah tempat ke samping Iam dan melihat pekerjaan cowok itu. Hanya tinggal mengisi beberapa bagian lagi.
"Sini gue liat," kata Riri. Cewek itu mengambil alih laptop Iam. Mau bagaimanapun ia harus mengesampingkan egonya demi tugas kelompok mereka.
Iam juga tidak menolak dengan perlakuan gadis itu. Tapi wajar kan kalau dia cemburu? Kali ini ia benar-benar serius pada Riri, perempuan pertama yang bisa membuat hatinya luluh dan bertekad untuk serius dan tidak main-main lagi dengan perempuan lain.
Sudah banyak sekali yang tahu kalau Iam itu salah satu cowok yang tidak pernah ada kabar serius untuk urusan cewek alias hanya bermain-main. Ia sering menggoda cewek-cewek di kantin, atau yang sekedar lewat di dekatnya. Bahkan teman-temannya pun bingung dan pernah berasumsi kalau Iam mungkin tidak suka perempuan alias sukanya cowok. Tapi, semua asumsi itu hilang setelah melihat gelagat Iam dalam mendekati Riri, lebih terlihat serius walau gombalannya basi banget!
"Etdah si Iam liatin Ririnya gitu banget," goda Adi.
Yang lain ikut menggoda keduanya dengan kata 'ciee'. Tapi Iam tidak perduli cowok itu malah memainkan handphonenya, acuh. Riri menggigit bibir bawahnya merasa semuanya semakin menjadi sulit. Hatinya merasa tidak tenang Iam mengacuhkannya seperti ini. Bukannya itu kemauan Riri? Tapi kenapa hatinya sangat sakit ketika Iam tidak seperti dulu.
Teman-teman mereka sadar dengan sikap Iam yang sekarang. Lebih pendiam dan cuek. Hanya saja mereka belum tahu apa penyebabnya dan mencoba memperbaiki keadaan. Karena mereka tahu pasti sifat Iam yang tidak mudah tersinggung, apalagi jadi pendiam. Cowok itu bukan tipe orang pendiam seperti ini, tidak akan bertahan lama. Menurut mereka seperti itu.
"Yaelah sok jaim lo, Yam," ejek Aldran kepada Iam. Tapi temannya itu tetap saja tidak perduli seakan tidak ada rasa senang lagi untuk perasaannya kepada Riri.
"Senyum, Yam. Senyum! Gak cocok lo diem-dieman kayak gini sama Riri. Keluarkan jurus gombalan dari buyut lu, Yam! Sikattt!!!" kata Adi dengan sangat heboh dan mengundang tawa teman-temannya.
Iam langsung berdiri dan mengambil tas yang di simpan di pinggir sofa. Teman-temannya bingung dengan apa yang akan di lakukan Iam. "Jangan goda gue lagi. Gue bukan cowok yang mau sama cewek orang," ujar Iam dengan tajam.
Mereka semua langsung saling tatap dengan perasaan bingung. Cowok itu pergi membawa tasnya tanpa bicara apa-apa lagi. Teman-temannya juga membiarkannya. Iam butuh waktu sendiri sekarang.
"Loh Iam, mau pulang?" tanya Zahra ketika melihat Iam keluar dari pintu rumahnya.
Iam langsung menghampiri Zahra dan mencium tangan wanita itu dengan sopan. "Iya, tante. Iam pulang duluan. Assalamualaikum," pamit Iam.
"Oh iya, Waalaikumsalam. Hati-hati ya kamu, Yam." Zahra memperhatikan Iam sampai anak itu keluar dari pekarangan rumahnya dengan motor besarnya.
Selama di perjalanan Iam berfikir lagi. Dari kelas 11 ia menyukai Riri. Cewek yang menurut Iam punya kepribadian unik. Dari galak, ramah, sopan, dan berwibawa. Iam suka Riri bukan karena status sosial dan fisik. Tapi bagaimana cara cewek itu bertanggung jawab dengan tugasnya, bagaimana cewek itu berkomunikasi dan menunjukkan bakatnya.
Memang cinta itu gak bisa di paksakan. Iam berfikir ini salahnya. Terlalu memaksa kehendaknya agar Riri bisa jatuh cinta kepadanya. Sampai-sampai cewek itu berkata lebih baik sekarang anggap kita berdua gak pernah saling kenal! Mungkin cewek itu sudah lelah Iam ganggu hidupnya.
"Iya lo bener, Ri. Kayaknya gue terlalu egois maksain lo buat cinta sama gue. Kalau gitu, gue bakal berusaha buat lupain rasa ini biar lo bahagia sama pacar lo," kata Iam. Suaranya kalah dengan bising kendaraan di sekitar.
Kini waktunya kita untuk kembali ke awal. Dimana rasa ini belum sedalam sekarang.
***
HARAPAN KALIAN BUAT IAM SAMA RIRI APA?
AYOK RAMEIN VOTE SAMA KOMENNYA BIAR SEMANGAT BUAT CHAPTER BARU 🔥🔥🔥
So, aku juga mau ucapin makasih banyak-banyak buat kalian yang selalu dukung cerita ini. Makasihhh 🔥🧡
Terus baca chapter selanjutnya yang gak bakal kalah seru okey?! SIAP UNTUK CHAPTER SELANJUTNYA??
SEE YOU GUYS 🔥
Jangan lupa follow instagram :
elsiiftr
wattpad.els
alnara.officialaldran_gidbadesta
iamrafanugrah
adinugreas
naraalmira
mellyatrina
nesa_.alfira
helen_iel
kevin.arkaraza
KAMU SEDANG MEMBACA
IAM RAFA
Fiksi Remaja[SPIN OFF ALNARA] Ini cerita tentang Iam Rafa Nugrah, cowok yang punya sifat humor dan unik. Sikap cowok itu selalu bikin orang geleng-geleng kepala melihatnya. Bernah berfikir gak sih? Gimana jadinya kalau cowok humor dan absurd itu berusaha mencar...