K11

41 3 2
                                    


Setelah dari kantin Revan selalu menampilkan senyum. Revan yang dingin kini seakan berubah menjadi Revan yang sakit.

Revan berada di lantai lima sekolah ini. Dia sedang bermain biliard sendiri di dalam ruangan ini. Di sini hanya ada ketiga sahabatnya sementara yang lain membubarkan diri.


"Van duduk. Kita mau nanya sesuatu!"

"Why?" jawabnya masih dengan tangan yang memegang stik.

Rendra dan Andra menghampiri, menariknya ke sofa yang sebelumnya mereka duduki.

"Apa sih kalian. Gak usah tarik dan dorong segala kali, gue bisa jalan sendiri" protesnya kesal.

"Sejak kapan lo kenal dia?"

"Ada hubungan apa lo sama dia?"

"Apa yang lo lakuin mencurigakan Van?"


Pertanyaan dari sahabatnya hampir bersamaan langsung meluncur begitu Revan mendaratkan pantatnya di sofa putih yang besar dan empuk.


"Seperti yang sudah pernah gue bilang dan jelasin ke kalian" jawaban santai yang membuat sahabatnya gemas.

"Tapi menerut pengamatan gue yang seorang playboy. Dari cara lo perlakukan dia, seolah lo dah kenal dia lama" kata Renda

"Lo juga perhatian sama dia"

"Dan perhatian lo juga terlalu berlebihan untuk orang yang baru lo kenal man" ucap Andra menimpali.

"Kita gak ngelarang lo buat dekat dengan siapa pun Van, apa lagi kita semua tau ini untuk pertama kalinya lo dekat cewek"

"Lo paham kan brother. Kita memiliki banyak musuh tidak menutup kemungkinan untuk musuh kita di luaran sana untuk mengetahui dan menyakitinya"


Bukan karena iri atau tak suka jika seseorang di dekatmu mengomentari tentang hidupmu. Mereka hanya peduli padamu dan tak menginginkan sesuatu yang buruk pada mu.


"Thanks sob. Lo semua dah peduli dengan hidup gue" Revan bersyukur memikiki sahabat seperti mereka yang selalu ada dan menemaninya dalam ke adaan buruk sekalipun.

"Gue percaya lo bisa jagain dia" Varo menepuk bahunya.

"Btw dia oke juga Van. Berani melawan Cantika cs" ingatan Andra kembali saat di kantin tadi.

"Cocok lah sama elo bos. Sama-sama gak mau kalah. Tipe cewek yan gak pantang nyerah" jawaban Rendra membuat Alvaro dan Andra menganggukan kepala, sementara Revan sendiri hanya tersenyum tipis.

"Van, tentang apartemen taruhan dari Ramon lo mau jual apa gimana"

"Gak"


Sebagai hadiah atas kemenangan Revan tempo hari ia mendapat kan sebuah apartement cukup mewah. Rencananya dia akan membaginya dengan Daisy gadis yang menemaninya pada saat balap berlangsung.


"Gue mau bagi dua sama Dia sebagai bentuk terimakasi. Gue juga dah janji padanya" lanjunya.

"Wow woww"

"Cuwit cuwit... grecep juga lo"

"Lo mau tinggal bareng?"


Ketiganya menggoda Revan namun yang di goda hanya diam dan mengangkat bahu.


"Jangan sampai lo kumpul kebo Van. Dosa nak, kasihan anak gadis orang" Rendra menasehati Revan. Tidak sadar pada dirinya sendiri yang selalu mempermainkan cewek dan berbuat dosa. Diantara Rendra dan Andra memang Rendra lah yang lebih suka berganti pasangan.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang